“Perkara buah tidak dimakan, Pak Adnan bisa marah begitu ke Pak Lee?”“Ada apa di antara mereka?”“Apakah mereka saling mengenal?”“Sepertinya persaingan sengit di dunia pekerjaan.”Beberapa karyawan berpikir dan berpendapat bahwa Hans mengenal Adnan. Memang benar bahwa Hans mengenalnya, tapi ia mengganti wajah yang sesungguhnya menggunakan topeng mirip wajah yang sesungguhnya.Hans tersenyum miring sambil menatapnya dan maju satu langkah. Ia mendekatkan diri ke telinga untuk mengingatkan selalu bersikap bijaksana di hadapan siapa pun.“Tetap bersikaplah normal dan bijaksana dalam keadaan apa pun. Jangan sampai perkara buah, kamu mempermalukan dan merendahkan diri.”Hans terkekeh pelan sambil menepuk pundaknya sekilas dan pergi meninggalkannya.Namun, langkah terhenti dan berbalik kepadanya. Hans mendekatkan bibir ke telinganya untuk mengatakan kandungan yang ada dalam buah hijau.“Aku tidak memakannya karena tahu bahwa buah itu tidak baik untukku. Jadi, aku simpan dan … sepertinya su
Tidak ada yang berbicara satu pun. Ruang keuangan hanya dipenuhi oleh suara pendingin ruangan selama lima menit.“Keuangan perusahaan sedang tidak baik-baik saja beberapa tahun yang lalu,” jawab Adnan dengan menundukkan kepala lalu menatapnya lamat.Keheningan dipecahkan oleh pendapat Manajer keuangan mengenai keuangan perusahaan yang pasang surut beberapa tahun terakhir.Keuangan perusahaan memang pernah mengalami pasang surut, tetapi tidak semakin merosot untuk keuntungan perusahaan. Adnan hanya menjelaskan keadaan keuangan tanpa memberi penyebabnya.Pembeberan seorang Manajer Keuangan terlihat dibuat-buat untuk menutupi sesuatu.Hans hanya tersenyum miring sambil mendengus dan menggeleng pelan. Alasan itu sangat tidak masuk akal.Keuangan perusahaan sedang tidak baik-baik saja seharusnya dilakukan audit keuangan bukan malah membiarkannya. Bagaimana bisa seorang Manajer memutuskan hal demikian ketika keuangan perusahaan sedang memburuk?“Tidak masuk akal untukku,” jawab Hans singkat
Haedar menghela napas panjang lalu tersenyum setelah ekspresinya menegang beberapa detik. Dia tampak sesuatu yang tidak diketahui olehnya. Dia mengeluarkan sebuah makanan yang masih terbungkus dari kantong jasnya.Hans bingung dengan sikap tangan kanannya yang tiba-tiba memberikan roti dengan senyuman panjang. Ia terdiam selama satu menit sembari mengamati pandangannya yang terlihat khawatir akan sesuatu.Hans mengambil roti itu dengan senyuman lebar lalu membuka dan memakannya dengan lahap di depannya.“Jangan ke parkiran karena rekan kerja Tuan muda sedang mengawasi dari lantai dua kantin.”Hans meringis sambil mengangguk dan mengunyah. “Baiklah. Aku mengerti. Terima kasih rotinya, Pak.”Hans menepuk pundak Haedar seperti seseorang yang sudah mengenal dekat dengannya. Ia pergi meninggalkan ke depan perusahaan untuk mencegah ojek yang memangkal di sekitar kantornya.Bola mata merayap ke arah Wulan secepat kilat dan masih mengawasinya dengan tatapan tajam dan alis yang bertautan. Dia
“Tidak? Apa maksudnya?” tanya Hans bingung. Ia kembali duduk dengan dahi mengernyit.Naufal tertunduk dengan memeras kedua tangannya beberapa kali. Dia kembali terdiam setelah mengatakan tidak dengan keras.Hans mengernyitkan dahi sambil menatapnya. Kesabarannya sudah di ujung dan sedari tadi mengatakan informasi yang tidak lengkap.“Tidak ada jawaban? Baiklah, saya bawa ini ke atasan dan segera meminta untuk menangkap Anda!” Hans mengancamnya dengan menekan.“Pria itu ada di perusahaan pangan Pak Cody. Saya tidak tahu motifnya apa, tapi saya yakin bahwa dia punya niat jahat terhadap atasan dan ingin menjadi pemegang saham nomor satu di perusahaan.”“Maksudnya?”“Seorang pria yang sering dipanggil Misternot.”“Misternot?”“Dia adalah seorang pria yang menyuruh saya untuk memanipulasi laporan keuangan selama tiga tahun terakhir dan memberikan tawaran yang menggiurkan melalui anak buahnya. Anak buahnya merupakan seorang wanita kalau dilihat dari tubuhnya saat berdiri.”“Jadi, maksud And
