All Chapters of Hati yang Kau Sakiti: Chapter 31 - Chapter 40

73 Chapters

Bab 31 : Tidak Akan Pernah Kembali Seperti Dulu

Arka perlahan memasuki kamar tidur, langkah kakinya terdengar sangat hati-hati seolah takut mengganggu ketenangan yang memenuhi ruangan. Di hadapannya, Kiran terlihat tertidur, tubuhnya terbalut selimut putih yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Cahaya dari lampu tidur memantulkan sinar hangat yang menyelimuti wajahnya. Namun, Arka bisa melihat sisa-sisa air mata yang masih menggenang di sudut mata istrinya itu. Hatinya mencelos, perasaan bersalah menyeruak kuat dalam dadanya. Arka mendekati tempat tidur dengan perlahan. Ia tahu Kiran belum tidur. Isakan pelan yang tertahan dari balik punggungnya memberikan petunjuk bahwa hatinya masih sangat terluka. Meski demikian, Arka tidak ingin langsung mengganggunya. Ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi terlebih dahulu, mencoba menenangkan pikirannya yang juga kalut. Suara air dari pancuran menjadi latar belakang yang menenangkan sejenak. Arka membiarkan air hangat mengalir di tubuhnya, membilas segala kelelahan dan kotoran yang menemp
Read more

Bab 32 : Perhiasan

Lita terpaku tidak tahu harus menjawab apa. Kehadiran Maria membuatnya tak bisa berkutik. "Saya ... saya ...." Lita tidak tahu harus menjawab apa, terlebih melihat tatapan tajam dari Maria membuatnya semakin menciut. Wanita yang sebentar lagi menginjak usia 55 tahun itu terlihat begitu menakutkan bagi Lita, sampai ia bingung harus menjawab apa. Maria berjalan mendekat ke arah Lita ketika melihat wanita itu hanya terdiam membisu. "Kenapa kamu diam saja? Apa kamu pikir bisa seenaknya masuk ke dalam rumah anakku? Kamu tahu anakku sudah menikah, tapi kenapa kamu terus mendekatinya? Kamu punya hati, bukan? Dasar wanita tidak tahu malu!" Lita tidak bisa menjawab, ia hanya bisa menundukkan kepalanya, merasa takut dengan tatapan tajam yang Maria berikan padanaya, sampai tubuh Lita sudah bergetar dan kedua tangannya meremas baju yang ia kenakan. Kehadiran Maria membuatnya semakin merasa tidak diinginkan dan membuat suasana semakin tegang. Masalah ini akan semakin rumit jika ibu Arka ikut
Read more

Bab 33 : Merencanakan Sesuatu

"T-tidak, aku hanya ingin membawa minuman ini untuk kalian," jawab Lita terbata-bata sambil berjalan menuju ke arah sofa. "Ya sudah, letakan saja di situ!" kata Kiran sambil menunjuk ke arah Meja. "B-baik." Lita pun segera meletakan dua gelas tersebut di meja, setelah itu matanya melirik sedikit ke arah perhiasan yang sedang dipegang oleh Kiran. Ada rasa iri dan cemburu dalam benaknya melihat perhiasan mewah itu. 'Lihat saja, suatu saat nanti perhiasan itu akan menjadi milikku,' gumam Lita di dalam hati sambil tersenyum miring. *** Arga berdiri di depan makam istrinya, Eva, dengan tangan yang sedikit gemetar memegang seikat bunga lili putih. Matahari siang ini terasa hangat, namun di hatinya hanya ada dingin yang menusuk. Suara angin yang berdesir melewati dedaunan pohon cemara, seolah membisikkan rasa kehilangan yang tak kunjung pudar. Kemeja hitam yang membalut tubuhnya terasa menyesakkan, seolah mencerminkan perasaan hatinya yang tertutup oleh duka. Ia berlutut perlahan, mel
Read more

