Home / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / 134. Persiapan Pernikahan

Share

134. Persiapan Pernikahan

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-11-10 08:05:05
Sky menghampiri Summer. Sambil tersenyum lembut, ia memberinya pengertian, "Itu terlalu cepat, Sayang. Pernikahan itu butuh persiapan. Apalagi, ayahmu adalah laki-laki nomor satu di kotanya. Dia akan sangat malu kalau pernikahannya biasa-biasa saja."

"Sebetulnya ...." Louis berdeham. Dengan langkah lambat, ia bergeser ke sisi calon istrinya.

"Aku sudah tidak peduli dengan penilaian orang lain terhadapku. Aku merasa bodoh karena selama ini ingin dianggap keren dan sempurna oleh orang-orang yang bahkan tidak kukenal. Aku seharusnya tidak menggantungkan kebahagiaanku kepada siapa pun. Apalagi sekarang," Louis meraih jemari Sky.

"Aku sudah punya kau dan Summer. Kalianlah kebahagiaanku. Aku ingin terlihat sempurna dan keren di depan kalian saja."

Bukannya terenyuh, Sky malah menaikkan alis. "Kau yakin? Bagaimana kalau orang-orang menganggapmu payah dan tidak keren lagi? Kau tahu? Itu bisa saja terjadi. Sampai detik ini pun, sebagian orang masih berpikir kalau kau bodoh karena memi
Pixie

Bab ini agak panjang dan isinya hangat-hangat. Semoga kalian suka. Happy weekend!

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dewi Novita
msh ada kerikil ni yg kemungkinan mengganjal, siapa lg kalo buka Ace... hfffsss...
goodnovel comment avatar
Ningsih Ngara
duh jngn ada yg rusak acara nikah dong, udah cukup sedih2nya bahagia2 aja
goodnovel comment avatar
puji amriani
huuuh summer gemess
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   135. Gaun Pengantin

    "Lihatlah! Ini adalah rancangan gaun pengantin yang kubuat untuk ibumu. Apakah kau suka?" Emily menyodorkan tabletnya kepada Summer. Melihat apa yang ditampilkan pada layar, mulut Summer membulat. Louis dan Sky yang memperhatikan ekspresinya dari sofa lain jadi semakin penasaran. "Bagaimana, Sayang? Kau suka?" selidik Sky. Summer mengangguk cepat. "Ya! Mama tidak pernah mengenakan gaun seperti ini. Mama pasti akan sangat cantik. Paman Louis pasti akan semakin cinta dan tidak bisa melirik wanita lain." Mendengar komentar akhir si gadis kecil, semua orang mendengus geli. "Dari mana kau belajar kalimat itu, Summer? Itu tidak sesuai dengan umurmu," celetuk Emily sambil mencubit pipi gembulnya yang lucu. Summer terkekeh ringan. "Aku mendengarnya dari Gerry. Dia bilang Merry sangat cantik sampai-sampai dia tidak bisa melirik wanita lain. Dia bahkan sampai lupa berkedip." "Gerry benar. Ketika seorang pria mencintai wanita, dia tidak akan melirik yang lain. Matanya hanya aka

    Last Updated : 2024-11-10
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   136. Hukuman Pertama dari Summer

    Sementara Sky tersenyum kecil, Emily menghela napas panjang. "Baiklah. Aku akan membuatnya sesuai keinginanmu, Calon Pengantin yang Protektif. Gaun tertutup yang melindungi calon istrimu dari angin." Louis mengangguk penuh kemenangan. "Terima kasih, Emily. Kau memang saudara perempuan terbaik!" "Kau hanya punya satu orang saudara perempuan, Louis. Wajar kalau aku yang terbaik," celetuk Emily, nyinyir. Saat itu pula, Cayden masuk ke ruang tamu. Ia baru saja kembali dari mengantar yang lain. "Princess, apakah urusanmu sudah selesai?" "Sudah. Aku bisa pergi ke hotel sekarang," jawab Emily sembari beranjak dari sofa. Summer dengan sigap membantunya berdiri. "Terima kasih atas bantuanmu, Bibi. Maaf kami sudah merepotkanmu," tuturnya manis. "Sama-sama, Summer Sayang. Mari kita lanjutkan persiapannya besok pagi. Malam ini, beristirahatlah. Kamu pasti sudah sangat lelah." "Ya!" angguknya mantap. "Bibi juga. Jangan sampai terlalu letih. Adik-adik bayi harus tetap sehat." Sementara Sum

