Home / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO: Chapter 141 - Chapter 150

190 Chapters

141. Pilihan Terbaik Untukku

Masih dalam posisi berbaring di pangkuan sang cinta, Louis mengelus rambut keritingnya yang menjuntai. "Begitulah ceritanya, Sky. Aku melamarmu. Aku sudah bicara panjang lebar, tapi kau tidak menjawab. Ternyata, kau tertidur di sampingku," ucapnya lembut. Sky sedikit ternganga. Matanya berkedip-kedip. "Apakah itu cerita nyata?" "Tentu saja. Kalau kau tidak percaya, coba saja tanya Emily dan Russell. Kurasa mereka menguping semua pembicaraan kita." "Itu bukan bukti konkret. Mereka bisa saja berbohong untuk menutupi kebohonganmu. Apakah ada bukti lain?" Bibir Louis mengerucut. "Kenapa kau meragukan aku? Apakah tindakanku selama mengenalmu belum cukup untuk menunjukkan rasa cintaku kepadamu? Menurutmu, kenapa aku selalu memelukmu begitu erat setiap kali kita bertemu dan akan berpisah?" "Kupikir kau melakukan itu karena kau sudah menganggapku sebagai adikmu," Sky mengedikkan bahu. "Tidak, Sky. Aku melakukannya karena aku sayang padamu." Mata Sky menyipit. Ia masih ter
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

142. Louis yang Nakal

"Louis, kenapa kau bicara begitu padaku? Itu tidak sopan," tutur Sky sambil berkedip-kedip menghindari tatapan Louis. Ia sadar, wajahnya pasti sudah sangat merah. "Kenapa? Kau malu membicarakan tentang itu?" tanya Louis dengan senyum terkulum. Ia merasa gemas dengan ekspresi Sky. Kerutan di pangkal alis dan bibirnya tampak lucu. Sky mengendurkan otot-otot pundaknya yang terlalu tegang. "Y-ya. Kita belum resmi menjadi suami istri, Louis. Kau harus tahu batasan." "Justru karena sebentar lagi kita akan menikah, kita akan sering membicarakannya. Kau tidak perlu malu. Lagi pula ...." Louis berdeham. Senyumnya agak mengendur sekarang. "Aku perlu tahu apakah kau pernah trauma terhadap perlakuanku," sambungnya dengan volume suara yang lebih pelan. Mendengar itu, Sky melirik sedikit. "Trauma?" Louis tiba-tiba beranjak dari pangkuan Sky. Sambil menggenggam tangan kiri sang wanita, ia menundukkan kepala. Penyesalannya terlukis jelas di wajah tampannya. "Aku tidak ingat apa-apa
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

143. Burung Pipit Louis

Di kamarnya, Summer sedang tengkurap. Ia terlihat lucu dengan sebelah tangan menopang dagu dan kaki yang terus bergerak seperti perenang. "Toby, dengarkan ini baik-baik. Burung pipit adalah burung kecil seukuran bola tenis. Warna mereka cokelat dengan sedikit tanda hitam dan abu-abu di beberapa bagian," tutur Summer, membacakan artikel yang ia temukan untuk boneka harimaunya. Sedetik kemudian, ia menempelkan ujung telunjuk mungilnya ke layar. "Lihat! Ini foto salah satu burungnya. Dia terlihat lucu. Kenapa Mama harus takut? Apakah dia burung yang jahat?" Sambil mengerutkan alis, Summer menggulirkan layar sedikit. Matanya menyapu paragraf lain. "Burung pipit sering ditemukan di daerah pertanian, pedesaan, dan bahkan perkotaan. Mereka adalah salah satu jenis burung yang paling sering ditemui di perkotaan. Tidak heran jika banyak orang menyukai mereka. Apalagi, peran mereka bagi ekosistem adalah sebagai pengendali hama dan penyebar biji-bijian." Mata dan mulut Summer membulat.
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