Bab 34: Suamiku Gila

Lita menelan ludah dengan gugup, berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan ketenangannya meskipun Kiran berdiri begitu dekat, menatapnya dengan tatapan tajam. "S-Sejak kapan kamu ada di situ?" "Kenapa jadi kamu yang balik bertanya?" selidik Kiran sambil bersedekap dada. "Aku ... aku hanya berjalan-jalan di sekitar rumah," Lita menjawab dengan gugup. Namun, Kiran tidak termakan oleh alibi lemah tersebut. Ia mendekat, membuat jarak antara mereka semakin dekat. Matanya menelusuri setiap gerak-gerik Lita, seakan mencari tahu kebenaran di balik sikapnya yang gelisah. "Kamu terlihat seperti sedang berbicara dengan seseorang. Siapa yang barusan kamu hubungi?" Lita tersentak, berusaha menyembunyikan rasa panik yang mulai merayapi dirinya. "Oh, tidak ada yang penting. Hanya teman lama yang ingin tahu kabarku," jawabnya cepat, sambil memasang senyum. Namun, senyumnya terasa kaku, seperti topeng yang nyaris retak. Kiran bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh Lita, dan fi
Read more

Bab 35 : Ulang Tahun Maria

Kiran berdiri di depan cermin, mengenakan gaun elegan berwarna merah muda pucat yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Gaun tersebut memiliki potongan yang anggun, dengan lengan tiga perempat yang menambahkan sentuhan klasik pada penampilannya. Bagian atas gaun memiliki garis leher berbentuk scallop yang menambah keindahan dan kemewahan pada busana itu. Gaun tersebut terbuat dari bahan renda berkualitas tinggi, dengan detail yang rumit pada seluruh permukaannya, memberikan kesan mewah dan sophisticated. Sebuah pita satin di bagian pinggang menonjolkan lekuk tubuh Kiran, sementara belahan di bagian depan gaun memberikan kesan elegan namun tetap feminin. Rambut cokelat Kiran yang bergelombang disisir rapi ke samping, tergerai indah di bahunya, memperlihatkan kilaunya yang sehat dan terawat. Perhiasan yang diberikan oleh ibu mertuanya—sebuah kalung berlian dengan anting-anting yang serasi—melengkapi penampilannya, membuatnya tampak seperti seorang bangsawan yang siap memukau semua or
Read more

Bab 36 : Pembantu Baru

Kiran menatap ke arah Arga dan Vanya yang tengah mengambil makanan bersama. "Sepertinya mereka memang serasi, Ma," jawab Kiran sambil tersenyum kecil di bibirnya. "Vanya itu sahabat baikku, dan aku tahu dia orang yang baik. Kalau mereka bisa bersama, aku akan sangat senang." Maria mengangguk setuju. "Mama juga berharap begitu. Mama ingin melihat anak-anak mama bahagia," ujarnya pelan, sambil tersenyum menatap Arga dan Vanya. Para tamu sudah mulai berdatangan, Kiran dan Maria menyambut tamu-tamu yang datang. Namun, suasana hati mereka berdua seketika berubah ketika melihat Arka, anak bungsu Maria, datang bersama dengan Lita, wanita yang kini menjadi istri kedua Arka. Maria yang melihat pemandangan itu langsung merasa kesal, terutama saat melihat Lita datang dengan menggandeng putranya begitu mesra. "Kenapa kamu membawa wanita itu ke sini?" tanya Maria dengan nada dingin saat Arka dan Lita sudah berada di hadapannya. Arka, yang sudah terbiasa dengan sikap ibunya terhadap Lita,
Read more

Bab 37 : Kekacauan

Saat semua orang sudah berkumpul di pesta tersebut, Arga menuntun ibunya, Maria, menuju meja di mana kue ulang tahun yang sudah didekorasi indah menunggu untuk dipotong. Seulas senyum kebahagiaan terus terpancar dari wajah Maria, terlihat jelas bahwa ia merasa sangat istimewa di hari ulang tahunnya yang ke-55 ini. Kiran dan Arka juga sudah bergabung bersama mereka, berdiri dengan penuh antisipasi menunggu saat-saat yang paling dinantikan. Sebelum memotong kue, seseorang memberikan mikrofon genggam kepada Arga, sementara Arka mendapatkan mikrofon yang bisa ditempel di bajunya. Arka langsung menempelkan mikrofon tersebut di jas hitamnya agar suaranya terdengar lebih jelas saat menyanyikan lagu ulang tahun nanti. "Baiklah, untuk semuanya, aku ingin menyampaikan terima kasih banyak karena kalian sudah hadir di ulang tahun ibuku yang ke-55 tahun ini," ucap Arga, ia mulai membuka acara tersebut. Ia lalu melihat ke arah Maria yang ada di sampingnya. "Ma, selamat ulang tahun. Semoga Mama
Read more