    Last Updated : 2024-11-11
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   137. Hukuman Kedua dan Ketiga

    Summer mengangguk. "Dulu, aku sering merasa kasihan kepada Mama. Setiap pulang dari memandu, Mama harus mengurusku. Setelah aku tidur, Mama masih harus bekerja di depan laptop, menerjemahkan naskah atau membuat buku." "Kalau kau sudah tidur, bagaimana kau bisa tahu?" selidik Louis, agak heran. "Aku tahu karena aku sering terbangun dan melihat Mama duduk di mejanya. Terkadang dia mengurut pelipis. Mungkin untuk menahan rasa kantuk atau pusing. Terkadang dia menangis. Mungkin karena terlalu lelah atau tertekan karena pekerjaannya tidak habis-habis. Makanya badan Mama kurus. Dan karena itu ...." Summer melirik Sky dengan wajah sendu. "Aku memutuskan untuk menjadi anak yang mandiri. Kalau aku bisa mengurus diriku sendiri, Mama tidak akan terlalu letih. Karena itu juga, aku ikut menulis dan meminta tip kepada wisatawan yang baik hati. Kalau aku bisa mendapat uang, beban Mama pasti banyak berkurang." Sky tertegun mendengar pengakuan sang putri. Hatinya terasa hangat sekaligus peri

    Last Updated : 2024-11-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   138. Mengendalikan Nafsu

    Di dalam kamar, Sky sedang tengkurap di atas kasur. Ia sudah mengenakan piama sekarang, sama seperti dua orang yang duduk bersila di sisi kiri dan kanannya. Mereka bertiga terlihat lucu dengan piama seragam pemberian Emily itu. "Summer, apakah kamu sering memijat ibumu begini?" tanya Louis kepada gadis kecil yang duduk berhadapan dengannya. Sambil terus memijat, Summer menggeleng. "Dulu tidak. Mama jarang punya waktu bersantai. Tapi semenjak kami tinggal di rumah ini, Mama punya lebih banyak waktu senggang. Sesekali aku memijatnya. Mama suka dipijat." Ia melengkungkan bibirnya manis. Louis ikut tersenyum melihat tingkah sang putri. Ia merasa gemas melihat tangan-tangan mungilnya menekan-nekan betis Sky. "Berapa lama biasanya kamu melakukan ini?" tanyanya lagi. "Tergantung. Biasanya, aku baru selesai kalau sudah memijat seluruh badan Mama." Alis Louis sontak naik mendesak dahi. "Seluruh badan?" Sudut bibirnya terdongkrak sedikit. Mengetahui isi pikiran Louis, Sky cepa

    Last Updated : 2024-11-13
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   139. Sedekat Ini

    "Louis? Sejak kapan kamu berdiri di situ?" tanya Sky, berbisik. Matanya masih membulat seperti sedang melihat hantu. Louis tersenyum miring. Ia merasa gemas dengan ekspresi calon istrinya itu. "Baru beberapa detik. Kenapa? Apakah ada gumamanmu yang tidak boleh terdengar olehku selain yang baru saja kau sebut?" Bibir Sky mengerucut. "Tidak. Memangnya aku bergumam apa? Aku tidak merasa mengeluarkan suara. Kau pasti salah dengar. Kapan terakhir kau membersihkan telinga?" Senyum Louis berubah kecut. Ia ingat bahwa Sky pernah berencana untuk mengungkapkan perasaannya. Namun kini, mengapa ia malu-malu? Mungkinkah pengalaman lima tahun lalu telah mengubah pemikirannya? Apakah cinta Sky kepadanya telah berkurang? Louis tidak mau kehilangan cintanya sedikit pun. "Aku memang sudah lama tidak membersihkan telinga. Mau melakukannya untukku?" timpal Louis, bercanda. Wajah Sky mengernyit. Pipinya tanpa sadar memerah. Ia ingat dulu mereka pernah saling membersihkan telinga. "Kenapa

