All Chapters of Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan: Chapter 231 - Chapter 240

255 Chapters

Bab 231 - Sudah Waktunya

Reinhard mengusap wajah Alicia dengan lembut, menyelipkan surai wanita itu di cuping telinganya, kemudian melanjutkan, “Lalu, mengenai masalah keturunan, kamu tidak perlu merasa terbebani.”Suara Reinhard terdengar hangat. Ia pun menambahkan, “Aku akan menghadapinya bersamamu, Alicia. Lagipula, aku memilihmu bukan karena hal itu.” Sorot mata Alicia terlihat sendu. Ia tahu Reinhard berusaha menumbuhkan rasa percaya dirinya. Ia pun memaksakan seulas senyuman tipis di wajahnya untuk menenangkan hati pria itu. Namun, Reinhard tak mudah dibohongi. Ia tahu senyuman itu tidak sepenuhnya tulus, tetapi ia memilih untuk tidak mengomentarinya.Reinhard pun mengecup ringan puncak kepala wanita itu, lalu kembali menatapnya dengan hangat. “Sekarang kamu cukup fokus dengan pemulihanmu dulu,” gumamnya. Sebelum Alicia sempat merespon, pintu ruangan dibuka. Terlihat sosok Owen yang terpaku di ambang pintu saat melihat keduanya dalam momen yang cukup intim. Owen pun menyadari bahwa kedatangannya
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 232 - Lebih Agresif

Selang beberapa waktu kemudian, Reinhard keluar dan melihat Owen yang sedang berbincang dengan istrinya. Ia pun menghampiri mereka. “Apa yang kamu bicarakan, Owen? Saat ini istriku harus banyak beristirahat.”“Tadi Nyonya menanyakan tentang perkembangan Miracle saja, Tuan Muda,” sahut Owen dengan panik, khawatir disalahkan.Reinhard melirik istrinya. Ia melihat wanita itu mengatupkan kedua tangannya dan memasang wajah memelas seolah memohon padanya untuk tidak menyalahkannya maupun asistennya tersebut.Reinhard hanya bisa menghela napas pelan dan tidak lagi memperpanjang hal tersebut. Ia berjalan ke sisi ranjang yang lain, melihat dua kotak makanan di mana salah satunya sudah terbuka, tetapi masih tersisa.“Kamu tidak menghabiskannya?” tanya Reinhard kepada Alicia. Ia menatapnya dengan khawatir.Alicia menggeleng.“Tadi nyonya bilang dia tidak terlalu berselera,” sahut Owen, mewakilinya bicara.Reinhard melirik asistennya sekilas, lalu kembali menoleh kepada Alicia dan mengusap kepala
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 233 - Patah Hati?

Suara tawa kecil pun meluncur dari bibir Austin. “Saya jadi penasaran seperti apa agresifnya Nona Lorenzo yang dulu,” ledeknya. Namun, Reinhard telah melayangkan tatapan tajam dengan aura membunuh yang sangat kuat, seakan mengatakan bahwa, “Wanita itu adalah milikku. Tidak ada siapa pun yang boleh menggodanya selain aku.” Akan tetapi, Austin tidak peduli dan tetap menertawakannya. Alicia pun mendengus kesal. ia akui kalau dulu ia memang sangat “tidak tahu malu” dan “agresif” saat melakukan pendekatan terhadap Reinhard. Pernah suatu kali ia mecoba untuk mendapatkan ciuman dari Reinhard di tempat umum. Ia menggunakan sedikit trik yang cukup licik. Sayangnya, trik yang dilakukan ternyata tidak berhasil. Namun, ia berhasil mendapatkan kecupan singkat di pipinya waktu itu dan Alicia merasa sangat bahagia. Hanya saja, setelah saat itu Reinhard benar-benar menjaga jarak darinya seolah Alicia adalah rubah liar yang ingin memangsanya setiap waktu. Mengingat kenangan masa lalu yang konyol,
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 234 - Bayang-bayang yang Menghantui