144. First Look

"B-burung pipitku tidak suka makanan yang aneh-aneh, Summer. Dia suka biji-bijian saja," ujar Louis dengan pangkal alis tertaut. Mendengar jawaban tersebut, dahi Summer ikut berkerut. "Begitukah? Biji apa yang dia suka?" Pikiran Louis langsung tertuju pada Sky. Namun, sadar bahwa anak kecil sedang duduk di hadapannya, ia cepat-cepat mengusir pemikiran kotor itu. "Nanti biar aku saja yang menyiapkan makanannya. Kamu hanya perlu berlatih untuk berjalan tanpa suara. Burung pipitku sangat peka. Sedikit getaran saja sudah cukup untuk membuatnya kabur." Mulut Summer membulat lagi. "Oh, kurasa itu tantangan yang sangat sulit. Tapi tidak masalah. Aku akan berlatih dengan giat. Saat kembali ke L City nanti, aku harus sudah bisa berjalan seperti ninja," angguknya mantap. Tak ingin memperpanjang perbincangan itu, Louis mengelus rambut Summer. "Bagus. Sekarang, pergilah ke kamar mandi. Cuci muka dan gosok gigi. Ibumu sedang menyiapkan sarapan. Sebentar lagi selesai." "Oke, Paman!" Setel
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

145. Pengantin Kecil Tercantik

"Summer?" desah Louis sembari beranjak dari kursi. Masih dengan mulut ternganga, ia menekuk lutut di hadapan sang balita. Ia raih pundak mungilnya. "Ini sungguh Summer, putri kecilku yang hebat?" Mendapati ekspresi takjub Louis yang lucu, Summer terkikik. Kedua pundaknya naik sambil menjepit leher. "Ya, ini aku, Paman. Summer, putrimu! Apakah kau sudah tidak mengenaliku lagi?" balas sang balita sambil berjinjit sedikit. Louis menggeleng, meloloskan tawa. "Kau tampak berbeda!" Tawa Summer semakin ringan dan menghangatkan. Sambil memegangi mahkota bunga di atas kepalanya, ia melompat kecil. "Ya! Aku memang tampil beda hari ini. Bagaimana penampilanku, Paman?" Ia merentangkan tangan. "Bukankah gaun yang kukenakan sangat indah? Bibi Emily memang desainer yang hebat! Aku suka setiap bagian dari gaun ini, terutama butiran manik-manik ini. Aku jadi merasa seperti es krim vanila yang ditaburi meses warna-warni!" Dengan senyum yang lebih lebar, gadis kecil itu menunduk. Tang
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

146. Tamu yang Tak Diundang

"Omega, apakah aku tidak salah lihat? Bukankah itu Grace?" tanya Summer dengan alis berkerut dan mata terbelalak. Mendengar nama itu, Omega cepat-cepat menoleh. Ternyata, di dekat gerbang masuk, Grace sedang berdiri dengan raut santai. Ia seperti sedang menunggu sesuatu. Tak lama kemudian, seorang penjaga mengembalikan kertas undangannya. Ia dipersilakan masuk. "Gawat!" seru Summer dengan raut panik yang menggemaskan. "Kenapa para penjaga membiarkannya masuk? Mereka seharusnya menahan Grace." "Kurasa, itu karena dia punya undangan, Nona." "Tapi sepanjang pengetahuanku, Mama dan Paman Louis tidak mengundangnya. Dia tidak seharusnya berada di sini. Karena itu, kita harus menghentikannya. Ayo, Omega! Ikuti aku! Kita harus beraksi!" Belum sempat Omega menjawab, Summer sudah berlari. Mau tidak mau, ia mengekor. Ia baru berhenti saat gadis kecil itu berkacak pinggang dan mengentakkan kaki. "Berhenti, Nona Evans! Acara ini tidak terbuka untuk publik. Hanya orang-orang tertentu y
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

147. Perdamaian yang Tertunda

"Menurutmu, apakah kita bisa berdamai? Perselisihan di antara kita sudah terlampau besar," bisik Grace sambil menaikkan bahunya sedikit. Tampak jelas bahwa ia sedang menjaga gengsi. "Tentu saja bisa. Berdamai itu adalah hal yang mudah. Kita hanya perlu membuka hati untuk saling menerima dan memaafkan," tutur Summer dengan sebelah tangan ditempelkan ke dada. Ekspresinya yang sok bijak membuat sudut bibir Grace terangkat lebih ringan. "Kau pikir aku bisa memaafkanmu? Kau sudah membuat aku kehilangan calon suamiku," tutur Grace dengan nada ketus. Bukannya terintimidasi, Summer malah terkekeh. "Tolong jangan membenciku Nona Evans. Kau mungkin masih kesal sekarang. Tapi, suatu hari nanti, kau pasti akan sadar atau bahkan berterima kasih kepadaku." Kepala Grace tertekan mundur. " Aku? Berterima kasih kepadamu? Untuk apa?" "Karena aku sudah menyelamatkanmu dari kehidupan yang tidak bahagia. Apakah kau masih belum sadar, Nona Evans? Papa-ku tidak cocok denganmu. Kalau kau menikah d
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

