All Chapters of Cinta Manis Masa Sekolah: Chapter 21 - Chapter 30

41 Chapters

DIHAKIMI

Kak wito menautkan tangannya dan membawaku keluar dari kerumunan orang-orang yang penasaran di ruang lab. Ia seperti perisai yang siap melindungiku dari penghakiman massa. Bukan hanya itu, ia sepertinya malah ingin seluruh dunia tahu bahwa dirinya akan selalu ada untukku, sekalipun aku dan dia bukan sepasang kekasih. Sungguh nyali yang di luar nalar tanpa memikirkan perasaan kekasihnya ataupun orang yang sedang bersamaku.Bodohnya, diriku ini seolah enggan menghindar dari hal gila yang sedang terjadi. Aku menurut dan begitu patuh mengikutinya, hingga aku menemukan zendra mematung di ambang pintu dengan tatapan yang amat sendu ketika ia menemukan jariku tertaut dengan jari-jemari lelaki lain.Dashh!!!Luar biasa bukan jahatnya diriku ini?Tetapi, sifatnya yang bak dewa itu malah membuatku semakin merutuki keegoisan hatiku."Kamu gak apa-apa dinda?" Tanyanya meraih tanganku yang satunya, bahkan saat kak wito belum melepas genggaman tangannya terhadapku.Bisa dibayangkan? Dengan wajah ku
Read more

AKIBAT SETELAH PERBUATAN

"Loe yakin siap menghadapi anak-anak hari ini?" Tanya Nia memastikanku sebelum kami melangkah masuk ke gerbang sekolah.Aku gak tahu apa maksud Nia mengkhawatirkanku begitu, tapi yang pasti akan ada sesuatu buruk yang terjadi.Aku melangkah bersama Nia, melewati gerbang tinggi yang membenteng di sekolah kami. Beberapa kali Nia melirik nampak cemas padaku, melihat kekhawatirannya, aku terus berusaha tersenyum untuk meyakinkan, bahwa hari ini aku akan baik-baik saja.Pandanganku beredar, lalu tertuju pada halaman sekolah yang luas, tempat kami mendirikan tenda beberapa bulan lalu, di saat aku menemukan sumber kebahagiaanku, namun sekarang tempat itu di penuhi berbagai macam poster ancaman yang ditujukan kepada ketua osis mereka."Kemarin, anak-anak sepakat buat petisi supaya Kak Wito berhenti jadi ketua osis""Alasannya apa Na?" Tanyaku terkejut."Masalah kalian terkunci di ruang lab jadi panjang gara-gara dia cium loe""Cuma karna ciuman doang?" Aku mengeryit keheranan, sementara orang
Read more

POSISI YANG SULIT

Aku kembali menuju kelas, melewati lorong - lorong, meninggalkan kak Febri yang masih di belakang gudang. Berjalan lebih cepat dengan perasaan yang luar biasa kesal. Bisa-bisanya... bisa-bisanya... dia seangkuh itu ya Tuhan!!! Dia manusia bukan sih? Jangan - jangan hatinya mati. Makanya, meskipun cakep dan di gandrungi cewek - cewek dia gak pernah punya pacar."Kamu jatuhin buku ini di depan ruang bk tadi!"Aku terhenti oleh sepatu kets putih di depan sepatuku, mataku menjelajah naik memastikan buku yang diberikannya benar milikku, tapi tunggu...Ada sesuatu mengganjal, aku menurunkan lagi pandanganku pada seragam abu yang berbentuk pinsil membalut pas dikakinya. Anak gila mana yang pakai seragam model begitu di sekolah yang taat aturan ini?"Ini Dindaa..." Dia menyodorkan lagi dengan nada bicara yang mulai ku kenali."Zendra?!" Ucapku terkejut mendapati dirinya begitu berbeda.Dia memangkas rambutnya hingga mencuat acak ke arah atas, pakaian seragam yang biasa menelan tubuhnya di fer
Read more

