All Chapters of PLAYER: Chapter 71 - Chapter 80

85 Chapters

71 Tidak Ada yang Siap untuk Berkomitmen

“Ngapain sih lo ke sini malem-malem?” Bastian mengucek matanya. Ia baru pulang dari café-nya dan menemukan mobil Ervin yang terparkir di luar rumahnya. “Untung nggak diusir satpam komplek lo.”“Gue perlu ngomong sama lo, Bas.”Melihat raut wajah Ervin yang serius, Bastian tidak membalas apa pun, hanya bergegas membuka pintu rumahnya.“Ada apaan sih?” tanya Bastian yang langsung mengajak Ervin menuju mini bar yang ada di dekat dapur.Ervin mengusap wajahnya dengan kalut. “Gue to the point aja. Gimana hubungan lo sama Lily?”Bastian terkesiap, sama sekali tidak menyangka kalau Ervin bisa mengendus kedekatannya dengan Lily. Sebenarnya, antara dirinya dan Lily belum ada hubungan apa-apa. Ia masih belum berani terang-terangan mendekati Lily karena tahu kalau Lily dekat dengan Ervin—bahkan sudah dianggap adik oleh Ervin.“Emang Lily bilang apa?” tanya Bastian memastikan. Setidaknya kalau Lily menjawab mereka sedang dekat, Bastian bisa melakukan hal yang sama. Tapi mengakui kedekatan yang mu
Read more

72 Sendiri tapi Tidak Sendirian

Ervin merebahkan diri di sofa ruang kerja mamanya. Sebenarnya pagi tadi ia sudah berniat bulat untuk membongkar hubungannya dengan Arla di depan mamanya.Tapi ancaman Arla sebelum keluar ruang rapat beberapa menit sebelumnya terus terngiang di benaknya.‘Aku bakal resign dan pergi sejauh-jauhnya kalau kamu buka hubungan kita kemarin ke orang-orang terutama keluargamu.’Bagaimana mungkin Ervin bisa mengatakannya setelah mendapat ancaman seperti itu? Bagaimana kalau Arla benar-benar pergi dan tidak bisa ia temui lagi?“Kamu nggak enak badan, Vin?” tanya mamanya yang kini ikut duduk di single arm chair di dekat sofa sambil meletakkan tangannya di atas kening Ervin, mengukur suhu tubuh anaknya dengan cara yang paling tradisional.“Nggak enak ati, Ma.”Rhea menghela napas. Memang Ervin tidak demam, tapi ia bisa melihat raut wajah ‘tidak baik-baik saja’ pada Ervin.“Periksa ke Om Pras coba, mungkin ada masalah sama livermu. Om Pras pasti nggak mau kan punya calon menantu yang sakit liver.”
Read more

73 Single or in a Relationship?

Ervin berdiri diam, memperhatikan Arla dari jauh. Beberapa pegawai coffee shop melihatnya dengan bingung, namun ia abaikan. Ia tidak bisa mendekati Arla yang tetap pada pendiriannya bahwa hubungan mereka sudah berakhir.“Nggak bawa mobil, La?” tanya Yusi yang melihat Arla masih berdiri di depan coffee shop.“Nggak bawa hari ini, hampir telat tadi pagi, jadi naik ojek.”“Mau bareng?” tawar Yusi.“Nggak usah, ada yang jemput kok.”Yusi mengangguk singkat kemudian berpamitan.Arla masih terlihat beberapa kali mengecek ponselnya, sampai sebuah sedan berhenti di depannya. Seorang pria turun dari kemudi dan mendekat pada Arla.“Arla?”Arla menangguk. “Mas Prayoga?”Lelaki itu tersenyum, mengulurkan tangan sambil memperkenalkan diri. “Panggil aja Yoga.”Ervin mengernyit bingung. ‘Driver taksi online? Kenapa harus kenalan dulu?’ Beberapa detik kemudian Ervin baru sadar, kalau sedan itu terlalu mentereng untuk digunakan seseorang sebagai taksi online.Bergegas Ervin memanggil taksi dan membunt
Read more

