Semua Bab Istri yang Diceraikan ternyata Pewaris : Bab 11 - Bab 20

26 Bab

Bab 11. Biar Saya Samperin!

“Bagaimana dengan kondisi anak saya, Dok?” Ayara mengikuti langkah dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Aciel. “Cuma demam biasa aja kan, Dok?”Dokter tersebut menoleh pada Aciel yang terlelap di atas brankar. Kemudian perempuan berjas putih itu mengangguk pelan. “Iya, cuma demam biasa. Tapi, suhu tubuh Aciel sedikit lebih tinggi dari pada umumnya. Tapi tenang saja, tidak ada potensi untuk terkena step, kok.” Barulah Ayara bisa bernapas lega. Ayara mengusap kasar ujung matanya yang berair. Dalam hati berulang kali ia mengucapkan syukur, karena Tuhan kembali membantunya. Doanya terkabulkan, sehingga tidak ada hal yang serius pada putranya.“Terima kasih, Dokter.” Ayara menyalami tangan ibu dokter anak itu. “Iya, sama-sama. Lebih baiknya Nak Aciel dirawat barang sehari, supaya kondisinya cepat pulih.” Dokter menyarankan pada Ayara. Namun, saat melihat perubahan wajah Ayara membuat dokter itu bertanya heran. “Kenapa?”Ayara memutar ujung hijabnya. Bukannya ia tidak sayangkan
Baca selengkapnya

Bab 12. Apa Kamu?

“Ayara?”Ayara lantas menoleh pada pintu yang dibuka oleh seseorang. Betapa terkejutnya perempuan itu saat melihat siapa gerangan yang baru datang. Ayara sontak bangun dari duduknya, lututnya seakan tak mampu menopang badannya ketika Arsen berjalan mendekati dirinya.Ayara memelintir ujung hijabnya. Ia mengerjakan mata berkali-kali. Jantungnya ikut berdebar kencang, akankah ketakutannya benar-benar terjadi? “Pak, Bapak benar mau pecat saya?” Ayara menatap Arsen penuh harap. Ayara menangkup tangannya di depan dada. “Saya mohon, Pak. Jangan pecat saya dulu. Saya lagi butuh uang untuk obat anak saya,” lanjutnya lirih.Arsen menukik alisnya dalam. “Kamu bicara apa dari tadi?”Ayara sontak menaikkan tatapannya pada wajah datar di depannya. Kini malah Ayara yang mengernyit heran. “Maksud Bapak?”“Kamu berpikir terlalu kejauhan.” Arsen meletakkan sebuah kantong plastik di sisi ranjang yang ditempati Aciel. “Ini obat untuk anakmu.”Sebentar, Ayara masih mencerna apa yang terjadi. Tiba-tiba s
Baca selengkapnya

Bab 13. Bertemu Janu

“Hah?” Ayara menatap cengo pada pria di depannya. Ayara lantas mengerutkan keningnya, secara tidak langsung menyatakan jika dirinya tak paham bagaimana maksud laki-laki tua ini. “Maaf, Pak. Sepertinya Anda salah orang.”Darma menatap dalam manik Ayara. Akan tetapi, perempuan itu langsung memutuskan kontak mata. “Maaf, Pak Arsen, sepertinya rekan Bapak salah menduga orang. Ini benar kalung saya, saya ambil kembali, ya.” Arsen mengangguk kecil. “Kalau begitu saya ke belakang dulu, Pak. Saya ingin bekerja penuh hari ini, untuk menggantikan pekerjaan kemarin.”Ayara menarik diri dari sana. Tak lupa perempuan berhijab pashmina biru itu berpamitan dengan Darma. Kepergian Ayara, membuat Darma menatap perempuan muda itu dari kejauhan. Mungkin yang dikatakan olehnya benar, jika dirinya salah menduga orang. Mungkin hanya kebetulan saja sama kalung warisan istrinya. Namun, ada satu hal yang bisa ia jadikan patokan lainnya, yaitu cucunya memliki sebuah tanda abu-abu di lengan kirinya.Yasudahlah
Baca selengkapnya

