Anggun yang tertunduk menjadi terdongak saat Hans menghampirinya dan menatap lamat. Dia mempersilakan untuk duduk lalu mengembalikan uang yang diberikan olehnya.“Aku tidak butuh dikasihani.” Anggun menolak pemberiannya.Hans mengambil uang itu dan dimasukkan ke dalam tas Anggun. “Maka dari itu, aku butuh bantuanmu,” katanya sambil mengembalikan tasnya.Anggun mengangkat satu alis. “Bantuan apa?”“Berpura-pura menjadi pelanggan.”Wajah Anggun penuh dengan tanda tanya. Dia tampak tidak memahami yang dikatakan olehnya. Hans menggandeng tangan untuk keluar dari kamar VIP menuju lantai dua ruang VIP.Suasana lantai dua masih ramai dengan bisnis gelap dan memiliki pelanggan masing-masing. Namun, mata Hans tertuju pada situasi di pojok yang ramai.“Kamu melihat pembeli yang berdesak-desakan di ujung ruangan ini sebelah kanan?” bisiknya sembari mengamati sekitarnya.“Ya. Aku melihatnya.”“Kamu tahu tempat ini?”“Aku tahu dari orang lain.”“Bagus.”“Lalu? Apa yang bisa kubantu?” tanya Anggun
“Dia berada di tengah kota, dekat toko bunga.”Rumah sakit di tengah kota ada lima. Kelima rumah sakit jaraknya berdekatan dengan arah jalan yang berbeda. Ada jalan perempatan, masing-masing jalan terdapat rumah sakit.Namun, hanya ada satu rumah sakit yang berdiri sendiri dan di tepat di tengah kota atau bisa dikatakan di jantung kota. Rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Internasional, milik ayahnya.“Pantau mereka!” Hans meminta Carlos untuk memantau mereka dari layar handphone.Hans memeriksa keberadaan lima rumah sakit di tengah kota melalui peta digital. Lokasi bar berada dalam hotel mewah dan posisinya juga berada di tengah kota.Jemari sibuk di layar handphone-nya dengan memperhatikan posisi hotel yang tidak jauh dari tempat menginapnya.Berdasarkan dari peta digital, rumah sakit Internasional berada di seberang sisi kanan hotel, sisi kanan dan kiri terdapat gedung tinggi yang bertuliskan Twin Tower. Gedung kembar merupakan perkantoran.Jemari terus bergerak di layar handphone.
Carlos tersenyum lebar. “Jika tidak akrab. Aku boleh minta nomormu?”“Bukan waktu yang tepat.” Anggun menolak untuk memberikan nomor handphone lalu naik taksi yang melintas di depannya.“Baiklah. Next time, ya.” Carlos berteriak setelah taksi sudah pergi dari hadapan mereka.Hans memperhatikan ekor taksi yang sudah menjauh dan menghilang di depannya. Ia menghela napas panjang dengan berat setelah menyelamatkan teman lamanya.Kekhawatiran terhadap Anggun untuk mengungkap identitasnya adalah nomor satu. Namun, ia percaya kepadanya sehingga menyelamatkan dan menyuruhnya untuk hidup dengan layak.Hans berharap kejadian itu tidak akan pernah terjadi sebelum semua rencananya berjalan dengan baik.“Ada apa? Kamu gelisah ditinggal pergi sama wanita penghiburmu?” tanya Carlos sambil tersenyum miring dan meledeknya.Hans menatap sinis sambil berdecak. “Terima kasih.”“Sama-sama. Omong-omong, beri saya nomor handphone perempuan tadi. Dia terlihat seksi dan cerdas.”“Tidak akan pernah. Dia sudah
“Perkara buah tidak dimakan, Pak Adnan bisa marah begitu ke Pak Lee?”“Ada apa di antara mereka?”“Apakah mereka saling mengenal?”“Sepertinya persaingan sengit di dunia pekerjaan.”Beberapa karyawan berpikir dan berpendapat bahwa Hans mengenal Adnan. Memang benar bahwa Hans mengenalnya, tapi ia mengganti wajah yang sesungguhnya menggunakan topeng mirip wajah yang sesungguhnya.Hans tersenyum miring sambil menatapnya dan maju satu langkah. Ia mendekatkan diri ke telinga untuk mengingatkan selalu bersikap bijaksana di hadapan siapa pun.“Tetap bersikaplah normal dan bijaksana dalam keadaan apa pun. Jangan sampai perkara buah, kamu mempermalukan dan merendahkan diri.”Hans terkekeh pelan sambil menepuk pundaknya sekilas dan pergi meninggalkannya.Namun, langkah terhenti dan berbalik kepadanya. Hans mendekatkan bibir ke telinganya untuk mengatakan kandungan yang ada dalam buah hijau.“Aku tidak memakannya karena tahu bahwa buah itu tidak baik untukku. Jadi, aku simpan dan … sepertinya su