148. Pengantin yang Gugup

"Summer, ada apa ini? Apakah kau baik-baik saja?" tanya Louis dengan raut resah. Summer pun menoleh. Mendapati Louis dan yang lain, ia terkesiap. "Apakah aku sudah membuat keributan? Maaf, Paman Louis. Aku hanya sedang berusaha menghentikan kesalahpahaman antara Grace dan Paman Fred." Louis menggendong sang balita. "Kesalahpahaman apa?" Summer menunjuk Grace. "Aku sedang menginterogasi Grace tadi. Aku menanyakan maksud kedatangannya kemari. Kubilang, dia boleh mengikuti acara kita kalau dia punya maksud baik. Lalu ...." Ia menggeser telunjuk mungilnya ke bawah. "Grace mengeluarkan itu dari tasnya. Dia bilang itu hadiah perdamaian. Kurasa dia hendak meminta maaf. Tapi ternyata, Paman Fred salah paham. Dia mengira Grace berniat menyakitiku. Jadi dia menyerangnya. Dia menekuk lengan Grace seperti ini sampai Grace meringis kesakitan." Sang balita memutar lengannya ke belakang, memperagakan posisi Grace tadi. Sementara itu, Emily terbelalak. "Grace ingin meminta maaf?" guma
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

149. Gadis Tercantik di Muka Bumi

Sky sudah selesai dirias. Akan tetapi, ia masih duduk di tempatnya, menunggu panggilan. "Mama, apakah kamu gugup?" bisik Summer sembari menggenggam tangan Sky. Sky mengangkat alis. Sebisa mungkin, ia menyingkirkan kekakuan dari wajahnya. "Kenapa kamu bertanya begitu, Sayang? Apakah Mama terlihat gugup?" Summer mengangguk lucu. "Ya, Mama tidak pernah sediam ini. Mama juga sesekali menarik napas panjang. Seperti ini!" Summer memperagakan gelagat sang ibu. Melihat wajah lucunya, Sky akhirnya bisa tersenyum lebih lebar. "Ya, Mama sedikit gugup, tapi tidak masalah. Ini momen penting untuk kita. Gugup itu adalah perasaan yang wajar," terang Sky sembari mengelus pipi gembul putrinya. "Sayang, kamu sudah siap?" Suara Alice tiba-tiba menyapa. Sky menoleh. Melihat kehadiran ayah dan ibunya, ia bangkit berdiri. Saat itulah, Alice dan Edmund tercengang. Mereka sadar bahwa putri mereka memang cantik. Hanya saja, mereka tidak pernah menyangka bahwa Sky bisa terlihat begitu be
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

150. Momen Puncak

Melihat Louis di ujung lorong, Sky hanya bisa tersenyum. Langkah kakinya terasa ringan dan lambat. Entah bagaimana, waktu terasa seperti bergulir ke belakang. Walaupun itu sudah sangat lama, ia masih ingat wajah Louis saat pertama kali menyapanya. Dirinya baru berusia 4 tahun saat itu, menangis karena tidak bisa menghubungi Edmund. Bocah laki-laki itulah yang dulu menguatkan pundaknya. Ia datang menawarkan harapan dengan meminjamkan telepon satelit kepadanya. Bocah itulah yang berhasil mengembalikan senyumnya. Bagi seorang gadis kecil yang masih rapuh dan lemah, Louis adalah pahlawannya. Lalu, mereka mulai akrab. Sky masih ingat bagaimana mereka berpelukan di awal dan akhir pertemuan kedua, begitu pula dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Louis menjadi orang yang paling ia nantikan, apalagi setiap masa liburan tiba. Bagi Sky, Louis adalah teman perjalanan terbaiknya. Kini, pria itu akan selalu menemaninya, menjadi pendamping hidupnya. Perjalanan panjang mereka akan s
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status