All Chapters of Cinta Manis Masa Sekolah: Chapter 31 - Chapter 40

41 Chapters

KATA YANG TAK DISANGKA

"Ayo Din, gue anter pulang lagi" Ajak Umay yang kali itu bertemu denganku di dekat gerbang."Zendra minta loe lagi buat anter gue?""Iya""Kapan? Katanya tadi loe gak ketemu dia"Umay nyengir, ketahuan berbohong. "Ya udah sih meskipun gak di suruh Zendra emang kenapa balik sama gue. Kan gue sahabatnya""Jangan gitu, tar malah bikin Zendra salah paham sama kita. Udah sana balik, gue juga mau balik bareng sama temen gue""Ya udah kalau gitu gue duluan ya, loe hati - hati" Pesan Umay, lalu dia membawa motornya meninggalkan gerbang sekolah. Sementara aku masih berdiri di depan gerbang menunggu Eka yang masih belum menunjukkan batang hidungnya."Kamu lagi nungguin siapa Dinda?" Tanya Kak Wito"Lagi nungguin teman Kak""Saya antar pulang saja ya" Tawarnya lagi, padahal pagi tadi aku sudah menolak permintaannya."Gak usah Kak, makasih" Aku menolaknya lagi, dengan halus."Kalau gitu, kita tunggu temanmu di sana ya" Katanya sambil menunjuk sebuah warung di bawah pohon ketapang, di ujung jalan.
Read more

BERTEMU MAMA

"Serius banget kayanya ngobrol sama Kak Wito" Ujar Eka begitu aku menghampirinya, lalu kami berjalan bersama menuju halte bis."Dia kan emang orangnya serius gak pernah becanda""Kenapa sih loe gak jadian aja sama dia, kalian bukannya sama - sama saling suka?" Eka melirikku "Sorry bukannya ikut campur tapi rumor yang menyebar sih begitu di sekolah. Bukannya malah lebih nyaman sama yang saling suka ya? Daripada pacar loe sekarang gak jelas, bandel banget lagi" lanjutnya memberi pendapat."Emang dari awal masuk sekolah yang gue taksir dia, tapi kalau di fikir lagi dari dulu kita sama - sama saling suka kok gak pernah bisa bersama. Kan seolah takdir tuh lagi ngasih tahu gue kalau dia bukan jodoh yang tepat"Eka terkekeh "Terus loe berharap anak bandel itu jodoh loe?""Ya nggak gitu juga. Gimana berjalannya waktu aja lah, cuma untuk sekarang sih perasaan gue ke Zendra sepenuhnya. Jadi gue gak mau sia - siakan lagi seperti yang sebelumnya. Tentang perasaan gue sama Kak Wito biar aja jadi p
Read more

BERSAMA MAMA

"Gak bisa. Dinda harus tetap tinggal di sini" Kata Kakek tegas, bersikeras mempertahankanku. Selama ini beliau juga acuh, giliran aku hendak pergi dilarang - larang. "Saya akan tetap membawa Dinda, Pak, bu. Meskipun kalian melarang saya tetap akan membawanya" Mama juga teguh dengan pendiriannya memperjuangkanku untuk pergi dari rumah keluarga Papa. "Ya sudahlah biarkan saja Pak kalau memang dia ngeyel begitu" Ucap Nenek dengan nada kesal. Beliau memang gak suka dengan mamaku. Dulu, mama menikah dengan papa sebenarnya karena perjodohan kedua orang tua mereka. Saat itu keduanya masih sama - sama kaya raya. Tumbuh dari keluarga yang terpandang dan terhormat dengan latar pendidikan yang gak main - main. Namun, dunia gak selalu sempurna dan gak bisa di prediksi sebelumnya. Harapan sukses di masa mendatang dari perjodohan kedua keluarga kaya raya itu sirna tak sesuai yang diinginkan, hingga berujung nenekku yang malah membenci menantu pilihannya sendiri. "Asal mbak tau ya, selama ini
Read more