74 Cuma Suka atau Jatuh Cinta?

Ervin hanya mengaduk makanan di atas piringnya dengan malas. Kalau saja ia tidak sampai dijemput supir untuk pulang, pastilah ia tidak akan ada di meja makan bersama orang tuanya saat ini.“Jangan cuma diaduk-aduk! Dimakan! Di luar banyak orang nggak bisa makan.”Ervin melirik papanya. Kekesalannya masih bertumpuk tapi ia memang hampir tidak pernah melawan orang tuanya kecuali masalah kelakuannya yang sering berganti pacar dan sekarang bertambah dengan masalah perjodohan itu.“Kamu kepengan apa? Mau Mama bikinin yang lain?” tanya Rhea yang resah dengan keadaan Ervin belakangan ini.“Nggak, Ma. Ini aja.” Ervin mulai menyendok makanannya meski terasa hambar di lidah.“Kamu udah mulai harus ngomongin konsep engagement party kamu nantinya ke Lily. Siapa tau Lily punya mimpi selama ini mau kayak apa acaranya,” ucap Naren santai. Istrinya yang mendelik kesal ke arahnya pun sudah ia abaikan, demi masa depan Ervin yang menurutnya gelap jika tidak segera diarahkan ke jalan yang benar.“Mimpiny
Read more

75 It's Weird! It's Hurt!

“Hari ini harus keluar kantor, Vin.” Lily agak takut-takut mengucapkannya melihat mood Ervin belakangan yang agak sering naik turun, mirip perempuan sedang PMS.“Ke mana?”Kan, Ervin sudah memicing ke arah Lily, membuat Lily kesal sekaligus sedikit takut.“Kamu nggak inget, kita belum dapet supplier tetap buat gantiin supplier yang bermasalah waktu itu.”“Aku juga yang harus ngurus? Itu kan harusnya urusan Direktur Operasional. Waktu itu aku cuma turun tangan karena keadaannya urgent dan Papa nyuruh aku handle.”“Hmmm … semalem keluar surat keputusan Dewan Komisaris. Isinya Direktur Utama, Direktur Finance, Direktur Operasional, dinonaktifkan sementara sampai keputusan Dewan Komisaris berikutnya. Dan kamu, sebagai Direktur Pemasaran, yang ambil keputusan untuk sementara.”“Hah?” Kepala Ervin rasanya hampir meledak. Ia memang berniat mengurus orang-orang itu, tapi kenapa harus di saat seperti ini—saat ia bahkan tidak berminat melakukan apa-apa.“Cek email, Vin. Tapi pagi kantor induk u
Read more

76 Hangat dan Khidmat

“Lil, ikut aku.”“Ke mana?” Lily bahkan tidak repot-repot mendongak meskipun yang sedang bicara padanya adalah atasannya.“Ke kantor Mama.”Barulah sekarang Lily mendongak karena bingung mendengar ajakan Ervin. “Ngapain?”“Udah ikut aja. Makan siang sama Mama.”Lily mengernyitkan dahi. Sejak kapan Ervin mengajaknya makan siang bersama mamanya? Meskipun mereka saling mengenal, tapi hampir tidak pernah mereka makan siang bersama, kecuali ada Yara dan Aileen yang menyertai.“Bakal ada pembicaraan masalah perjodohan, pertunangan, atau yang semacamnya? Karena kalo iya, mending aku nggak ikut deh. Males. Capek aku diuber-uber mamaku masalah konsep pertunangan.”“Nggak. Kayaknya. Udah deh ikut aja.”Mau tidak mau, Lily terpaksa bangkit dan mengekori Ervin.***Ervin dan Lily sudah saling mengenal sejak kecil. Keduanya tidak akan kehabisan bahan obrolan meskipun berdua selama berjam-jam. Ada saja yang mereka bicarakan, apalagi ketika mereka sudah membicarakan sesuatu yang menurut mereka seru,
Read more

77 Espèce De Bâtard Fou!

Arla mengangkat pandangannya dari layar ponsel. Matanya menatap Ervin dengan tajam dan Ervin balas menatapnya seperti menantang.“Sembarangan kamu! Arla asisten Mama di kantor, enak aja kamu suruh-suruh buat ngurus acara pribadi kamu.” Rhea ingin memukul Ervin detik itu juga tapi sayangnya jarak mereka cukup jauh. Apa anaknya itu tidak waras? Meminta wanita yang pernah diciumnya untuk mengurus pertunangannya? Mau menciptakan adegan seperti apa sebenarnya Ervin ini?“Saya nggak keberatan kok, Bu. Kehormatan buat saya kalau bisa bantuin acara pertunangan anak Bu Rhea. Cuma masalahnya saya belum pernah ngurus acara seperti itu, takut hasilnya kurang memuaskan.”Ok. It’s a war!Rhea dan Lily hanya bisa diam mendengar jawaban Arla, tidak tahu bagaimana harus bersikap, sementara kedua orang itu seperti sedang mengibarkan bendera perang.“Kita pake EO aja—”“No, Ma. Arla kan udah bersedia. Kerjaannya selama ini selalu rapi kan, Ma. Dua kakaknya juga udah menikah, pasti punyalah sedikit penga
Read more