Tidak ada yang berbicara satu pun. Ruang keuangan hanya dipenuhi oleh suara pendingin ruangan selama lima menit.“Keuangan perusahaan sedang tidak baik-baik saja beberapa tahun yang lalu,” jawab Adnan dengan menundukkan kepala lalu menatapnya lamat.Keheningan dipecahkan oleh pendapat Manajer keuangan mengenai keuangan perusahaan yang pasang surut beberapa tahun terakhir.Keuangan perusahaan memang pernah mengalami pasang surut, tetapi tidak semakin merosot untuk keuntungan perusahaan. Adnan hanya menjelaskan keadaan keuangan tanpa memberi penyebabnya.Pembeberan seorang Manajer Keuangan terlihat dibuat-buat untuk menutupi sesuatu.Hans hanya tersenyum miring sambil mendengus dan menggeleng pelan. Alasan itu sangat tidak masuk akal.Keuangan perusahaan sedang tidak baik-baik saja seharusnya dilakukan audit keuangan bukan malah membiarkannya. Bagaimana bisa seorang Manajer memutuskan hal demikian ketika keuangan perusahaan sedang memburuk?“Tidak masuk akal untukku,” jawab Hans singkat
Haedar menghela napas panjang lalu tersenyum setelah ekspresinya menegang beberapa detik. Dia tampak sesuatu yang tidak diketahui olehnya. Dia mengeluarkan sebuah makanan yang masih terbungkus dari kantong jasnya.Hans bingung dengan sikap tangan kanannya yang tiba-tiba memberikan roti dengan senyuman panjang. Ia terdiam selama satu menit sembari mengamati pandangannya yang terlihat khawatir akan sesuatu.Hans mengambil roti itu dengan senyuman lebar lalu membuka dan memakannya dengan lahap di depannya.“Jangan ke parkiran karena rekan kerja Tuan muda sedang mengawasi dari lantai dua kantin.”Hans meringis sambil mengangguk dan mengunyah. “Baiklah. Aku mengerti. Terima kasih rotinya, Pak.”Hans menepuk pundak Haedar seperti seseorang yang sudah mengenal dekat dengannya. Ia pergi meninggalkan ke depan perusahaan untuk mencegah ojek yang memangkal di sekitar kantornya.Bola mata merayap ke arah Wulan secepat kilat dan masih mengawasinya dengan tatapan tajam dan alis yang bertautan. Dia
“Tidak? Apa maksudnya?” tanya Hans bingung. Ia kembali duduk dengan dahi mengernyit.Naufal tertunduk dengan memeras kedua tangannya beberapa kali. Dia kembali terdiam setelah mengatakan tidak dengan keras.Hans mengernyitkan dahi sambil menatapnya. Kesabarannya sudah di ujung dan sedari tadi mengatakan informasi yang tidak lengkap.“Tidak ada jawaban? Baiklah, saya bawa ini ke atasan dan segera meminta untuk menangkap Anda!” Hans mengancamnya dengan menekan.“Pria itu ada di perusahaan pangan Pak Cody. Saya tidak tahu motifnya apa, tapi saya yakin bahwa dia punya niat jahat terhadap atasan dan ingin menjadi pemegang saham nomor satu di perusahaan.”“Maksudnya?”“Seorang pria yang sering dipanggil Misternot.”“Misternot?”“Dia adalah seorang pria yang menyuruh saya untuk memanipulasi laporan keuangan selama tiga tahun terakhir dan memberikan tawaran yang menggiurkan melalui anak buahnya. Anak buahnya merupakan seorang wanita kalau dilihat dari tubuhnya saat berdiri.”“Jadi, maksud And
“Tanpa kujawab, kamu sudah tahu jawabannya.”Hans pergi dari rumah Naufal sembari melambaikan tangan kepada mereka selama tiga detik. Ia harus bergerak lebih cepat dari mereka agar mendapatkan informasi yang akurat.Penjahat dalam kantor tidak boleh lolos dan harus bertanggung jawab atas pekerjaannya. Hans tidak masalah jika tidak ada yang mendukung.Rekan kerja dalam satu divisi tampak tidak menyukai kehadirannya dalam ruangan keuangan. Tatapan, gestur dan lisan yang dikeluarkan untuknya pun sangat berbeda dari yang lain.Hans tetap pada pendiriannya untuk membuktikan bahwa dugaan sementara yang melakukan penggelapan uang di perusahaan adalah Adnan yang dibantu oleh orang lain.Hans menyalin dan menyimpan rekamannya dengan Naufal di sebuah perangkat keras dan mikro kartu memori. Tidak hanya itu, ia juga menyimpan di Cloud Microsoft untuk arsip atau saat kehilangan bukti untuk bisa membuktikan mereka adalah penjahat.Hans juga menggandakan dokumen asli dari divisi produksi tentang buk