Beberapa waktu kemudian, Alicia dan Reinhard telah tiba di apartemen mereka. Ia disambut oleh sejumlah pengawal yang kehilangan jejaknya seminggu lalu. Para pengawal itu menundukkan wajahnya dan berkata serentak, “Maafkan kami, Nyonya Muda!”Alicia terperangah. Ia menjadi pusat perhatian dari seluruh staff dan penghuni apartemen yang ada di lobi gedung tersebut.“Ka-kalian … kenapa minta maaf?” tanya Alicia dengan bingung. Ia pun menoleh kepada Reinhard dan bertanya, “Kamu yang menyuruh mereka?”Tiba-tiba tangan besar Reinhard merangkul pinggang rampingnya dan bergumam di dekat telinganya, “Ini sudah sepantasnya mereka lakukan karena sudah membuatmu hampir kehilangan nyawa. Tidak membunuh mereka sudah merupakan satu kelonggaran untuk mereka.”Reinhard terlihat sangat tenang saat mengatakan hal tersebut. Namun, di telinga para bawahannya, kalimat itu terdengar seperti ancaman yang mengerikan.Kepala para pengawal itu semakin tertunduk, tak berani me
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 235 - Kehebohan di Aula Resepsi Part 1

Di depan Hotel Willow, para awak media telah hadir, berbondong-bondong meliput acara pernikahan tuan muda keluarga Stein dengan putri keluarga Vale. Berita pernikahan mereka telah menjadi buah bibir sejak sebulan lalu.Bagaimana tidak?Reputasi Edwin Stein satu bulan terakhir ini semakin meningkat sejak produk “Shiny” menggebrak pasar kosmetik.Kepala keluarga Vale sendiri, yaitu kakek Thalia, merupakan walikota London dan Edwin menerima cukup banyak bantuan darinya dengan memanfaatkan hubungannya dengan Thalia.Para tamu undangan yang hadir sebagian besar berasal dari keluarga menegah ke atas, termasuk politikus dan selebriti. Tidak ada yang luput dari kilatan kamera para awak media.Tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah buatan Jerman keluaran terbaru, berhenti di depan pintu masuk hotel. Sontak, para awak media dan beberapa tamu yang sedang melangkah di red carpet terhenti sejenak, menoleh ke arah mobil yang terlihat misterius.Tidak berapa lama kemudian, sang pengemudi mobil─Owen Scot
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 236 - Kehebohan di Aula Resepsi Part 2

“Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?” tanya Edwin dengan penuh selidik. Ia memandang Nicholas dan mantan istrinya secara bergantian. Sejak tadi Edwin sama sekali tidak memahami maksud dari sindiran-sindiran terselubung dari Nicholas dan mantan istrinya tersebut. Akan tetapi, ia sangat terkejut karena Nicholas mengenal wanita itu. Pandangan Nicholas beralih kepada Edwin. Ia pun tersenyum remeh. “Kamu tidak tahu?" "Tahu apa?" Edwin mengerutkan keningnya. Nicholas menggelengkan kepalanya dan berkata, "Dia adalah Venus yang kuceritakan waktu itu.” Edwin membelalak kaget, matanya berpindah ke Alicia dengan sorot tak percaya. Sementara itu, Thalia juga ikut terkejut, tapi dengan cepat tersenyum sinis. “Jadi, kalau dia Venus, apa masalahnya? Dia tidak punya pengaruh apa pun terhadap Mirage, Tuan Muda Hernandez," ujarnya, mencoba meredakan kekhawatiran Nicholas. Thalia menoleh ke Edwin, berharap mendapatkan dukungan. “Benar kan, Sayang?” Namun, Edwin tidak menjawab. Tatapannya yan
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 237 - Kehebohan di Aula Resepsi Part 3

Cekalan pada tangannya membuat Alicia menoleh. Ia pun bertemu pandang dengan Miranda yang telah menatapnya dengan marah.“Anya, apa yang sudah kamu lakukan pada Thalia?” sergah Miranda dengan suara penuh tuduhan. Tatapannya tajam menusuk, seolah Alicia adalah penyebab semua kekacauan.Alicia memutar mata, mencoba tetap tenang meski suasana semakin memanas. “Lepaskan tanganmu, Nyonya,” desisnya dengan suara yang terdengar dingin.Netra biru Alicia yang menatap langsung ke arah Miranda, memancarkan ketenangan yang terasa berbahaya.Miranda tercekat sejenak. Wanita paruh baya itu merasakan perbedaan yang begitu besar dari perubahan mantan menantunya itu.Namun, Miranda menepis rasa kagetnya dan menyentakkan tangan Alicia, membuat wanita itu terhuyung sedikit, lalu beralih ke Thalia. “Sayang, kamu tidak apa-apa?” tanyanya dengan nada cemas, menggenggam tangan menantunya erat.Thalia mengangguk kecil, tetapi wa
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 238 - Kehebohan di Aula Resepsi Part 4