MABUK

"Niaaa..."Aku mendusel tubuh empuk nia yang sedang duduk santai di bangkunya. Setiap jam istirahat dia memang lebih suka berdiam di kelas daripada harus membuang waktunya dengan mengantri di kantin."Loe kemana tadi pagi? Gue tungguin dirumah kok gak nyamper""Gue sekarang tinggal sama nyokap lagi"Nia langsung memutar posisi duduknya menghadapku "Eh seriusan" Ucapnya senang "syukurlah kalau nyokap loe udah datang lagi"Aku mengedarkan pandangan, melirik bangku kosong di barisan ketiga. Meskipun istirahat seharusnya sebuah tas ada di sana."Zendra kemana?" Tanyaku saat gak menemukan apapun di bangku itu."Gak masuk dia. Itu bocah lama - lama bandel banget sumpah""Yaaah!" Aku mendesah kecewa."Padahal bokapnya galak banget, kalau bokapnya tahu pasti abis tuh anak di gebugin""Berarti kalau bolos dia gak tinggal dirumah?""Ya nggaklah, pasti dari rumahnya berangkat pake seragam, tapi gak tau nyampenya kemana"Aku teringat seseorang yang bisa dipastikan tahu keberadaan Zendra jika seda
Read more

BEST FRIEND

Umay merebahkan tubuh sahabatnya di kasur, gak lupa ia juga membuka sepatu, lalu menyelimuti tubuh sahabatnya dengan selimut berwarna ungu miliknya."Biarin aja dia di sini dulu. Gue mau balik ke sekolah. Loe mau ikut gue atau tetap di sini nungguin dia sampe melek?" Tanya Umay padaku.Aku masih bingung memutuskan. Tasku masih di kelas, tapi aku juga ingin menunggui Zendra sadar untuk menanyakan hal yang sempat ia racaukan di warung tadi."Kalau mau tetap di sini, tar gue bawain tas loe kemari" Ucap Umay seolah mengerti apa yang sedang aku fikirkan."Oke makasih""Ortu gue lagi gak di rumah, kalau loe mau minum atau laper loe cari aja di dapur mungkin ada sesuatu. Anggap aja rumah sendiri""Sungkan ah""Yaelah, tuh bocah juga biasa begitu di sini. Loe kan pacarnya, jadi anggap juga gue sahabat loe. Jangan sungkan - sungkan""Iya... iya...""Ya udah gue tinggal dulu" pamitnya, hendak meninggalkan ruangan."Umay makasih" Ucapku menahan langkahnya."Makasih buat apa?""Loe udah tolongin
Read more

TERJEBAK DI HUTAN

Sudah beberapa hari berlalu, sejak Zendra meluapkan segala keluh kesan yang di pendamnya tentang kecemburuan terhadap Kak Wito. Semenjak hari itu pula aku selalu berusaha menghindar dari Kak Wito yang ingin bertemu denganku untuk menjaga perasaan Zendra yang mungkin akan terluka lagi jika terjadi kesalahpahaman. Aku merasa sejak hari itu sikap Zendra juga sudah kembali normal. Dia masuk sekolah seperti biasa tanpa melanggar peraturan apapun lagi. Aku lega karena masalah ini segera teratasi dan hubunganku dengannya selamat dari kata pisah. Segala sesuatu memang akan lebih cepat teratasi jika dibicarakan bersama. Itulah pentingnya suatu komunikasi. Pagi ini aku sudah bersiap dengan berbagai bekal perlengkapan di ranselku. Ada cemilan, obat - obatan yang mungkin di butuhkan, dan gak lupa senter pesanan Kak Febri yang wajib di bawa oleh setiap peserta. Selain aku, beberapa orang lain juga sudah nampak menggendong perbekalannya masing - masing dan saat ini kami sedang menunggu aba -
Read more

37

"Apa yang sudah terjadi Dinda?" Mama menyambutku dengan khawatir begitu mendapati anaknya pulang dengan kondisi berantakan dan penuh luka."Tadi Dinda di kerjai kakak kelasnya bu" Jawab Kak Febri yang saat ini masih bersamaku."Masuk... masuk...." Pinta Mama, lalu kami masuk ke dalam rumah."Sebentar ya mama ambilkan kotak obat dulu" Katanya, langsung beliau pergi mencari barang yang di maksudkan."Duduk Kak" Kataku mempersilahkan Kak Febri. Mata lelaki itu nampak masih beredar mengamati seluruh ruangan."Dari kapan loe pindah ke sini?" Tanyanya, laki - laki itu memilih sofa panjang dan kemudian aku duduk di sebelahnya."Baru beberapa hari yang lalu""Syukurlah akhirnya loe bisa bareng orang tua loe lagi"Aku mengangguk, meski nyatanya yang tinggal bersamaku sekarang bukan lagi orang tua yang lengkap seperti dulu, hanya Mama dan orang itu sedang rapuh karena perbuatan suaminya saat ini."Sini nak, Mama obati dulu lukamu" Ucap Mama begitu kembali dengan kotak p3k di tangannya."Biar sa
Read more

KEMANA DIA PPERGI?