    Last Updated : 2024-11-14
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   140. Flashback: Di bawah Langit Berbintang

    Beberapa tahun yang lalu, di Sabana Doro Ncanga, Sumbawa, Indonesia .... Sky sedang duduk di atas campervan. Kepalanya mendongak menatap langit. Kedua lengannya mendekap lutut, menjaga diri dari terpaan angin. "Hei, apa yang kau lakukan di situ?" Sky menurunkan pandangan ke arah tangga. Mendapati kehadiran Louis, sudut bibirnya terangkat ringan. "Hei, kenapa kau belum tidur?" Ia bergeser sedikit, memberi tempat untuk Louis. "Seharusnya aku yang bertanya begitu. Kenapa kau tiba-tiba naik ke atas campervan malam-malam begini?" bisik Louis sembari duduk di samping Sky. "Kau tidak bisa tidur?" Sky mengangguk. "Mungkin karena tempat ini terlalu indah, aku merasa rugi kalau tidak menikmatinya dengan maksimal." "Padahal, kita sudah beberapa jam di sini. Kita sudah melihat hamparan rumput kekuningan yang begitu luas, matahari terbenam yang begitu indah, dan langit malam yang begitu cerah. Apa lagi yang mau kau nikmati, Sky? Kau seharusnya beristirahat." Mendapat sentuhan dari

    Last Updated : 2024-11-15
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   141. Pilihan Terbaik Untukku

    Masih dalam posisi berbaring di pangkuan sang cinta, Louis mengelus rambut keritingnya yang menjuntai. "Begitulah ceritanya, Sky. Aku melamarmu. Aku sudah bicara panjang lebar, tapi kau tidak menjawab. Ternyata, kau tertidur di sampingku," ucapnya lembut. Sky sedikit ternganga. Matanya berkedip-kedip. "Apakah itu cerita nyata?" "Tentu saja. Kalau kau tidak percaya, coba saja tanya Emily dan Russell. Kurasa mereka menguping semua pembicaraan kita." "Itu bukan bukti konkret. Mereka bisa saja berbohong untuk menutupi kebohonganmu. Apakah ada bukti lain?" Bibir Louis mengerucut. "Kenapa kau meragukan aku? Apakah tindakanku selama mengenalmu belum cukup untuk menunjukkan rasa cintaku kepadamu? Menurutmu, kenapa aku selalu memelukmu begitu erat setiap kali kita bertemu dan akan berpisah?" "Kupikir kau melakukan itu karena kau sudah menganggapku sebagai adikmu," Sky mengedikkan bahu. "Tidak, Sky. Aku melakukannya karena aku sayang padamu." Mata Sky menyipit. Ia masih ter

    Last Updated : 2024-11-15
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   142. Louis yang Nakal

    "Louis, kenapa kau bicara begitu padaku? Itu tidak sopan," tutur Sky sambil berkedip-kedip menghindari tatapan Louis. Ia sadar, wajahnya pasti sudah sangat merah. "Kenapa? Kau malu membicarakan tentang itu?" tanya Louis dengan senyum terkulum. Ia merasa gemas dengan ekspresi Sky. Kerutan di pangkal alis dan bibirnya tampak lucu. Sky mengendurkan otot-otot pundaknya yang terlalu tegang. "Y-ya. Kita belum resmi menjadi suami istri, Louis. Kau harus tahu batasan." "Justru karena sebentar lagi kita akan menikah, kita akan sering membicarakannya. Kau tidak perlu malu. Lagi pula ...." Louis berdeham. Senyumnya agak mengendur sekarang. "Aku perlu tahu apakah kau pernah trauma terhadap perlakuanku," sambungnya dengan volume suara yang lebih pelan. Mendengar itu, Sky melirik sedikit. "Trauma?" Louis tiba-tiba beranjak dari pangkuan Sky. Sambil menggenggam tangan kiri sang wanita, ia menundukkan kepala. Penyesalannya terlukis jelas di wajah tampannya. "Aku tidak ingat apa-apa

