All Chapters of Hati yang Kau Sakiti: Chapter 21 - Chapter 30

73 Chapters

Bab 21 : Bertemu Sahabat

Vanya mengangguk. "Iya, benar. Aku sendiri kaget waktu Kiran cerita. Ternyata dia masih sayang sama Arka dan nggak mau buru-buru memutuskan untuk bercerai," jelasnya. "Mereka berdua memutuskan untuk mencoba memperbaiki hubungan mereka dulu, dan melihat apakah masih ada harapan." Arga tampak bingung sekaligus lega mendengar kabar tersebut. "Wah, aku tidak nyangka. Kukira hubungan mereka sudah tidak bisa diselamatkan lagi," katanya. Vanya tersenyum. "Ya, hubungan rumah tangga memang nggak pernah mudah, 'kan? Kadang-kadang butuh waktu untuk benar-benar tahu apa yang kita inginkan," jawabnya bijak. "Aku harap mereka bisa menemukan jalan yang terbaik, apa pun itu." Arga mengangguk setuju. "Ya, aku juga berharap begitu. Arka dan Kiran sudah melalui banyak hal bersama. Semoga mereka bisa menemukan jalan keluar yang terbaik." Mereka berdua terdiam sejenak, merenungi situasi yang dihadapi oleh Arka dan Kiran. Tak lama kemudian, Noah datang menghampiri Arga dengan membawa sekantong perme
Read more

Bab 22: Buaya Darat

Seorang pria tampan memasuki cafe, kehadirannya menarik perhatian setiap orang yang ada di dalam. Lelaki itu mengenakan setelan kemeja putih yang pas dengan tubuhnya. Rambutnya yang disisir rapi ke belakang menambah kesan elegan dan maskulin. Mata tajamnya menatap langsung ke arah meja tempat di mana Kiran dan teman-temannya sedang duduk. Di tangannya, pria itu membawa buket mawar merah yang segar, bunganya mekar sempurna. Kehadirannya langsung mengundang bisikan dan pandangan kagum dari pengunjung cafe lainnya. Beberapa orang bahkan berhenti dari aktivitas mereka hanya untuk melihat siapa pria tampan dengan bunga romantis itu. Kiran begitu terkejut, ia hanya bisa tersenyum menatap pria tersebut. Itu adalah suaminya. Arka begitu menawan dengan penampilannya yang sempurna, seolah-olah baru saja keluar dari halaman depan majalah. Senyum hangat dan tatapan yang Arka berikan padanya membuat jantung Kiran berdebar lebih cepat. "Ini untuk tuan putriku yang tersayang," kata Arka, samb
Read more

Bab 23: Makan Malam

Kiran menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia bisa merasakan tatapan Arka yang penuh perhatian, tetapi hatinya masih terguncang dengan kenyataan bahwa Lita mengirim seseorang untuk mengawasi mereka. 'Oh, jadi Lita menyuruh lelaki itu untuk mengikuti kami. Baiklah, aku akan ikuti permainanmu, Lita,' gumam Kiran dalam hati, sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Arka. Arka merasakan perubahan sikap Kiran dan menatapnya dengan cemas. "Sayang, kenapa? Kamu dingin?" tanyanya dengan lirih. Kiran tersenyum kecil, ia mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Mm … ya, udaranya sudah mulai dingin," jawabnya. Arka mengangguk. "Ya sudah, kita ke suatu tempat dulu." "Ke mana?" "Nanti kamu juga tahu." Kiran hanya mengangguk dan mengikuti ke mana suaminya pergi. Ketika mereka tiba di sebuah butik, Kiran menjadi semakin bingung. "Kok ke butik sih?" tanyanya begitu bingung. "Kita akan beli gaun," jawab Arka, sambil berjalan ke dalam butik. Kiran menghentikan langka
Read more