78 Jangan Bunga Itu, Please!

Arla: Bloem FloristArla: Fleur FloristArla: Fiore FloristTidak lupa Arla mengirimkan sederet link media sosial dan review dari para pelanggan florist yang namanya baru saja dikirimkan Arla melalui pesan singkat.Arla tidak peduli meskipun jarum jam dinding di kamarnya sudah menunjuk ke angka satu. Daripada ia mendapat teror lanjutan dari Ervin.Notifikasi pesan singkat di ponselnya membuat Arla terkejut, padahal ia hampir memejamkan mata.Ervin: Mana yang paling kamu suka?Arla memang sempat membacanya, tapi jarinya sudah tidak mampu lagi bergerak sekadar untuk mengetik pesan. Ia hanya sanggup menekan satu simbol di sudut kanan bawah. “Fleur,” ucapnya kemudian. Dan begitu ia melepaskan jarinya, rekaman suaranya terkirim ke Ervin.Ia tak sadarkan diri setelahnya. Kelelahan menghadapi hari itu, kelelahan harus mencari florist untuk acara pertunangan mantan pacarnya. Pokoknya ia lelah.Sementara Ervin—yang matanya masih belum mau terpejam—terkekeh geli begitu mendapatkan pesan suara d
Read more

79 Spesial

“Ris, mobilku tolong kamu yang bawa pulang ya, aku nggak langsung pulang, ada yang mesti kukerjain.” Arla menghubungi Risma dengan cepat saat melihat seorang laki-laki bermotor dengan jaket hijau celingukan seperti sedang mencari pelanggannya.“Kamu lagi sakit, La.”“I’m fine. Udah ya, Ris.” Segera setelah menutup telepon, Arla berlari menuju bapak-bapak paruh baya yang menantinya dengan senyum terkembang.“Hotel yang di Rasuna Said kan, Mbak?” tanya laki-laki itu memastikan.“Iya, Pak. J.S. Luwansa.” Arla mengenakan helm yang baru diangsurkan kepadanya, saat itu juga kepalanya terasa seperti berdentam, tapi ia berusaha menahannya, seakan itu memang efek karena menggunakan helm yang terlalu sempit.Arla menahan umpatannya sepanjang jalan. Untuk pernikahan kedua kakaknya saja ia tidak serepot ini, kenapa untuk pertunangan mantan pacar harus dirinya yang terseok-seok memenuhi keinginan mereka. Bukankah adegan mencari gedung akan lebih indah jika dilakukan berdua?“Mbak, udah sampe.” Teg
Read more

80 Nanti Aku akan Baik-Baik Saja

“Dari mana, La? Kamu kan lagi sakit.” Risma yang baru keluar dari kamar heran mendapati Arla yang duduk di sofa ruang tamu, sendirian, menatap datar ke arah televisi yang sedang tidak menyala. “Ada apa, La?”Arla menggeleng, kemudian bangkit untuk masuk ke kamarnya.“Udah makan belum? Minum obat?”“Udah, udah ke dokter juga tadi.”Risma mengangguk puas dengan jawaban Arla, meskipun raut wajah Arla tidak bisa dibilang baik-baik saja.Arla menutup pintu kamarnya, meletakkan tasnya di atas meja tulis, lalu menghempaskan diri ke atas kasur. Menarik bantal dan menyembunyikan wajahnya di sana.‘Bilang kalau kamu nggak mau aku ngelanjutin perjodohan itu. Aku pasti mati-matian berusaha nyari cara untuk ngebatalin perjodohan itu.’ Apa yang diucapkan Ervin itu masih berputar-putar di dalam otaknya.‘No, Vin. Sama aku, hubungan kita nggak akan ada ujungnya.’ Jawaban itu yang akhirnya terlontar dari mulutnya sendiri—mulutnya yang sungguh bertolak belakang dengan hatinya.‘Udah bener, La. Udah ben
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status