    Last Updated : 2024-11-16

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   228. Kehebohan di Taman

    Emily hanya bisa mengangguk. Sambil menggenggam tangan Sky, ia menggigit bibir. Summer dan River pun berhenti bercanda. Mereka menghampiri Emily. "Ada apa, Bibi?" tanya mereka kompak. "Dia mengalami kontraksi lagi," sahut Sky pelan. Wajah Summer berubah sendu. Ia berjongkok di dekat kaki Emily. "Apakah ini bisa membuat Bibi lebih baik?" tanyanya seraya memijat. Di sisi Emily yang lain, River melakukan hal yang sama. "Mungkin para bayi merasa gerah akibat senam tadi. Jadi, mereka meronta. Perut Bibi jadi berkontraksi?" "Kalau begitu, Bibi jangan melanjutkan senam lagi," simpul Summer tegas. "Istirahat saja di sini. Anggap kita sedang piknik. Mama, kita membawa bekal, kan? Bagaimana kalau kita membentang karpet dan mulai menata? Begitu Bibi selesai kontraksi, dia bisa menikmati makanan dan minuman yang kita siapkan." Sky mengangguk kecil. "Terima kasih, Sayang. Idemu brilian sekali." "Kalau begitu, River, ayo kita ke mobil!" ajak Summer, penuh semangat. Akan tetapi, River

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   227. Perhatikan Aku

    "Yuck! Itu sangat menjijikkan! Kenapa kalian menginjaknya? Apakah kalian tidak tahu bahwa itu kotoran penguin?" tanya River, tak habis pikir. "Itulah rute yang harus kami lalui kalau mau mengelilingi pulau," Sky mengedikkan bahu. "Kalau kalian berkunjung ke sana nanti, kalian juga akan melewatinya," ujar Louis dengan nada menakut-nakuti. Summer mengerucutkan bibir. "Kalau begini, kita harus menggencarkan kampanye perubahan iklim. Saat kita ke sana nanti, kuharap es dan salju sudah menebal lagi. Dengan begitu, para penguin punya lebih banyak tempat untuk membuang kotoran. Tidak perlu menumpuk di satu pulau!" "Apakah tidak ada rute yang aman dari kotoran? Itu sangat licin dan lengket. Bisa berbahaya kalau kita terpeleset di sana. Aku tidak bisa membayangkan betapa kotor dan bau baju kita," gumam River, was-was. "Tenang, River," Summer memegangi pundaknya lagi. "Kita bisa membeli sepatu roda dan berlatih keseimbangan setelah ini. Jadi, begitu kita ke sana nanti, kita tidak ak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   226. Keseruan di Antartika

    Summer mengamati oleh-oleh yang ia dapat selama beberapa saat. Begitu ia selesai, ia langsung berlari menuju Sky yang kebetulan baru kembali dari membagikan hadiah. "Mama, terima kasih banyak! Aku suka semua barang yang Mama beli!" serunya seraya memberikan pelukan hangat. River mengangguk sepakat. "Ya, terima kasih banyak, Nyonya Harper. Oleh-oleh ini sangat keren! Terima kasih juga, Paman Louis." Dari sofanya, Louis terkekeh. "Sama-sama, River." Sedetik kemudian, Summer berlari dan melompat ke pangkuan sang ayah. Louis dengan sigap menangkapnya. "Terima kasih, Papa! Aku tahu, Papa pasti membantu Mama memilih barang-barangnya," ujar Summer sembari menempelkan pipinya di pundak sang ayah. "Ya, beberapa barang itu adalah pilihan Papa. Mana yang paling kamu suka?" Bibir Summer mengerucut. Telunjuknya mulai mengetuk dagu. "Itu pertanyaan sulit. Tapi kalau harus memilih, kalender itu yang paling berguna bagiku. Aku bisa memakainya untuk menentukan jadwal bersama River.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   225. Oleh-Oleh dari Kutub

