Semua Bab ISTRI BERCADAR YANG TERNODA: Bab 11 - Bab 20

90 Bab

BAB 11 Trauma

“Mas..awas!” teriak Zahira.Alan hampir saja menabrak mobil yang melintas di depannya, mobil Alan mengerem mendadak laju mobilnya, dengan napas memburu Alan menjatuhkan kepalanya di atas stir. Zahira juga terkejut, hingga kepalanya terbentur dash board.Zahira mengusap kepalanya yang sakit seraya menatap ke arah Alan, yang masih shock.“Mas, kamu baik-baik saja ‘kan?’Alan perlahan mengangkat kepalanya. ”Aku rasa, kita istirahat dulu Hira, kau tidak bisa melanjutkan perjalanan ini. Kita menginap di hotel terdekat,” ajak Alan mencoba menenangkan diri.Alan melajukan mobil pelan, 100 meter dari posisinya ada sebuah hotel, Alan memutuskan untuk menginap di hotel, karena tiba-tiba kepalanya pusing.Kini, Alan sudah berada di loby hotel. ”Dua kamar VIP,” ujar Alan pada resepsionis hotel.“Baik, Pak,” jawab resepsionis menyerahkan dua kunci kamar hotel.Tanpa berkata, Alan memberikan salah satu kunci kamar pada Zahira. Wanita bercadar itu pun mengerti, lalu meraih kunci tanpa banyak bertany
Baca selengkapnya

BAB 12 Nice and Beautiful Girl

Ketiganya memasuki lift menuju lantai 10, sampai di sana semua karyawan memberi hormat, ketika melihat petinggi Wira Company datang, tapi di sisi lain, mereka tampak penasaran dengan gadis yang terlihat aneh, yaitu Zahira yang memakai hijab dan cadarnya, maklumlah, semua keryawan tidak tahu, jika Alan telah menikahi Zahira, setahu mereka calon istri Alan adalah Amanda.Zahira dengan sopan membalas penghormatan dengan anggukan dan terlihat tersenyum pada para karyawan wanita, ini bisa dilihat dari iris matanya.“Kita, ke ruanganku,” ajak Alan pada Zahira.Oma Sinta masuk ke ruangan pribadinya, sedangkan Alan masuk ke ruang kepala manager.Pintu, terbuka, Alan masuk diikuti Zahira, kantor yang cukup besar, dengan sofa yang berhadapan dengan meja kerja.Zahira duduk, matanya masih mengedarkan pandangan, hingga ia tertarik dengan lukisan yang tergantung di dinding, perlahan bangkit lalu berjalan.Zahira berdiri menatap sebuah lukisan. ”Lukisan ini salinan karya edouard vuillard,” ucapny
Baca selengkapnya

BAB 13 Kesalahan Masa Lalu

Alan beranjak dari kamar Zahira, dan ia menyimpan buku harian Zahira. Setelah itu Alan bergegas meninggalkan rumahnya. Alan tidak kembali menuju kantor, melainkan melajukan mobilnya menuju sebuah kantor pengacara, jantungnya sedikit berdebar, ada sesuatu yang akan ia bicarakan dengan pengacara keluarganya.Kini, pria rupawan itu, sudah duduk di depan pria yang seusia Papahnya, pria itu heran mendapati Alan datang tanpa janji terlebih dahulu.“Alan, tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, kamu sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang sukses, ada perlu apa, hingga kamu datang sendiri ke kantor.”“Aku ingin bertanya padamu tentang kasus kecelakaan, sebelas tahun yang lalu, siapa korban kecelakan itu?” tanya Alan dengan tegas.Sang pengacara terdiam, ia menatap dalam Alan, sudah bertahun lamanya kejadian itu, tapi baru sekarang Alan menanyakannya.“Apa, Pak Ridwan tahu, jika kamu menanyakan kejadian itu kembali?”“Tidak, Papah dan Mamah tidak tahu, aku bukan anak kecil lagi ‘kan, aku berh
Baca selengkapnya

