Di tengah hiruk pikuk kafe yang ramai, Shafana tersenyum lebar, matanya berbinar-binar. Dia sedang berbincang dengan Bima. Bima menawarkan peluang emas bagi Shafana. "Saya sudah bilang, novel-novelmu akan sukses diadaptasi menjadi film," ujar Bima, suaranya lembut dan menenangkan. "Dan series yang kita rencanakan, akan menjadi proyek yang luar biasa." Shafana mengangguk, hatinya berbunga-bunga. Dia tidak pernah menyangka mimpi-mimpinya akan terwujud secepat ini. "Terima kasih, Pak Bima," ucapnya, suaranya bergetar karena rasa syukur. "Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini." "Hei, tidak perlu seperti itu, ini memang sudah rejekimu, lagipula, kau memang sangat berbakat," puji Bima. Dia tersenyum dan menatap Shafana lekat, tatapan yang begitu dalam dan mengandung banyak makna. Di sudut kafe, Dewa mengamati mereka dari balik kacamata hitamnya. Wajahnya datar, namun matanya tajam, mengamati setiap gerakan Shafana. "Dia Bima 'kan?" tanya Dewa, suaranya dingin dan menu
Huling Na-update : 2024-09-16 Magbasa pa