Bab 24: Mencari Cinta

Kiran menatap suaminya yang terus memegang ponsel dengan wajah bingung. "Mas, kenapa kamu tidak mengangkat panggilannya?" tanyanya. Arka hanya mengerutkan kening dan tanpa banyak bicara, ia mematikan panggilan itu. "Tidak penting," jawabnya singkat, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Namun, beberapa saat kemudian, ponselnya berdering lagi. Kali ini, bukan Lita yang menelepon, melainkan nomor baru yang tidak dikenal. Arka mengangkat ponselnya, memandang layar dengan raut wajah bingung. "Kenapa, Mas?" tanya Kiran lagi, ia sedikit khawatir melihat ekspresi suaminya yang semakin tegang. "Aku tidak tahu siapa yang menghubungiku. Nomornya baru," jawab Arka, ia masih ragu untuk mengangkatnya. "Mungkin klien kerjaanmu, Mas. Siapa tahu penting. Kenapa tidak kamu coba untuk mengangkatnya?" saran Kiran, mencoba menenangkan suaminya yang tampak ragu. Dengan berat hati, Arka akhirnya mengangkat telepon tersebut. "Halo, ini siapa?" "Maaf, apa ini benar dengan Pak Arka?" Su
Read more

Bab 25: Dia Juga Istrinya

Kiran menutup matanya, ia sudah pasrah dengan apa yang mungkin menjadi saat-saat terakhirnya di dunia. Ia berharap segala rasa sedih, kecewa, dan luka batin terhadap Arka akan lenyap seiring dengan perginya ia dari kehidupan ini. Namun, tiba-tiba, ia merasakan sepasang tangan kekar menarik tubuhnya dengan cepat dan kuat. Dalam sekejap, ia merasakan dirinya terselamatkan dari kecelakaan maut yang nyaris merenggut nyawanya. "Aaahhh!" teriak Kiran, tubuhnya terhempas ke pinggir jalan. Namun, untung saja, lelaki yang menolongnya berhasil menahan tubuh Kiran agar tidak terjatuh lebih jauh. "Awh ...!" Kiran merintih kesakitan, merasakan kram di perutnya akibat ketegangan yang terjadi. "Kiran, kamu tidak apa-apa?" Suara lelaki di belakangnya terdengar khawatir. Kiran langsung menoleh dan melihat wajah yang tidak asing baginya. "Kak Arga? Kak Arga, kamu tidak apa-apa?" Arga mengangguk. "Aku tidak apa-apa. Bagaimana dengan kamu?" Kiran menghela napas lega mendengar itu. "Aku juga t
Read more

Bab 26: Luka yang Sama

Melihat Kiran begitu kesakitan, Arga tidak punya pilihan lain. Dengan hati-hati, ia segera menggendong Kiran, memastikan tubuhnya tetap aman dan nyaman di pelukannya. Kiran tampak lemah, wajahnya pucat dan menahan rasa sakit yang begitu hebat. Tanpa membuang waktu, Arga membawanya menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan."Tenang, Kiran, aku akan membawamu ke rumah sakit secepat mungkin," ujar Arga, mencoba menenangkan Kiran meski ia sendiri dilanda kepanikan.Kiran hanya bisa memejamkan mata, air mata mengalir di sudut matanya. Rasa sakit yang melilit perutnya semakin menjadi-jadi, dan ia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. "Tolong cepat, Kak," bisiknya lemah, suaranya hampir tenggelam oleh rasa sakit.Setelah memasukkan Kiran ke dalam mobil dengan hati-hati, Arga segera duduk di kursi kemudi. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, kemudian menyalakan mesin, dan melaju dengan cepat menuju rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, Arga tidak berhenti mencuri pandang
Read more

Bab 27 : Menambah Luka

"Kiran, Kak Arga, kalian sedang ngapain di sini?" tanya Arka, suaranya terdengar ragu-ragu ketika melihat keduanya di rumah sakit. Arga mendekat ke arah adiknya, tatapan matanya begitu tajam sampai menembus ke hati Arka. "Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, Arka. Ngapain kamu ada di sini?" hardik Arga, nadanya begitu tegas, sampai membuat Arka merasa terpojok. "Lita mengalami kecelakaan, Kak. Jadi, aku langsung pergi ke rumah sakit," jawab Arka terbata-bata, mencoba menjelaskan situasinya. Namun, nadanya tidak bisa menutupi rasa bersalah yang perlahan merayapi dirinya. "Oh, ya?" Arga mendengkus. "Sampai kamu tega meninggalkan Kiran sendirian di jalan, begitu?" Arga memelototi Arka. Arka terdiam, wajahnya memucat. Kata-kata Arga bagaikan tamparan keras yang membangunkannya dari kebodohan yang ia lakukan. Ia telah meninggalkan Kiran sendirian di pantai, sesuatu yang benar-benar tak bisa dimaafkan. Ia begitu panik saat menerima telepon tentang kecelakaan Lita, sampai membuatny
Read more