BAB 14 Ternyata Seorang Hafizah

Pagi hari, pukul delapan pagi, aroma masakan sudah tercium wangi, terdengar juga Zahira sedang berbincang dengan sang Oma, sambil tangannya aktif memasak di dapur.“Hira, kamu ‘kan, bersaudara dengan Amanda, tapi kenapa kalian berbeda, seperti langit dan bumi?” tanya Sinta.“Itu karena kami di asuh oleh ibu yang berbeda, Oma. Baik buruknya seorang terkadang ada campur tangan seorang ibu, mudah-mudahan Hira suatu saat bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak Zahira kelak, kerena seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya,” jawab Zahira.“Oh... berbicara anak, aku berharap kalian segera memberikan kabar baik,” balas Sinta“Kabar baik apa, Oma?” tanya Alan, sembari menarik kursi dan duduk di sebelah sang Oma, lalu meraih gelas, dan menuang air mineral, ke dalam gelas.“Kabar baik, yaitu kabar mengenai kehamilan Zahira,” jawab Oma Sinta.Huk huk! Alan hampir saja memuntahkan air yang di telannya, lalu menatap tajam Zahira, yang saat itu juga menatapnya.“Kenapa, Alan, wajarkan, jik
Baca selengkapnya

BAB 15 Wanita Sebelas Tahun Yang Lalu

Malam beranjak naik, Oma Sinta terlihat sedang menyeduh dua cangkir jamu, ia tersenyum, lalu meraih dua cangkir itu di meja makan, setelah itu mengetuk pintu.“Alan, Zahira, keluarlah sebentar,” suruh Oma Sinta.Tak lama kemudian pintu di buka, terlihat Alan dan Zahira berdiri di depan pintu.“Ada apa Oma, Alan lagi sibuk,” timpal Alan.“Iya, Oma tahu, kamu sibuk dengan Zahira, tapi biar kesibukan kalian itu membuahkan hasil, ayo minum jamu dulu.” Oma Sinta menarik tangan Alan, dan dibawanya pria itu duduk di kursi, sementara Zahira mengikutinya dari belakang, lalu ia pun duduk.“Ayo, kalian minum dulu, sebelum beraktivitas malam, mudah-mudahan akan segera ada kabar baik,” suruh wanita yang berusia 70 tahun dengan mengulum senyum.Alan, memutar bola mata, malas menanggapi ocehan sang Oma, tapi jika menolak, akan banyak ocehan yang ia terima, oleh karena itu Alan pun memutuskan menuruti kemauan sang Oma, Ia meraih cangkir di depannya, dan mulai meneguknya, walau rasanya terasa aneh, da
Baca selengkapnya

BAB 16 Ternyata Gadis yang Penuh Derita

Alan memutuskan untuk turun dari mobil, dengan pelan, dan jantung berdebar, ia pelan menginjakan kaki di tanah, bahkan kakinya terasa bergetar, ingatannya sekilas mengingat kecelakaan sebelas tahun silam.Wakru itu Alan mengendari mobil sport barunya, dengan kecepatan penuh di jalanan yang sepi, tapi tiba-tiba seoarang wanita menyeberang jalan, mobil tak bisa dikendalikan, akhirnya Alan menabrak wanita itu.“Alan..” sapa seseorang membuatnya sadar dari lamunan, wanita itu berjalan ke arahnya dengan kaki pincangnya.“Apa, Zahira bersamamu?” tanya wanita itu lagi seraya mengamati dalam mobil“Oh... tidak Bu, aku datang sendiri, kebetulan ada pekerjaan di dekat sini, jadi aku putuskan untuk mampir mengunjungi ibu,” dalih Alan.Fatima, mengurai senyum hangat, prasangka buruknya mengenai menantunya pada waktu pertama kali bertemu, membuyar seketika, mengetahui perhatian sang menantu yang mengunjunginya.“Terima kasih Alan, masuklah, ibu akan buatkan teh hangat untukmu,” ajak Fatima.Alan
Baca selengkapnya

BAB 17 Pergi Ke Acara Pesta

Zahira sudah berada di sebuah butik, dengan Via, Keduanya di sambut oleh karyawan butik dengan sangat ramah, keluarga Wira adalah satu pelangan butik.“Bu Zahira, ada beberapa pilihan, ibu mau yang mana?” Via menunjukkan tiga baju khimar dengan warna lembut.“Menurut, Kak Via yang mana yang pantas dipakai untuk acara Aniversary pernikahan?” tanya balik Zahira, sambil menatap ketiga khimar yang semuanya terlihat mewah.“Kalau menurutku yang ini.” Via menunjukkan khimar berwarna unggu, dengan desain yang sederhana tapi terkesan elegan.“Baiklah, Kak, pilih yang ini saja.” Akhirnya Zahira memilih khimar sesuai arahan Via.Via pun memilihkan tas dan juga sepatu yang senada dengan warna khimar.Sesampai di rumah, di sana ternyata sudah ada dua pegawai salon kecantikan yang menunggu Zahira.“Kalian sedang apa disini?”“Pak Alan, menyuruh kami untuk melakukan perawatan tubuh dan wajah, Bu Zahira, untuk acara pesta nanti malam.”“Apa yang kalian akan make up, aku memakai cadar,” sahut Zahira
Baca selengkapnya

