All Chapters of Dear Mantan: Chapter 21 - Chapter 30

36 Chapters

Hamil

Davin melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tak peduli lagi akan makian dan umpatan pengendara lain. Emosinya sudah menggebu-gebu, menguasai otak dan hati.Kejadian tadi pagi di meja makan membuatnya uring-uringan sedari tadi. Semua rencana yang ia susun dengan rapi hancur sudah karena kedatangan Sean sialan!Ucapan Vina tadi pagi pun terus terngiang, berputar-putar di kepalanya seperti kaset rusak."Yah, jadi perjodohan aku sama Davin dibatalin aja ya. Kan sudah ada Sean," ucap Vina tiba-tiba."Memangnya kalian serius?" tanya sang ayah, menatap Vina dan Sean penuh selidik."Serius lah Om, masa becanda," jawab Sean. "Kalau Om merestui saya siap kok gantiin Davin."Davin mengepalkan tangannya, sorot matanya tajam menatap Sean. Tapi Sean seakan tak peduli ia justru tersenyum miring seolah sengaja mengejek dirinya.Sial! Umpat Davin dalam hati, menyumpah serapah Sean."Bawa orangtua kamu ke sini, kalau emang kamu serius," kata ayah Vina."Tapi Om ...." Davin akhirnya bersuara, ketik
Read more

Apa yang Merasukimu?

"Sean gak macem-macem Ma, kami akan menikah karena Vina hamil."What?Kini bukan hanya kedua orangtua Sean dan Kimmy yang terkejut tapi juga Vina yang rasanya seperti terkena serangan jantung mendadak.Hamil?Sean sudah gila! Kenapa dia tidak kompromi dulu si? Sungguh pembohongan publik. Bagaimana Vina akan menghadapi kemurkaan mama Sean?Ya Tuhan, tolong hamba. Disaat seperti ini Vina berharap memiliki jurus menghilang seperti Naruto agar bisa lari dari kenyataan."Hamil?" Revina menaikkan sebelah alisnya, menatap Sean dan Vina bergantian dengan tatapan membunuh.Mungkin jika mata Revina bisa mengeluarkan peluru, maka sekali tatap saja Vina akan terkapar dengan rongga dada yang bolong. Jantungnya seolah mati mendadak saat Revina berjalan mendekat, tubuhnya seakan menggigil. Vina terus meremas sepuluh jarinya, menyalurkan rasa gugup, takut, dan kesal yang bercampur satu jadi seperti es campur.Huft! Ngomongin es campur, tenggorokan Vina jadi meronta-ronta minta asupan air. Ia menelan
Read more

Magadir

"Lo mau balikan sama gue?" Sean berbalik, menatap sendu Vina. "Will you marry me?"Hah? Vina melongo. Sean gak banget deh, masa ngelamar di dalam lift."Dasar magadir!" gerutu Vina."Hah?" Sean mengernyitkan dahinya, bingung dengan jawaban Vina. Magadir? Magadir apaan coba? "Yes or yes?"Vina mendesis, pertanyaan macam apa itu? Vina terus merutuki lift yang entah kenapa berjalan lambat, membuatnya harus terjebak lebih lama bersama Sean."Vin, jawab." Sean meraih tangan Vina tapi langsung ditepis olehnya."No!" tukas Vina, memalingkan wajahnya ke arah lain.No?Mata Sean berkedut, tak menyangka akan mendapat penolakan dari Vina. Padahal Sean sudah yakin kalau Vina pasti akan menerimanya, mengingat waktu makan malam tadi Vina begitu romantis."Why? Perasaan tadi lo so sweet banget, bukannya lo juga masih ada rasa sama gue?"Vina memutar bola matanya, kenapa mahluk bernama Sean ini tingkat kepedeannya sangat tinggi."Tadi kan akting gimana si lo?" Vina berdecak, rasanya ia ingin cepat ke
Read more