Aku menatap kursi yang masih kosong di sampingku. Mendesah resah. Ingin bercerita tapi bingung pada siapa. Aku gak mungkin mengatakan masalah ini sama Nia. Apalagi Nia satu kelas sama Zendra. Satu - satunya yang bisa menampung ceritaku dengan aman cuma Amanda, tapi kemana anak itu sampai sekarang belum ada kabar? Apa benar dia sakit?"Mana si jawa" Suara Kak Alif mengagetkanku. Lelaki itu menongolkan kepalanya di jendela tanpa kaca, seperti biasa.Aku menggeleng "Kak Alif juga gak dapat kabar dari dia?""Nggak" Jawabnya cuek, tapi jangan salah ya secuek - cueknya Kak Alif cintanya tulus banget loh buat Amanda. Emang dasar sifatnya aja yang lebih suka becanda dan gak mau ambil pusing."Apa dia sakit ya kak? Kemarin juga dia gak ikut kegiatan semeru""Emangnya anak itu bisa sakit?" Celetuknya, membuatku melirik kesal."Pacarmu itu manusia loh Kak""Manusia kok gak bisa ngaji" Ucapnya sambil manyun."Kita jenguk ke rumahnya yuk Kak, gue penasaran takut dia kenapa - napa, gak biasanya dia
Read more

EGOIS

Kak Alif melajukan motornya dengan kencang, membawaku untuk meninggalkan tempat itu secepat mungkin tanpa arah tujuan.Lelaki itu sejak tadi hanya diam dengan terus melajukan motornya menyusuri setiap jalanan yang terlihat di matanya, hingga akhirnya di sebuah jalan yang sepi ia mengerem mendadak dan mematikan mesin motornya.Ia menghela nafas, lalu mengangsurkan kepalanya pada stang motor, menenggelamkan wajahnya pada kedua tangan yang bersilang di sana."Are you okey?" Tanyaku sambil menepuk bahunya yang mulai berguncang.Kak Alif gak menjawab, ia masih dengan posisinya, namun kali ini suara isaknya mulai terdengar membuat air mataku ikut turun juga.Untuk beberapa waktu, Kak Alif terus menangis. Ia pasti kecewa, mungkin sangat kecewa hingga tangisnya pecah gak terkendali.Dia mencintai Amanda dengan begitu hebatnya. Orang yang sehari - harinya hanya bisa bercanda dan tertawa nyatanya memiliki cinta yang lebih serius dibandingkan dengan orang lain yang nampak romantis.Kamu sangat b
Read more

BIAYA TEBUSAN

Aku melangkah memasuki sebuah coffe shop di jl Hassanudin. Sebuah cafe klasik dengan dinding berwarna cream dan pintunya berwarna coklat tua.Hari itu suasana coffe shop cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang duduk disana. Termasuk salah seorang wanita dengan dress biru yang duduk tenang di kursi jati di salah sudutnya. Amanda tersenyum dan melambaikan tangannya padaku.Aku menghampirinya dengan ragu. Menarik satu kursi di depannya. Lalu menjatuhkan tubuhku di sana."Udah lama nunggunya?" Tanyaku setelah merapihkan diri di kursi tersebut.Amanda melirik jam di tangannya "Sekitar 10 menit. Lama banget sih loe dari mana dulu?""Iya maaf" Ucapku, lalu melirik mejanya yang masih kosong dengan buku menu yang tergeletak. "Loe belum pesan sesuatu?""Nungguin loe" Amanda melotot dan aku cekikikan melihat bibirnya yang mulai manyun."Iya sorry... sorry..." Aku membuka buku menu yang sedari tadi di anggurkan Amanda "gue mau pesan hazelnut latte, loe mau apa?""Samain aja, gue juga gak ngerti
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status