    "Ya, kau sebaiknya fokus saja dengan kegiatan di penjara ini, Kendrick. Siapa tahu, kau bisa mendapat keringanan karena perilaku baik," Summer mengedikkan bahu santai. Akan tetapi, Kendrick malah semakin menggila. Ia mulai mengguncang pintu, memohon kepada para petugas untuk membukanya. Saat Orion mendekat, ia berteriak ketakutan. "Tidak! Menjauhlah dariku! Aku masih mau hidup! Jangan kau apa-apakan kepalaku!" Tiba-tiba, bunyi aneh terdengar dari pantat Kendrick. Bau busuk pun menyebar. Summer dan River cepat-cepat memencet hidung mereka. "Uuuh, Kendrik, kau jorok sekali!" tutur Summer, meledek. "Cepat sana ke kamar mandi! Dan jangan lupa dengan chipmu!" River terkekeh usil. "Dia tidak perlu membawanya, River. Chip ini yang akan datang sendiri kepadanya. Maksudku, petugas kepolisian yang akan memasukkan chip ke dalam otaknya!" Membayangkan kepalanya dibelah, Kendrick terkesiap. Mulutnya mulai bergetar. Saat pintu besi dibuka, lututnya ikut gemetar. Ia mencoba untuk melari

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   224. Seperti Psikopat

    Khawatir sandiwaranya terbongkar, Summer cepat-cepat mengobrol dengan River. Ia bertanya tentang penilaiannya terhadap roti lapis itu dan apa yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Setelah Kendrick menghabiskan makanan dan minumannya, barulah ia meraih kotak besar di atas meja. "Apakah kau sudah kenyang?" tanya Summer yang kini berlutut di atas kursi. Kalau tidak, kotak besar itu pasti sudah menutupi wajahnya dari Kendrick. Narapidana itu mendengus. "Apa pedulimu?" "Apakah kau lupa? Aku sudah menjawab pertanyaan itu. Berapa kali pun kau bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku mengkhawatirkan kondisimu karena keluargakulah yang memasukkanmu ke dalam penjara itu," Summer menunjuk pintu besi yang dijaga oleh dua orang petugas kepolisian. Kendrick memutar bola mata. "Jangan berpura-pura peduli padaku. Aku tahu, kau dan orang tua berengsekmu itu berpesta setelah kalian melemparku ke tempat terkutuk ini." Summer terkesiap. Mata bulatnya berkilat oleh keterkejutan. "Tolong perhat

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   223. Misi Dadakan Summer

    "Tolong jangan disebut. Itu berbahaya!" ujar Summer lantang. River menyingkirkan tangan Summer dari mulutnya. "Kenapa?" "Pokoknya, itu berbahaya. Mari kita masukkan itu sebagai kata terlarang. Jangan membahasnya lagi sampai kita dewasa," tutur Summer dengan penuh keseriusan. River pun menghela napas kesal. Namun, melihat ketegasan di wajah Summer, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, aku akan melupakannya. Anggap itu tidak pernah kudengar," ia memutar telinga seolah sedang memutar pita kaset ke belakang. Louis akhirnya bisa kembali bernapas lega. Sky terkekeh melihatnya mengelus dada. Setelah itu, perbincangan berlangsung normal. Tidak ada hal aneh lagi yang mereka bahas. Mereka hanya bertukar kabar. Saat perbincangan mereka berakhir, Summer memekik gembira, "Oh, aku sungguh tidak sabar ingin menyambut Papa dan Mama pulang! Mereka pasti akan membawa banyak cerita!" "Ya, aku juga. Aku tidak sabar ingin melihat oleh-oleh apa yang mereka bawa dari Antartika!" sahut River, tak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   222. Agen Khusus yang Manis