Sakit

Tidak seperti pagi biasanya, kali ini Vina tidak datang ke apartemen Sean. Ia langsung berangkat ke kantor tanpa mau peduli bagaimana keadaan pria itu."Gak papa kok sekali saja, lagian gue bukan babby sitter dia ini." Vina turun dari busway, ia terus bergumam meyakinkan diri kalau tindakannya benar."Tapi ... apa gak apa-apa ya?" Vina berhenti melangkah kembali kepikiran dengan bosnya. "Aish, dia bisa beli sarapan di luar. Kenapa gue jadi pusing mikirin dia si?" Vina mengibaskan tangannya, berusaha menghempas kekhawatirannya.Saat Vina melangkahkan kaki di kantor, atmosfirnya jadi berubah seperti di dalam tungku api. Panas dan bikin gerah!Vina berusaha mengabaikan tatapan sinis yang mencemooh dirinya, menulikan pendengaran dari mereka yang selalu bergibah tentang dirinya.Vina menghela napas panjang, semenjak ia jadi sekretaris Sean. Orang-orang di kantor jadi berubah sikap padanya, mereka kini memandang rendah Vina. Terlebih setelah skandal di dalam lift. Rasanya Vina mau operasi p
Read more

Ketahuan

Bunyi ponsel berdering nyaring mengusik Kimmy yang tengah terlelap. Kimmy menggerakkan badannya yang terasa pegal, tangannya meraba-raba sekitar mencari keberadaan ponselnya dengan mata masih terpejam.Saat menemukannya, Kimmy langsung mendekatkan ke telinga. "Halo."Tante Revina!Mata Kimmy terbuka lebar, ia seketika terbangun sementara tangannya masih memegangi ponsel di telinga."Eh, i—ya tante." Kimmy gelagapan ketika suara tante Revina menyentaknya dari lamunan. "Sean di rumah sakit?"Kening Kimmy berkerut, merasakan denyutan di kepala yang cukup menyiksa. Ditambah suara tante Revina yang terdengar panik, membuat kepala Kimmy serasa dibor."Lo udah bangun?"Kimmy terkesiap saat suara bass itu masuk ke gendang telinganya, ia menoleh dan mendapati seorang pria berdiri di dekatnya.Pria?Siapa?Kepala Kimmy semakin berdenyut kencang. Matanya menatap ke sekeliling dan ia baru menyadari jika dirinya terdampar di tempat asing.Astaga! Dimana ini?Mata Kimmy kembali mengerjap lalu beral
Read more

Satu Atap

Atmosfir di ruangan begitu terasa panas, meski AC dinyalakan. Aura gelap menyelimuti, membuat suasana jadi sangat mencekam.Vina duduk di hadapan kedua orangtua Sean yang sedari tadi menatapnya dengan instens. Ia menundukkan kepala, meremas ke sepuluh jarinya menyalurkan kegugupan dan rasa takut yang menyergap.Rasanya Vina seperti maling yang baru saja terciduk mencuri dan siap untuk dihakimi. Entah hukuman apa yang akan ia terima, melihat tatapan mama Sean yang tak bersahabat----membuat nyali Vina menciut."Ma." Suara Sean menggema di tengah keheningan yang masih mencekam. "Mama ngapain ke sini? Sean baik-baik saja kok."Revina mendengus, tapi sorot matanya masih menatap tajam tersangka di depannya. Yang jelas ia harus memberi pelajaran pada wanita itu. Berani-beraninya menodai anaknya yang masih polos."Jadi, sudah berapa kali?"Vina mendongak, matanya mengerjap berulang kali saat bersitatap dengan mata Revina.Pertanyaan macam apa itu? Apanya yang berapa kali? Vina tak paham maksu
Read more

Uji Coba

Vina merutuki tindakan Sean barusan, kini ia tidak bisa mengelak lagi ketika tatapan mama Sean begitu menusuk sampai ke relung jiwa terdalam. Mata Revina terus menatapnya tajam, membuat Vina tak bisa bergerak dengan leluasa."Sean!" pekik Vina ketika Sean merebut mangkuk sop yang akan ia bawa."Gue bantuin," kata Sean mengedipkan sebelah matanya.Astaga! Mata Sean kenapa si?Vina geleng-geleng kepala, kelakuan Sean makin membingungkan. Apa sehebat itu cinta merubah sifat seseorang?Vina tampak gusar, ia duduk berhadapan dengan Revina. Rasanya seperti duduk di kursi pesakitan siap menerima vonis hukuman gantung."Biar saya ambilin Tante," ucap Vina bersiap mengambil centong nasi, namun dengan cepat Revina menepis tangan Vina sedikit kasar."Gak usah!" ketus Revina.Vina menghela napas panjang, ia kembali duduk. Padahal niatnya kan baik, tapi sikap mama Sean sungguh keterlaluan. Dalam hati Vina terus menggerutu.Apa tidak bisa menghargai orang lain?"Gak papa, Mama emang suka gitu," bis
Read more