“Tanpa kujawab, kamu sudah tahu jawabannya.”Hans pergi dari rumah Naufal sembari melambaikan tangan kepada mereka selama tiga detik. Ia harus bergerak lebih cepat dari mereka agar mendapatkan informasi yang akurat.Penjahat dalam kantor tidak boleh lolos dan harus bertanggung jawab atas pekerjaannya. Hans tidak masalah jika tidak ada yang mendukung.Rekan kerja dalam satu divisi tampak tidak menyukai kehadirannya dalam ruangan keuangan. Tatapan, gestur dan lisan yang dikeluarkan untuknya pun sangat berbeda dari yang lain.Hans tetap pada pendiriannya untuk membuktikan bahwa dugaan sementara yang melakukan penggelapan uang di perusahaan adalah Adnan yang dibantu oleh orang lain.Hans menyalin dan menyimpan rekamannya dengan Naufal di sebuah perangkat keras dan mikro kartu memori. Tidak hanya itu, ia juga menyimpan di Cloud Microsoft untuk arsip atau saat kehilangan bukti untuk bisa membuktikan mereka adalah penjahat.Hans juga menggandakan dokumen asli dari divisi produksi tentang buk
“Sekitar sebelas orang dalam ruangan ini tahu bahwa Anda tidak berhak ikut campur dalam menangani audit ini. Bahkan, Anda hanya bisa memberi masukan tanpa harus membuat strategi untuk kami. Kami merupakan sebagian orang pasti pernah mengaudit dan saya sebagai orang baru bisa belajar dari rekan kerja.”Hans menjelaskan posisi Adnan saat ini. Dia tidak berhak untuk memberi strategi dan ikut campur dalam urusan audit setelah tidak diizinkan untuk mengaudit oleh Galih Cahyadi.Semua orang dalam ruang keuangan membisu dan situasi cukup menegangkan.Hans merupakan karyawan baru, tetapi berani berargumentasi tentang yang tidak disukai dan setuju atas sikapnya. Jabatan dia memang Manajer dan hanya memberikan saran ketika tidak diizinkan bertugas.“Setuju, ada yang sepemikiran dengan Pak Hans?” Tono menjawab dan bertanya dengan lantang kepada rekan kerjanya.Hans memperhatikan mereka satu per satu yang menatapnya dan Adnan secara bergantian. Sorot matanya terlihat bahwa mereka takut pada Manaj
“Apa pun yang memiliki peran penting dalam pekerjaan semestinya ditulis. Saya seharusnya tidak memberitahu Anda karena nanti dikatain merasa benar.”Hans sedari tadi berargumentasi tentang strategi yang dijelaskan oleh Adnan. Seorang Manajer Keuangan tidak menulis hal penting dalam strateginya.Apakah itu yang dinamakan strategi? Bagaimana bisa memecahkan dan membuat solusi yang terbaik dari permasalahan yang ada?Adnan terdiam dengan rahang yang mengeras dan tangannya mengepal erat. Namun, kebisuan dibuyarkan oleh Sabrina yang memukul mejanya dengan keras.Braaak!“Apa maksudmu bicara seperti itu kepada Pak Adnan? Apakah kamu tidak tahu sopan santun?” cecar Sabrina dengan intonasi penekanan.“Jika tim ini punya orang yang kepala keras dan meninggikan tanpa mendengarkan pendapat dari siapa pun maka pekerjaan ini tidak akan pernah selesai dan menemukan titik terang dalam setiap kasusnya.”“Kamu yang memulai!” bentak Sabrina sambil memukul meja.Hans berdiri secepat kilat dan menatap ta
“Kita mulai dari divisi produksi. Mewawancarai bagian produksi ada dua orang. Aku dan Mira. Lalu, bagian penjualan untuk mewawancarai stafnya adalah Tiwi, bagian sales itu Agustinus.”“Aku bagian sales?” tanya Agustinus sambil membulatkan bola mata dan memandangi semua rekan kerjanya.“Iya, lo pintar ngerayu dan gunakan keahlian untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya,” jawab Mira sambil mencolek lengannya.“Baiklah. Serahkan itu padaku,” balas Agustinus merasa bangga sambil menepuk dada.“Oke, lanjut. Bagian pemasaran itu Pak Tono,” kata Hans.“Saya bagian apa?” tanya Komar bingung.“Bapak jago komputer. Jadi, bisa melacak IP yang mereka gunakan,” jawab Mira sambil menepuk pundaknya.“Saya nanti membantu Bapak untuk melacak IP divisi yang berkaitan tadi. Namun, harus membaginya terlebih dahulu. Bagaimana?”Hans melakukan tugas untuk mewawancarai divisi produksi dan melacak IP komputer yang digunakan oleh pejabat kantor. Semua orang patut dicurigai ketika melakukan audit.
