All Chapters of Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan: Chapter 21 - Chapter 30

61 Chapters

21. Karyawan Keuangan

“Kamera di sana ada empat dan ada yang menghadap di ruangan Manajer.”Hans mengernyitkan dahi karena mencium kesengajaan untuk menghilangkan atau menyingkirkan tiga kamera pengintai. Satu kamera pengintai tidak mengarah ke meja Adnan.Ada seseorang yang menyingkirkannya.“Adnan menjabat sebagai Manajer keuangan sudah berapa lama?” tanya Hans penasaran.“Tiga tahun.”“Sebelum menjabat sebagai Manajer keuangan, dia bagian apa?” tanya Hans selidiki.“Dia bekerja sebagai Admin keuangan.”“Bagaimana dengan kinerjanya? Kapan dia masuk ke perusahaan pangan?” tanya Hans mencari tahu sembari mempersiapkan handphone untuk merekamnya tanpa sepengetahuan siapa pun.“Laporan dari bagian Humas, Adnan bekerja sudah delapan tahun di sana. Dia mengenal Tuan besar, tapi ….”“Kenapa?”“Tuan besar tidak menyukai kinerjanya karena dia terkenal memanipulasi laporan keuangan.”“Memanipulasi laporan keuangan? Bagaimana bisa dipertahankan karyawan seperti itu?” tanya Hans heran yang dipertahankan di perusahaa
Read more

22. Semua Karena Kamu!

“Berdasarkan hasil tes urin, dia positif mengonsumsi narkoba.”“Apakah Ayah mengetahui sendiri bahwa Pak Ahmad mengonsumsi atau ketika memakai narkoba?”“Tidak. Tuan besar menangkap Pak Ahmad berdasarkan hasil laporan dari pengirim anonim tanpa ada bukti video dan foto yang mengarah kepadanya.”“Lalu, kenapa Ayah seceroboh itu? Ada apa dengannya?”“Tuan besar tidak suka terhadap orang yang mengonsumsi narkoba di perusahaannya. Jadi, pengirim menulis pesan berupa secarik kertas tanpa mengirim ke surel.”“Masih ada tulisan itu?”“Ada, Tuan muda.”“Tolong foto dan kirim kepada saya.”“Baik, Tuan muda.”Hans bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaian. Tepat pukul satu pagi, ia belum bisa memejamkan mata dan pikiran masih berjalan untuk memahami kasus kematian ayah dan adiknya.Ia mengingat artikel yang ditunjukkan kepadanya. Foto dalam artikel menjelaskan bahwa kematian Ayah dan adik kecelakaan mobil di waktu yang berbeda.Namun, pola kematian mereka mirip.Hans keluar dari kamar ho
Read more

23. Black Card

“Tukang bersih-bersih kantor.”“Tukang bersih-bersih kantor atau karyawan divisi lain?” Hans bertanya kembali setelah Ryan menjawab pertanyaannya.Adnan mengatakan bahwa seseorang divisi lain melihat Hans sedang mengawasinya. Namun, Hans berhasil menutupinya dengan alasan yang masuk akal.Ryan memperhatikan Adnan sekilas sambil meremas tangannya secara bergantian. Dia terlihat takut dan ragu ketika menuduhnya tanpa bukti.Alis Hans naik satu dengan senyuman miring sambil memasukkan tangan ke kantong celana. Ia sangat santai menghadapi mereka yang tidak memiliki bukti karena tidak ada kamera pengintai di sana.“Kenapa diam dan kelihatan … ragu?” tanya Hans meledek sambil terkekeh.“Aku pasti membuktikan bahwa kamu adalah penulis artikel itu.” Adnan menjawab datar sambil mendekati dan menatap tajam.Senyuman lebar perlahan mengecil sambil menatap tajam. Ia tidak takut sama sekali atas perkataannya karena tindakan yang telah diambil sangat benar.“Silakan. Temukan bukti itu.”“Oke.”“Jik
Read more