“Oh, ya? Siapa yang akan menikahi wanita gelandangan tidak tahu malu dan mandul sepertimu, Anya,” cetus Miranda yang masih menatap Alicia dengan penuh cemooh. Wajah Alicia berubah nanar dalam sekejap. Kedua tangannya terkepal erat. Ia tidak menyangka Miranda masih saja mencari kesempatan untuk menguak luka lamanya tersebut. “Hah! Orang itu pasti sudah buta dan berselera rendah,” Miranda masih mencibir, berharap Alicia akan tersudutkan dengan penghinaannya. Alih-alih marah, Alicia malah kembali tertawa, membuat Miranda dan yang lainnya menerka-nerka atas hal apa yang akan dilakukan Alicia dalam menghadapi sindiran yang menusuk tersebut. “Buta dan selera rendah katamu?” ujar Alicia di sela-sela tawanya. Ia membayangkan bagaimana Reinhard akan merespon hinaan tersebut. Wajah Miranda pun memerah. “Apa yang kamu tertawakan, Anya? Kamu sudah gila, hah?” hardiknya. Tawa Alicia pun perlahan terhenti. “Aku menertawakan suaramu yang tidak pantas diperdengarkan. Apa kamu tidak tahu kalau su
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 239 - Tamu Kehormatan

“Ka-kamu … suaminya?” Pertanyaan Miranda dengan suara yang masih belum sepenuhnya reda dari syok, terdengar memecahkan keheningan yang sempat terjadi beberapa detik di dalam aula resepsi tersebut. Pandangan Reinhard pun beralih kepada wanita paruh baya yang masih berdiri di samping Edwin. Dengan mempertahankan seringai dingin yang terlukis pada wajah angkuhnya, Reinhard menjawab, “Benar. Wanita ini adalah istri saya dan kami datang sebagai tamu terhormat dari Tuan Besar Vale.” Miranda tercengang. Ia pun melirik Thalia, tetapi menantunya itu hanya menggelengkan kepala, memberi isyarat bahwa dia tidak tahu-menahu soal ini. Semua tamu keluarga Vale berada dalam pengaturan kakeknya dan Thalia dapat memastikan bahwa semua tamu kakeknya adalah orang-orang berpengaruh dan berkuasa di kota ini. Thalia semakin penasaran dengan identitas pria yang mengaku sebagai suami Alicia tersebut. Padahal sebelumnya ia mengira Alicia hanyalah wanita jalang yang suka bergonta-ganti pria setelah
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 240 - Harga Diri yang Runtuh

Thalia menggigit bibirnya, menahan isak tangis yang ingin meluncur dari kerongkongannya. Dadanya terasa panas karena amarahnya yang mendidih. Ia ingin berteriak, ingin melawan, tetapi tatapan dingin kakeknya seakan mengancamnya untuk tidak lagi berbuat onar.“Sekarang!” Suara berat John Vale memecah kebisuan.Gigi Thalia bergemeretak. Masih dengan satu tangan memegang pipinya, ia berteriak dengan lantang, “Aku tidak bersalah! Kenapa aku harus meminta maaf padanya?”Suasana di aula semakin mencekam. Semua tamu menahan napas, menanti reaksi dari John Vale.Wajah pria tua itu tampak menggelap. Netra senjanya di balik kacamatanya itu telah berkilat tajam. Sebelum John melontarkan amarahnya, Edwin bergegas merangkul pundak Thalia yang masih terguncang dan berkata dengan penuh kekhawatiran, “Sayang, jangan begitu. Sebaiknya kita ikuti kata kakekmu.”Sontak, Thalia pun menoleh ke arah suaminya. Ia tidak menyangka pria itu malah akan memihak kakeknya dalam situasi seperti ini. Mata Thalia mel
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more
PREV
1
...
212223242526
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status