BAB 18 Pria Misterius

Sementara di bawah, Alan sudah menyapa  beberapa tamu yang hadir, Risma dan Ridwan juga sudah di sibukan dengan beberapa tamu. Amanda sudah hadir, ia datang bersama Anita sang ibu.“Apa, Pak Wijaya tidak ikut Bu Anita?” tanya Risma menyambut kedatangan Amanda dan ibunya.“Maaf, suami saya sedang tidak enak badan, jadi hanya titip salam saja.”“Oh tidak apa-apa, Amanda, temuilah Alan,“ suruh Risma seraya tersenyum pada Amanda.Gadis yang berpenampilan elegan dengan gaun merah marun, dan belahan dada rendah itu pun mendekati Alan.“Selamat malam Al,” sapa Amanda.“Hemm.. apa kamu datang sendiri, kenapa kamu tidak mengajak kekasihmu itu?” suara Alan masih terdengar sinis.“Aku tidak punya kekasih, apa yang kamu lihat itu salah paham,” bantah Amanda.Alan mencelos kasar, mendengar jawaban Amanda, baru saja akan melangkah pergi,” tangan Alan di pegang  Amanda.“Tolonglah, jangan bersikap dingin padaku, setidaknya pe
Baca selengkapnya

BAB 19 Api Cemburu Sudah Mulai Membakar

Pria yang bernama Abram, masuk kedalam kamarnya, kamar yang telah lama ditinggalkannya. Kini pria itu berdiri di depan cermin, dengan bertelanjang dada, meraba bekas luka sayatan pisau, masih begitu tampak jelas, walaupun sudah dilakukan operasi plastik, tapi bekas itu masih terlihat, garis merah, yang cukup panjang. Wajahnya berubah bengis, kala menatap luka itu.Abram meraih kemeja, lalu mengenakannya, di sisirnya rambut hitam legamnya, setelah terlihat rapi dan tampan, ia pun melangkah keluar kamar.Satu persatu anak tangga di lewatinya, hingga sampailah di lantai bawah, di mana para tamu sedang menikmati pesta. Mengetahui jika putra pertamanya telah hadir, Ridwan pun segera menyampaikan pengumuman yang berkaitan dengan perusahaannya.“Selamat malam semuanya, saya ingin menyampaikan sesuatu di malam ini, berkaitan dengan kepemimpinan Wira Campany, selama ini jabatan CEO masih saya pegang, dan jabatan kepala manager di pengang oleh putra kedua saya, Alan Wirastaya dan saat ini, say
Baca selengkapnya

BAB 20 Suara Mengaji, Yang Mengetarkan Jiwa

“Ah... cantik, kayak tahu saja wajah istriku, seperti apa,” timpal Alan kesal.“Apa kamu, mau menikahi wanita yang tidak cantik, Alan?”“Cukup, aku rasa tidak perlu memperdebatkan tentang wajahku,” tukas Zahira sedikit kesal, lalu ia memilih pergi meninggalkan Alan dan Abram.Kini kedua saudara itu berdiri berhadapan saling tatap, di mata keduanya tersimpan ke angkuhan yang amat dalam, seperti sedang memperjuangkan sesuatu.“Jadi, kamu sudah bosan dengan seni lukismu dan beralih ke dunia bisnis,” ucap Alan seraya memasukan telapak tangannya ke kantong celana dan menatap Abram.“Anggap saja seperti itu, Papah butuh penerus yang tangguh, jangan kamu pikir tiga tahun ini aku vakum, dari dunia bisnis, lantas kepintaran manajemenku luntur begitu saja,” balas Abram.“Aku cuma berpikir, apa yang membuatmu tertarik lagi terjun ke dunia bisnis?”“Apa kamu takut tersaingi, adikku,” sahut Abram, lalu menepuk bahu Alan, dengan melempar senyum penuh misteri. Setelah itu pergi meninggalkan Alan.Al
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status