Bab 14. El Dibawa

“Sayang, nanti di sana jangan rewel-rewel ya. Bunda kan lagi kerja.” Ayara memberi perhatian pada anaknya.Kejadian kemarin yang sempat mengundang ketakutan Ayara. Alhasil, hari ini Ayara membawa Aciel ke tempat kerja. Tentu saja ini sudah atas perizinan dari Arsen selaku pemilik restoran. Ayara rasa dengan beginilah ia bisa selalu mengetahui kondisi anaknya. Bukannya tak percaya dengan bu Ningsih, hanya saja ia takut jika terjadi sesuatu nanti kepada Aciel, tetapi ia tidak mengetahui apa-apa.Sesampai di restoran, Ayara disambut hangat oleh rekan karyawan yang lain. Mereka menerima kehadiran Aciel yang begitu menggemaskan. Sebelum melakukan tugasnya, Ayara terlebih dahulu pergi ke area bermain anak yang tersedia di restoran tersebut. Di sana memang sudah ada yang jaga. Oleh karena itu, Ayara bisa tenang meninggalkan Aciel di sana.Pelanggan di jam sebelas siang belum terlalu ramai. Ayara masih bisa sedikit santai sambil sesekali memeriksa anaknya yang bermain. Namun, hampir dua jam b
Baca selengkapnya

Bab 15. Bicara Berdua

“Arghh … kepalaku.” Ayara memegang kepalanya. Ia menggeleng kepala mengusir rasa denyutan yang tiba-tiba menyerangnya ketika mendengar panggilan itu.“Kamu kenapa, Ayara?” Arsen mengernyit heran karena Ayara tiba-tiba mengeluh sakit. Ayara mendongak, lalu menggeleng pada Arsen yang menatapnya. “Tidak apa, Pak. Kalau begitu saya permisi masuk untuk kerja lagi, Pak.” Sebelum pergi Ayara sempat menatap atasannya dan dua pria yang pernah ia temui tempo hari. Tatapannya beradu dengan tatapan sayu pria tua itu. Namun, Ayara langsung memutuskan kontak mata.Arsen dan dua rekan kerjanya yang baru saja tiba itu, menatap kepergian Ayara. Arsen sendiri merasa sedikit lebih lega karena Janu sudah pergi. Ia sudah mengancam pria itu, jika sampai berani mengganggu Ayara lagi, maka akan dilaporkan polisi.“Laki-laki tadi siapanya pelayan itu, Pak Arsen?” Pak Darma beralih bertanya tentang sosok Janu.“Saya tidak tau pasti juga, Pak. Kelihatannya itu suaminya.” Arsen juga tak tahu banyak, karena Ayar
Baca selengkapnya

Bab 16. Kilas Balik

“Nak, tunggu dulu!”Tangan Ayara dengan cepat ditahan Darma ketika perempuan muda yang sedang menangis itu hendak melarikan diri. Darma kembali menarik perempuan yang disangka adalah cucunya dengan lembut. “Kamu jangan pergi dulu, dengar penjelasan Kakek dulu, ya.”Bulir bening yang mengalir Ayara seka dengan kasar. Kemudian tatapannya tertuju pada pria tua yang menyebut dirinya sendiri dengan sebutan kakek. Tentu saja Ayara merasa aneh, lebih tepatnya asing dengan sebutan itu. Karena sedari dulu ia hanya seorang diri, tanpa kerabat lagi.“Saya tau kamu pasti syok dengar kebenaran jika kamu masih punya keluarga. Yang pasti saya tidak berbohong jika saya adalah Kakek kamu.” Darma menjelaskan tanpa keraguan, dengan harapan Ayara mempercayainya. “Kamu adalah cucu perempuan satu-satunya yang saya punya. Tapi, saya kehilangan kamu saat kecelakaan masa itu.”Darma memutar memorinya pada tahun di mana Ayara kecil hilang. Ketika itu Darma ingat sekali di mana putranya sedang pulang dari perj
Baca selengkapnya

Bab 17. Denial

Bab 17.“Saya permisi.” Ayara buru-buru pergi dari hadapan Darma, bahkan tanpa menjawab pertanyaannya.Darma hendak mengejarnya, tetapi ia mengurungkan niatnya. Darma kembali duduk di sana. Menurutnya, Ayara masih belum terbiasa dengan kehadirannya. Ia paham akan itu.Beberapa saat berlalu, Darma masih berada di sana. Matanya yang berkeriput terus menelusuri sekitar, mencari keberadaan Ayara. Namun, tidak ada tanda-tanda kedatangan perempuan berhijab itu.Darma beranjak dari sana tetapi ia dihadang oleh Arsen yang tiba-tiba muncul. “Mau ke mana, Pak Darma? Bapak sudah selesai makan siang?” Arsen melirik ke arah meja Darma yang masih terlihat kosong, tak tampak seperti baru selesai digunakan untuk makan.“Tidak, Pak Arsen. Sepertinya saya akan pulang saja.” Darma tersenyum tipis pada rekannya tersebut. “Baiklah, sampai bertemu di kesempatan lain. Nanti akan kita bahas lebih lanjut tentang kerja sama ini.”Arsen mengangguk kecil. Akan tetapi, ia merasa aneh dengan Darma yang tidak jadi
Baca selengkapnya

Bab 18.