Bab 28: Membawa Luka ke Rumah

Arga langsung menoleh ke arah Kiran begitu melihat Kiran mulai membuka matanya. "Kiran, kamu sudah bangun? Maaf, apakah aku terlalu kasar saat mengangkat tubuhmu tadi?" Kiran menggelengkan kepala pelan, matanya terus menatap ke arah Arga, seakan ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. "Tidak, Kak, kamu tidak kasar," jawabnya singkat, tetapi suaranya terdengar lemah. Ia terdiam sejenak, seolah sedang berjuang dengan pikirannya sendiri sebelum akhirnya berkata, "Kak, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Arga duduk di samping tempat tidur, menatap Kiran lekat sebelum akhirnya ia berkata, "Tentu saja, Kiran. Apa yang ingin kamu tanyakan?" Kiran menunduk, seolah ragu untuk melanjutkan pertanyaannya. Tetapi akhirnya, dengan suara yang hampir bergetar, ia mengutarakan isi hatinya. "Kak, apa aku tidak cantik? Apa aku tidak baik? Apa aku tidak pantas bahagia? Apa aku terlalu buruk sampai Arka menduakan aku? Apa aku—" Arga langsung mencondongkan tubuhnya ke depan, meletakkan telunjuknya denga
Read more

Bab 29 : Kamar Pembantu

Arka menatap Kiran dengan raut wajah yang tegang, berusaha menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan situasi yang rumit ini. "Maaf, Kiran. Aku terpaksa membawa Lita ke rumah kita," ucapnya pelan, seolah takut kalimatnya akan melukai perasaan istrinya lebih dalam. "Kamu tahu sendiri keadaan Lita saat ini. Sejak dia tertabrak mobil, tangan dan kakinya terluka parah. Dia belum bisa menjaga Cleo sepenuhnya. Daripada aku bolak-balik ke sana kemari, jadi aku putuskan untuk membawa mereka ke sini." Kiran mengernyitkan dahi, mencoba menahan amarah yang mulai menggelegak di dadanya. "Lalu bagaimana bila aku tidak setuju?" tanyanya dengan nada dingin, matanya tajam menatap suaminya. Arka menghela napas panjang. "Kiran, aku tidak tahu lagi harus membawa mereka ke mana," jawabnya. "Sekarang sudah musim hujan, dan kontrakan yang mereka tinggali itu atapnya banyak yang bolong. Aku khawatir Cleo akan sakit-sakitan jika mereka terus tinggal di sana. Aku hanya ingin memastikan mereka aman
Read more

Bab 30 : Bermuka Dua

Arka menelan ludah, ia merasa serba salah. Namun, melihat tekad Kiran yang tak bisa digoyahkan, ia akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, Kiran. Aku setuju. Lita akan tidur di kamar pembantu," katanya dengan suara yang lirih, Arka merasa terjebak dalam situasi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Lita hanya bisa mengangguk pasrah, ia sadar dalam kondisi seperti ini tidak memiliki hak untuk menuntut lebih. "Terima kasih, Kiran," ucapnya pelan, meski dalam hatinya ia merasa sedih harus tinggal di tempat yang sempit dan kurang layak. Kiran tidak membalas ucapan Lita. Ia hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Sepertinya Cleo sudah lapar, Mas. Aku harus memberinya ASI," kata Lita ketika melihat Cleo yang masih nangis digendongan Arka. "Baiklah, aku akan membersihkan kamarnya dulu." "Aku akan membantumu, Mas." Arka mengangguk, ia pun lalu membawa Lita dan Cleo menuju kamar pembantu yang ada di dapur. Kiran hanya memandang punggung suaminya yang membawa Lita pergi da
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status