24. Petunjuk Berkelanjutan

Senyuman miring dengan desisan setelah Sandrina meremehkannya bahwa tidak mengetahui perbedaaan black card dengan kartu biasa yang sering digunakan oleh banyak orang.Bahkan, pengusaha seperti Rashid dan keluarganya tidak memiliki kartu yang dimiliki olehnya. Mereka terkejut karena tidak memiliki kartu dan menginginkannya atau sengaja merendahkannya.Karyawan restoran hotel memperhatikan mereka yang merendahkan pria dengan paras tampan dan menyegarkan. Dia hendak membelanya, tapi Hans menggelengkan kepala kepadanya untuk membiarkan mereka mau berbuat apa pun.“Benar juga, tapi aku rugi kalau menjelaskan kepadanya karena dia juga tidak tahu dan … sepertinya, kartu itu miliki atasannya atau mencuri dari orang lain.”Hans mengambil black card dari tangan Adnan dan bergegas dimasukkan ke dalam dompet. Ia menghela napas panjang sambil senyum heran kepadanya.“Kenapa ekspresimu begitu? Kamu meledek kita?” protes Sandrina dengan intonasi penekanan.Hans berdecak lalu berkata, “Aku kasihan sa
Read more

25. Rapat Keuangan yang Memanas

“Lihat saja nanti.”Hans memasuki ruangan rapat dan terdapat karyawan eksekutif di meja. Bola mata membulat saat melihat sosok Galih, Haedar, Abigail dan lima orang mengenakan jas hitam yang terdapat papan nama dan jabatannya.Samping kiri Galih bernama Agil Maxwell sebagai Direktur Sales, sisi kanan Agil bernama Nurdi Sutomo sebagai Direktur Produksi, Nana Niswanto sebagai Direktur Pengembangan Teknologi Informasi, Nikita Suwandi sebagai Direktur Pengelolaan dan Pengemasan Barang Jadi dan Suwanto Suroyo sebagai Direktur Pengembangan Hubungan Masyrakat.Hans duduk di samping rekan kerja wanita bernama Gabby Susanti bagian keuangan. Ia membuka laptop sembari memperhatikan ekspresi karyawan eksekutif.Mereka terlihat memiliki emosional yang bisa digambarkan seperti kesal dengan bagian keuangan. Namun, Hans harus memastikan ekspresi yang mereka perlihatkan dengan jelas maupun tidak sengaja.Rapat pun dimulai dan diawali oleh Galih Cahyadi. Galih Cahyadi memperjelaskan bagian keuangan per
Read more

26. Lukisan Pengintai

Semua orang terdiam ketika Hans membahas masalah pengauditan yang ada pada perusahaan pangannya. Ia menatap Galih yang menunjukkan angka delapan, artinya audit keuangan dilakukan terakhir kali pada delapan tahun yang lalu.“Delapan tahun.”Hans mengangguk sekali. “Sudah lama ternyata. Menurut saya lebih baik dilakukan audit agar masalah yang sensitif tidak berujung lama dan semakin parah.”“Baik. Lakukan audit keuangan!” seru Abigail.Hans duduk bersandar sambil memperhatikan laporan keuangan yang terdapat keanehan. Sumber daya manusia yang bersifat jujur, bisa membelok ketika membutuhkan uang.Ia bisa bekerja sama dengan siapa pun yang melakukan kecurangan di perusahaan. Hans tidak boleh melengah kali ini karena untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya.Hans bekerja keras untuk memulihkan perusahaan pangan yang bisa dikatakan keuangannya sedang berada di ambang penyusutan. Semua pemasukan dari hasil produksi tidak kembali pada perusahaan.Tanpa diketahui siapa pun, Adnan pernah mengaks
Read more

27. Pergerakan Adnan yang Mencurigakan

“Iya,” jawab Adnan dengan senyuman miring dan menatapnya.“Pasti,” balasnya singkat lalu pergi dari ruang keuangan.Hans terus melangkah tanpa memperhatikan Adnan dengan senyuman miring dan mengembuskan napas dengan berat.Ia harus berhati-hati dengan Adnan, perebut istri orang dan tampak serakah dengan harta atau yang berbau uang.Dia bukanlah musuh yang mudah diatasi, seperti Ryan karena otak yang berasal dari keserakahan bisa melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya.Bahkan, Hans meletakkan rasa curiga kepadanya terkait pembunuhan ayahnya. Namun, ia masih belum menemukan motif utama dan petunjuk yang mengarah kepadanya terkait kematian ayahnya.Hans masih berusaha keras untuk menemukannya hingga akhir. Semua pasti ada campur tangan dari pejabat kepolisian.Tidak semua orang yang memiliki banyak uang bisa menangkap pelaku kejahatan. Semua pasti ada bantuan dari kepolisian dan akhir-akhir ini nama polisi sedang tidak baik-baik saja di mata masyarakat di negara ini.Hans sangat yaki
Read more

