Abram menyetir sedan merah, menuju kantor Wira Campany, pria yang mengenakan kemeja warna biru doker itu menuju ruangannya, tapi kakinya terhenti ketika melihat Ridwan.“Pagi, Pah, bisakah kita bicara sebentar,” pinta Abram.“Oh.. Abram, Papah sibuk, hari ini ada meeting dengan klien penting dari Singapura, seandainya Alan sudah di sini, pasti dia bisa menghandle pekerjaanku,” timpal Ridwan.Pernyataan Ridwan semakin membuat meradang Abram, sejak dulu pria tengah baya itu meremehkan Abram, dalam bisnis.“Baiklah.” Abram, kembali melangkah menuju ruangannya, duduk dan mulai membuka laptopnya, foto Zahira tampak di layar laptop. Terlihat mata tajam Abram, begitu terpesona, bahkan mata tajamnya terlihat memuja Zahira.“Aku harus mendapatkanmu, Zahira, aku juga bisa seperti Alan, kamu pasti akan kagum, padaku, jika aku menduduki jabatan CEO ‘kan,” gerutu Abram, sambil tersunging senyum misteri.Sementara itu Zahira dan Alan, berjalan menyusuri kebun strawbery, keduanya tampak seperti sepa
Read more