Angin malam menyapu lembut wajah Ayara. Perempuan itu bukannya ikut tidur saat menidurkan Aciel, malah ia melipir di jendela dengan pandangan lurus ke depan.Helaan napas entah sudah berapa kali perempuan itu ulangi, kepalanya terlampau berisik. Bahkan untuk tidur saja ia tidak bisa. Terlebih lagi jawaban Arsen sore tadi masih terekam jelas di pikirannya.“Tidak, saya tidak izinkan!” Arsen menolak permintaan Ayara, tanpa mau mendengar alasan lebih perempuan itu.“Tapi, Pak … saya harus pergi, Pak,” lanjutnya lagi dengan lirih, berharap laki-laki didepannya percaya.“Sekali saya bilang tidak, ya tidak Ayara. Kerja kamu bagus, saya tidak mau kehilangan kamu!” Kembali pada posisi Ayara sekarang, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya, sontak ia menoleh ternyata Bu Ningsih di sana.“Loh, Ibu belum tidur?” Ayara mengusap tangan Bu Ningsih yang masih ada di pundaknya.“Harusnya Ibu yang tanya, kenapa belum tidur? Seharian capek kerja kan? Istirahat, Nak,” tutur Bu Ningsih lembut.Ayar
Last Updated : 2025-01-13 Read more