Bab 38 : Meninggalkan Bekas yang Mendalam

"T-tapi aku ...." "Kamu tidak perlu berjongkok seperti itu. Biar aku saja yang membersihkannya." Lita terdiam mendengar perkataan tersebut, sebenarnya ia juga tak ingin repot-repot membersihkan sepatu Kiran yang kotor karena ulahnya, terlebih dilihat oleh banyak orang.Arka langsung mengambil alih tisu tersebut dari tangan Lita. Ia lalu berjongkok di depan Kiran dan mulai membersihkan sepatu istrinya. Kiran merasa kesal melihat suaminya menggantikan Lita untuk membersihkan sepatu miliknya. Di dalam hati, ia merasa seolah-olah dirinya adalah istri yang paling kejam. Namun, Kiran tetap diam, ia hanya meremas gaunnya dengan erat. Sebenarnya, ia ingin berteriak dan meluapkan amarah yang ada pada dirinya kepada Arka, tetapi ia tidak mungkin melakukan itu terlebih di depan banyak orang. Setelah Arka selesai membersihkan sepatu Kiran, ia bangkit dan menatap istrinya dengan tatapan tajam. "Aku sudah membersihkan sepatumu, Nona Kiran," sindir Arka dengan nada yang terdengar begitu ir
Read more

Bab 39 : Gejolak Perasaan

Kiran berdiri di atas rooftop rumah mertuanya, membiarkan angin sepoi-sepoi menerpa tubuhnya pada malam yang sudah larut ini. Dia menatap langit yang terbentang luas, dihiasi oleh hamparan bintang dan bulan yang bersinar begitu terang. Malam ini, langit tampak cerah, tapi tidak secerah hatinya. Pikirannya terus melayang, bercabang ke mana-mana. Rasa sakit di hatinya terus menjalar, seakan tak ada obat yang mampu menyembuhkannya. Wanita cantik dengan rambut tergerai itu terus merenung, membiarkan memori-memori indah berputar di otaknya. Sayangnya, kenangan-kenangan itu tampaknya hanya bisa disimpan dalam ingatan. Kiran merasa seperti tidak lagi bisa menggapai kebahagiaan yang dulu pernah ia rasakan, ketika hanya ada dirinya dan Arka. Tiba-tiba, suara derap langkah kaki terdengar di kesunyian malam. Arga melangkah mendekat ke arah Kiran yang sedang melamun. Lelaki yang mengenakan kemeja putih itu langsung melepaskan jasnya dan mengenakannya di tubuh Kiran. Kiran menoleh sedikit, m
Read more

Bab 40 : Panggil Aku Mama

Kiran sedang sibuk di dapur menyiapkan berbagai macam hidangan. Ia sedang memasak nasi goreng kesukaan mertuanya, Maria. Pagi ini, Kiran tampak menawan, ia mengenakan kemeja putih berlengan panjang. Yang tingginya hanya mencapai lutut, sehingga memperlihatkan kaki jenjangnya yang begitu mulusnya nan putih. Kiran tak hanya menyiapkan nasi goreng, ia juga tampak fokus menyiapkan sandwich untuk dirinya sendiri. Karena pagi ini, ia ingin sekali makan sandwich, terlebih semenjak hamil Kiran sudah jarang memakannya.Kiran merasa meskipun sebenarnya Maria, ibu mertuanya, memiliki pembantu. Namun, karena Bi Sri sedang sibuk membersihkan sisa-sisa pesta kemarin, Kiran memilih untuk memasak sendiri dan tak ingin merepotkan orang lain. Saat Kiran tengah meletakkan sandwich di atas meja, Maria keluar dari kamarnya. Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat Kiran sudah selesai memasak. "Sayang, kamu yang masak semua ini?" tanyanya, seraya memperhatikan nasi goreng kesukaannya dan juga sand
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status