28. Kronologi Ahmad Masuk Jeruji

Jika benar bahwa Adnan menggunakan tetering di kantor dalam proyek kantor atau tugas artinya ada sesuatu di balik semua itu.Dia sangat licik, picik dan bisa dikatakan cerdas untuk melakukan kejahatan. Asumsi Hans dalam kasus penggelapan dana mengarah padanya.Hans menutup laptop sambil tersenyum miring dan mengingat caranya saat meremehkan, menghina dan merendahkannya di hadapan keluarga mantan istrinya.Dia ternyata tidak sepandai yang dipikirkan karena telah melakukan berbagai cara yang buruk untuk naik jabatan.Hans pergi ke penjara yang dikatakan olehnya di malam hari sambil menunggu informasi dari Carlos. Beberapa detik yang lalu keluar dari kamar hotel, nada dering panjang berbunyi lalu mengangkat panggilan darinya.“Ya?”“Hans, aku sudah mengirimkan hasil rekaman ke pesan dan surel.”“Rekaman apa?”“Ahmad Sufroni tentang dia dijebak oleh bawahannya yang sering disuap. Dengarkan sekarang!”“Oke.”Hans kembali ke kamar dan duduk di sofa lalu memutar rekaman Ahmad. Ia bersandar d
Read more

29. Menyewa Jasa Teman Lama

“Gua dapat di Bar. Ada pengedar baru yang menyediakan produk baru dan harganya lebih terjangkau,” jawab pria berambut pirang.“Gua tahu, dia yang selalu ada di pojokan ruang VIP, kan? dia membawa dua kotak berwarna hitam yang satunya berisi serbuk dan satunya buah itu, kan?” sambar pria berambut panjang dan gimbal.“Iya. Itu dia. Gua dengar kalau dia merupakan pekerja kantoran di perusahaan besar.”“Lumayan juga. Gua mau ke sana.”Hans mengernyitkan dahi dan teringat buah yang diberikan oleh Adnan kepadanya dan ketika transaksi dengan Ryan. Dia sangat gigih untuk memintanya dalam memperkenalkan buah yang dibawa olehnya.Bahkan, ia juga teringat dengan rekaman suara Ahmad.Dia sudah lama membawa buah itu, tapi tidak diperjualbelikan kepada siapa pun. Ia yakin memiliki motif untuk menawarkan buah kepada rekan kerjanya.Percobaan.Percobaan adalah kata yang cocok untuknya saat memberikan buah hijau kepada rekan kerja dan melihat hasil yang sangat bagus ketika Ahmad memakan buah itu dan m
Read more

30. Aku Butuh Bantuanmu

“Panjang ceritanya.”Hans memberikan air mineral kepadanya dan mempersilakan untuk duduk. Wanita yang bertemu dengannya merupakan temannya yang sudah dikenal lama dan bernama Anggun Malati Sukma.“Setelah tidak bertemu denganmu dalam jangka waktu yang lama, rasanya rindu masa sekolah kekanak-kanakan, sekolah dasar hingga SMA,” kata Anggun lalu meminum air mineral.“Kamu sangat berani dengan pria, meskipun kamu mengenakan kerudung.”“Jangan membahas masa lalu ketika penampilanku tertutup,” balas Anggun nada sedih.Hans menegak minuman anggur yang telah disiapkan di kamar VIP sambil menatapnya. Ia tidak banyak mengetahui Anggun setelah berpisah dari sekolah menengah atas.Hans hanya mengetahui bahwa keluarga Anggun berasal dari keluarga Dokter yang terpandang di negaranya dan selalu mengutamakan pendidikan.“Apa yang membuatmu seperti ini? Di mana orang tuamu?”“Mereka sudah meninggal. Aku tinggal sendirian di negara ini dan tidak ada keluarga yang mau menampung karena dikenal dengan ke
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status