MENGHINDAR BERTEMU

"Puas loe sekarang udah hancurin hubungan gue? Puas hah?"Kak Pay mengumpatku habis-habisan tepat di depan wajahku. Dia mengajak serta genknya untuk menyeretku terjebak di antara mereka."Seneng kan loe sekarang bisa buat kak wito mutusin gue?" Teriak Kak Pay lagi, lalu mimiknya berubah sinis "Loe bahkan nawarin tubuh loe ke dia demi dapatin yang loe mau"Plak!!!Aku lepas kendali mendaratkan tamparan di wajahnya yang mulus."Gue gak serendah itu!" Ucapku tegas."Udah mulai berani ya loe sekarang!" Salah satu teman Kak Pay mencekik leherku, mendorongku hingga tubuhku membentur dinding toilet sekolah."Gue gak pernah takut sama siapapun" Tantangku padanya.Dia semakin mengeratkan cengkramannya di leherku. Namun ini gak sakit, sama sekali gak terasa sakit jika di bandingkan saat sepupuku melakukannya kala itu. Aku semakin terbiasa menghadapi iblis yang menjelma menjadi manusia."Loe nantangin kita?" Kak Amel maju"Bunuh aja gue sebisa kalian! Sekuat tenaga kalian kalau emang bisa!" Tant
Read more

DIHUKUM PAK YUSDI

"Itu si Zendra juga di hukum Pak Yusdi!" Gumam nia,Aku menoleh melihat seseorang yang ternyata sudah lebih dulu menatapku."Sekarang ambil masing - masing dari kalian 5 batang rokok terus nyalain sekaligus di mulut secara bersamaan" Perintah Pak Yusdi mengalihkan pandangannya terhadapku."Ih gimana atuh pak rasanya langsung ngisap 5 batang rokok sekaligus, gak kuat Esha!" Keluh Desha pada Pak Yusdi."Udah jangan bantah terus atau mau bapak hukum lebih berat?"Ancaman Pak Yusdi membuat mereka takut dan langsung menurut memasukkan 5 batang rokok ke mulut mereka. Ada yang terbatuk - batuk, mengeluh gak sanggup, namun Pak Yusdi tetap gak memberi ampun. Beliau tetap menunggui sampai para siswanya menghisap habis semua batang rokok tanpa sisa."Ini supaya kalian jera dan gak mengulangi kesalahan kalian lagi. Merokok itu bahaya bagi kesehatan. Kalian rasakan sendiri kan gimana sakit tenggorokan kalian menghisap rokok sekaligus banyak begitu! Awas kalian mengulangi perbuatan yang sama akan b
Read more

SEBENARNYA YANG TERJADI

Aku berjalan perlahan menyusuri trotoar panjang menuju halte bis, sendirian.Sore itu, setelah bel pulang berbunyi semua temanku memiliki kesibukan masing - masing. Amanda pergi ngdate sama kak Alif, Eka di ajak kumpul anggota genk, sementara Nia sudah lebih dulu pulang bersama teman sekelasnya karna ada tugas kelompok, begitu pun dengan Zendra. Akhirnya hari ini aku benar - benar harus pulang sendirian saja.Aku duduk di bangku panjang menunggui kedatangan bis yang akan mengantarku pulang. Berteduh di bawah pohon ketapang rindang yang berdiri kokoh menjadi peneduh halte tanpa atap ini.Mataku tertuju pada sebuah motor yang berhenti di pinggir trotoar tersebut. Memperhatikan seorang pengendaranya yang kini berjalan ke arahku."Ayo Din, gue anter pulang" Ajak Umay begitu sampai didekatku.Aku memberinya tatapan bingung."Tadi Zendra pesan sama gue buat anter loe pulang, soalnya hari ini dia ada tugas kelompok jadi gak bisa bareng sama loe" Ucapnya seolah mengerti akan kebingungan yang
Read more

DI RUMAH TANTEKU

Mobil berhenti tepat di depan rumah Tante Dewi. Hunian mewah yang bertengger diantara rumah lain yang nampak sederhana itu nampak mencolok didominasi warna putih dengan pilar emas di kedua sisinya.Beberapa kendaraan terparkir memenuhi garasinya, mulai dari sepeda, motor, dan juga mobil, lengkap semua ada. Itu bukan hanya milik Tante Dewi, tapi milik beberapa tamu yang sudah menunggunya didalam.Aku masuk membuntuti Tante Diah, bersamaan dengan rombongan tadi. Lalu, kami saling bersalaman satu sama lain. Setelah sedikit berbasa - basi, Gin menarikku untuk pergi dari kumpulan orang dewasa tersebut."Mba Dindaaa" Caca meninggalkan kentang - kentang yang sedang dikupasnya, menghambur ke pelukanku begitu dia melihatku berdiri di ruang keluarga rumahnya.Aku menyambut pelukannya "apa kabar Ca? Udah lama kok kamu gak pernah ke rumah nenek lagi."Caca banyak tugas Mba, Caca kangen deh sama mba Dinda!" Ucapnya seraya melepas pelukan."Iya Ca sama, Mba juga kangen" Balasku."Udah bagus kamu ga
Read more