“Nggak ada, Ra.” Tatapan Bu Ningsih menjurus ke depan. Kilatan bayangan ketika masa itu terlintas di kepalanya. Bu Ningsih lalu menoleh pada Ayara. “Kenapa tiba-tiba sekali kamu nanyain tentang ini, Nak?”Tentu saja Bu Ningsih keheranan, karena selama ini Ayara tak pernah menyinggung tentang bagaimana bisa dia berada di panti asuhan ini.“Nggak, Bu. Mau tau aja.” Ayara terkekeh kecil setelahnya.Ningsih mengangguk paham, tetapi wanita paruh baya ini tak tahu apa yang sedang dihadapi Ayara. Tampak Ningsih menarik napasnya, sebelum melanjutkan ucapannya.“Dulu Ibu nemuin kamu di depan gerbang. Kamu sendirian di sana, nggak ada orang lain. Saat itu hujan, jadi Ibu gak lama-lama di depan gerbang. Jadi, Ibu langsung bawa kamu masuk ke rumah panti, biar kamu gak makin kedinginan.” Bu Ningsih menjelaskan bagaimana keadaan pada saat itu.Penjelasan Bu Ningsih diterima baik oleh Ayara. Di restoran tadi ia langsung pergi ketika Kakek Darma mengajaknya ikut pulang bersamanya. Saat itu Ayara mera
Baca selengkapnya

Bab 19.

Bab 19.“Tidak bisa, Ayara.” Arsen mengulangi kalimatnya. Kali ini Ayara tidak meminta lagi. Nada suara atasannya tersebut sudah cukup menegaskan jika pria itu tidak memberikan alamat rekannya kepada pelayan sepertinya.“Tidak apa-apa dan maaf Pak karena sudah lancang. Terima kasih, Pak. Maaf sudah mengganggu waktunya.” Ayara berdiri dari kursi, berbalik berjalan menuju pintu.Ayara rasa cukup, lebih baik ia pergi dan cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. Lalu ia pulang untuk menemui putranya. Memang setelah ia mendapatkan pertolongan waktu itu saat Janu mau membawa El, Ayara tidak lagi membawa anaknya ke tempat kerja. Ia merasa anaknya aman karena ada perlindungan, meskipun itu sesaat.Akan tetapi, rasa dilindungi itu perlahan memudar karena pada dasarnya ia bukanlah siapa-siapa yang berhak menerima pertolongan apalagi perlindungan dari sang atasan.“Ayara, tunggu!”Ayara yang hendak masuk lift, langsung mengurungkan niatnya. Ia berbalik arah, ternyata Arsen yang baru saja keluar
Baca selengkapnya

Bab 20.

“Ayara!” Bu Ningsih berjalan terburu-buru menghampiri Ayara yang baru saja turun dari ojek.“Ada apa, Bu?” Ayara melihat Bu Ningsih menghampirinya dengan wajah yang sulit diartikan. ‘Apakah sesuatu telah terjadi pada putranya?’ Bukan apa, Ayara melihat Ningsih yang sekarang persis seperti saat Aciel jatuh sakit tempo hari. “Ada apa? Apa El sakit lagi, Bu?” Wanita paruh baya itu menggeleng cepat. Balasan itu membuat Ayara mengerut heran. “Terus kenapa, Bu?”“Ada kiriman sangat banyak,” jawab Ningsih, mampu membuat Ayara kembali kebingungan.Kiriman? Kiriman apa? Perasaannya ia tidak merasa memesan apa pun. Jelas saja, jangankan untuk memesan barang, ia bisa makan saja sudah lebih dari cukup. “Tapi, Buk, aku gak mesan apa-apa. Seharian aku di tempat kerja.” Ayara menjelaskan ketidaktahuannya. “Rika, mungkin dia yang mesan, Bu.” Bu Ningsih menggelengkan kepalanya, karena kiriman yang sedang mereka bicarakan tidak ada sangkut pautnya dengan Rika.Rika merupakan salah satu anak panti.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status