Dilamar

Akibat insiden semalam, aura di rumah ini begitu mencekam. Vina yang baru turun hanya mendapati dua PRT yang sedang menyiapkan sarapan. Padahal biasanya ada mama Sean yang bawel menberikan interuksi pada keduanya."Pagi Bi," sapa Vina."Pagi Non," balas kedua PRT itu bebarengan."Yang lain belum pada turun ya Bi?" tanya Vina."Belum Non," jawab salah seorang yang lebih tua.Vina hanya mengangguk, ia duduk termenung memandangi meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Pikiran Vina berkecamuk, memikirkan kejadian semalam.Apa ini semua karena kehadiran dirinya?Hal itu sangat mengganggu dalam benaknya. Jika iya, sebaiknya Vina mundur saja."Pagi Cinta."Vina tersentak saat merasakan kecupan di pipinya. Ia langsung menoleh dan mendapati wajah Sean yang menyebalkan."Sean!" pekik Vina, memukul pelan bahu pria itu.Sean terkekeh, menertawakan wajah Vina yang begitu lucu dan menggemaskan. Apalagi rona merah di pipinya, mirip Jeng Kelin."Papa sama Mama lo mana?" tanya Vina."Kamu," ralat
Read more

Imut

"Will you marry me."Kata-kata Davin terus berputar di otak Vina yang tiba-tiba tumpul sesaat. Terlalu mengejutkan hingga Vina tak tahu harus bereaksi seperti apa.Will you marry me?Mungkin jika itu Sean dengan senang hati tanpa ragu lagi, Vina akan bilang 'yes, i will'. Tapi ini Davin! Orang yang tak pernah Vina bayangkan. Meskipun sang ayah sempat ingin menjodohkannya, tetap saja itu hal yang sangat tidak mungkin.Vina masih melongo, bibirnya terlalu kelu untuk berucap, bahkan telinga Vina serasa berdengung tak mampu mendengarkan apa pun kecuali kalimat tadi.Ini lebih horor dari putusan pengadilan soal kawin gantung. Emang ada ya?Oh, shit!Apa otaknya sudah tidak bisa berfungsi dengan benar. Semuanya jadi tidak masuk akal. Seandainya Vina bisa membelah lantai kafe, maka ia akan dengan senang hati menenggelamkan diri saat ini juga."Berengsek!"Vina tersentak, ketika suara lantang berbaur pekikan orang-orang di sekitarnya menginterupsi. Hal pertama yang Vina lihat, Davin sudah ter
Read more

Restu

Vina berkali-kali menelan ludah, rasa gugup dan takut mendominasi. Langkah kakinya semakin berat, genggaman tangan Sean pun kian erat. Meski ragu keduanya tetap melangkah menuju kamar mama Sean.Walaupun sudah larut malam, Sean tetap nekad ingin menemui mamanya. Sean tak bisa jika harus menunggu sampai besok, apa pun yang terjadi Sean sudah mantap dengan pilihannya."Sean." Vina berhenti melangkah, membuat Sean otomatis berbalik menghadapnya. "Besok saja ya. Aku takut," cicit Vina, nyaris tak terdengar."Gak. Pokoknya kita harus ketemu mama sekarang. Apa pun yang terjadi, aku harus dapetin restu mama malam ini." Sean meraih kedua tangan Vina, mengusapnya dengan ibu jari. "Kamu percaya sama aku 'kan?"Vina mengangguk, ia sangat percaya dengan Sean. Tapi ... keraguannya juga sama besar. Vina ragu mama Sean akan merestuinya, mengingat sikap mama Sean yang selalu sinis padanya."Ayo." Suara Sean menginterupsi, genggaman di tangan menariknya kembali melangkah menuju kamar mamanya.Vina ter
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status