UPACARA SENIN

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah Tante Dewi pikiranku masih berputar - putar dengan masalah yang sama. Aku sampai gak mengerti apa tujuan Papa sebenarnya. Apa Mama juga dibohongi oleh Papa sama sepertiku atau malah Mama juga berkomplot dengan Papa untuk membohongiku?Aku terus bergumam dalam hatiku dengan seribu pertanyaan yang gak bisa di jawab oleh siapapun yang ada di mobil ini.Tak terasa mobil sudah menepi di halaman rumah yang nampak luas dengan banyak pepohonan disana. Langit kemerahaan menyambut, ketika rombongan kami turun dari mobil Om Budiono.Aku yang saat itu duduk dikursi paling belakang mendapat giliran turun paling terakhir, hampir bersamaan dengan Kakek yang duduk di depan tapi menunda diri untuk membuka pintu mobil lebih cepat."Tolong dipikirkan lagi ya, Pah" Ucap Om Budiono dengan nada yang lebih terdengar memaksa saat Kakek akan berangsur turun."Hati - hati mengendarai mobilnya, Bud" Kata Kakek mengalihkan pembahasan dan gak mengabaikan ucapan Om Budiono, l
Read more

POV

POV : ZENDRAAh sialan! Gara - gara ban motor kempes jadi telat masuk. Baru kemarin kena hukum Pak Yusdi. Masa sekarang harus kena hukum lagi, lama - lama bisa kena kartu merah nih. Aku bergumam kesal begitu melihat gerbang setinggi cita - citaku itu sudah tertutup rapat dengan manekin hidup berbentuk doraemon mematung di depan pos.Doraemon gak ada guna, giliran jaga gerbang aja dia ada, sementara kemarin, di saat genting si Dinda sampai ke kunci di ruang lab, ini manusia kemana? Aku masih bergumam sendiri, melirik kesal pria tua berkumis tebal dengan seragam biru tua tersebut."Pak, ayo atuh bukain gerbangnya. Baru juga telat 15 menit. Masa gak di maklumin. Tar Zen beliin kopi deh!" Aku merayu Pak Abdul agar hatinya tergerak membuka gerbangnya untukku."Tar dibukanya nunggu perintah Pak Yusdi" Jawabannya makin membuatku sebal."Itu mah sama aja bohong atuh pak"Pak Abdul hanya melirik sekilas dan tetap berdiri tegak bak tentara perang yang sedang menjaga perbatasan wilayah.Mau gak
Read more

BELAJAR MENGAJI

"Alif, ba, ta , tsa..." Kak Alif menunjuk satu per satu huruf hijaiyah yang tertera pada buku iqra kecil di tangannya.Ceritanya, Kak Alif lagi mengajari pacarnya agar bisa mengaji. Supaya jadi ibu yang sholehan untuk anak - anak mereka kelak. Begitulah cita - cita kehidupan mereka di masa depan."Alip... kayak namamu yah. Aku jadi kaya lagi manggil kamu" Ucap Amanda malah mencandai pacarnya yang sedang serius menjadi guru ngajinya tersebut.Mereka sudah hampir satu jam berada di halaman buku yang sama dan Amanda masih belum serius untuk mempelajarinya."Udah ah serius. Ayo coba lagi, alif, ba, ta, tsa" Kak Alif mengulangi lagi entah sudah berapa kali dan aku masih betah saja mendengarkan mereka sambil memandangi dua manusia aneh itu duduk di lantai, dipojokan kelas.Ini jam istirahat, jadi kelas kami sepi dan kedua orang tersebut, hmm... maksudku Amanda seharusnya bisa serius sih menangkap pembelajaran ringan yang Kak Alif ajarkan padanya."Alip, bata, seng, gendeng, batako. Ah gak t
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status