    Sang kapten tersenyum simpul. "Dia mengaku bernama Summer." Louis dan Sky terbelalak. "Summer?" Lengkung bibir sang kapten melebar. "Ya. Summer Harper. Awalnya, saya berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng. Tapi setelah mendengar caranya berbicara dan mengetahui namanya, saya percaya bahwa situasinya serius. Saya sarankan Anda untuk segera menghubunginya. Dia sangat resah." Sky mengangguk cepat. Di sisinya, Louis berkata, "Terima kasih, Kapten Alvarez. Kami akan segera menghubungi putri kami." Seperginya sang kapten, Sky melakukan panggilan video. Begitu Summer menerimanya, suara manisnya langsung bergema, "Mama, kenapa baru meneleponku sekarang? Ke mana saja dari tadi? Apakah Angelica mengganggu kalian lagi?" Melihat wajah cemberut sang putri, Sky dan Louis tertawa lirih. Mata mereka berkaca-kaca, terlapisi oleh keharuan sekaligus rasa bangga. "Maaf, Sayang. Mama dan Papa ada urusan mendesak. Kami terpaksa menghidupkan mode pesawat sebentar," timpal Sky, agak serak. "A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   221. Seorang Penyelamat

    Pablo kembali tertawa. Sambil menggaruk alis, ia bergumam lirih, "Mengapa orang kaya suka sekali semena-mena?" Detik berikutnya, ia menatap Louis dengan kesan meremehkan. "Anda pikir dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda bisa bertindak sesuka hati di sini? Maaf, Tuan Harper. Ini bukan L City. Di sini, Kapten Alvarez-lah yang memegang kendali. Dan lewat saya, beliau sudah menyampaikan perintah. Tahan Louis Harper dan sang istri. Karena itu ...." Pablo melihat rekan-rekannya dan menggerakkan kepala sekali. Para petugas mendekati Louis dan Sky lagi. Secepat kilat, Louis menarik Sky ke balik punggungnya. "Siapa yang berani menyentuh istriku, akan kupastikan dia tidak bisa berjalan lagi!" hardiknya, mengancam. Para petugas seketika menahan langkah. Louis pun menambahkan, "Daripada kalian bersikeras ingin menangkap kami, kalian lebih baik menghubungi kapten kalian." "Untuk apa?" sela Pablo dengan nada menjengkelkan. "Untuk mengulur waktu? Maaf, Tuan Harper. Kami sudah menghabi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   220. Salah Tangkap

    Draco menggertakkan geraham. Ia ingin sekali menghajar Louis. Saat itulah, Sky berbisik, "Apakah Pablo, si petugas keamanan itu? Dia yang membantu kau dan Angelica melancarkan misi untuk menggangguku dan Louis?" Draco tersentak. Mulutnya tanpa sadar menimpali, "Dari mana kau tahu kalau itu Pablo?" Sky tersenyum lebar. Ia sumpal mulut Draco dengan kain. "Terima kasih atas kejujuranmu." Kemudian, ia bangkit berdiri. Sementara Louis menahan Draco agar tidak macam-macam, Sky berhenti merekam suara di ponselnya. Saat ia memutarnya ulang, pengakuan Draco terekam jelas. "Emmhh .... Emm emmmh ...." Draco terus meronta-ronta. Louis yang masih berlutut di dekatnya pun berdesus. Telunjuknya teracung meminta waktu. "Apa yang kau ributkan?" gerutu Louis. "Kau takut Pablo membunuhmu karena gagal menjaga rahasianya? Tenang. Kami akan menangkapnya sebelum dia bisa membunuhmu." Setelah menepuk pipi Draco dengan kasar dua kali, Louis bangkit berdiri. Ia menghampiri Sky. Sang istr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status