“Tidak pernah, Pak, tapi saya pernah melihat Pak Rashid beberapa kali datang ke kantor untuk menemui ibu Abigail.” Komar memberitahu dengan hati-hati.“Kata siapa dia datang untuk menemui ibu Abigail?”“Saya pernah menanyainya langsung saat menunggu di ruang tunggu ketika ibu Abigail sedang rapat dengan pengusaha lain yang berasal dari Inggris.”Hans membisu sambil mengernyitkan dahi dan memikirkan tujuan Rashid Omar Nadim mendatangi ibunya kesekian kali. ‘Apakah tujuan dia masih sama seperti dulu? Atau semakin parah dengan mengancam ibu?’ batin Hans penasaran.Hans beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan tim yang masih ingin berdiskusi dengannya. Sorot mata tertuju padanya karena sikap yang tak pernah terjadi padanya.“Aku mau ke toilet dulu, udah kebelet dari tadi.”Tiwi ikut beranjak dari kursi dengan alasan pergi ke toilet pada awalnya, tetapi tujuan itu berubah saat melihat arah Hans menuju ruangan pemilik atau CEO perusahaan sehingga diikuti olehnya secara diam-diam karena
“Saya kembali ke ruangan kerja saya dulu,” pamit Galih lalu keluar ruangan.Rekan kerja bagian keuangan meninggalkan ruangan keuangan untuk pengerjaan laporan dan audit sedang berlangsung. Ruangan keuangan tersisa rekan timnya. Tiwi mengalihkan kue tart di kulkas. Hans tidak ingin membahas dirinya sehingga mengganti topik pembicaraan dengan menanyakan kebingungan mereka terkait temuan di rumah Rashid. Semua rekan tim mengambil berkas, laptop dan buku catatan untuk membahas masalah audit yang belum terselesaikan karena terduga diusahakan untuk tidak tertangkap.“Saya ingat bahwa salah satu dari kalian naik ke atas saat mendengar langkah kaki yang turun dari tangga. Siapa dia? Apakah dia wanita atau pria?” tanya Hans santai sambil menatap rekan timnya satu per satu.“Dia adalah seorang pria karena saat suaranya mengerang dan saat kita keluar dari kamar rahasia mewah tanpa sengaja lampu senter milik Mira menyoroti wajah pria itu.”“Kami tidak tahu siapa dan berpikir bahwa dia adalah p
“Ibu juga belum tahu siapa dia, tapi dia sering pergi dengan Ayah Adnan dan mendampinginya ke mana pun pergi.”Hans memperhatikan foto pria yang tubuhnya tegap dan kekar dengan senyuman yang terdapat lesung pipi. Jika dia sering mendampingi Ayah Adnan ke mana pun pergi hanya memiliki dua arti. Kemungkinan dia bekerja sebagai Asisten atau Ajudannya. Tugas dua jabatan itu hampir sama, tetapi memiliki perbedaan. Ia belum pernah melihat dengan dua matanya terkait pria yang sedang dicari dan masih tanda tanya. “Aku akan cari tahu dia.”“Hati-hati, Nak. Ibu juga mencari tahu siapa dia.”“Apakah pria yang mengurus warisan Ayah untukku tahu dia?” tanya Hans tiba-tiba kepikiran pria yang memberitahu sosok mereka terkait hubungan dengan ayahnya. “Sepertinya tahu.”“Oke. Aku mau berangkat kerja dan Adnan tidak boleh lolos dari jeratan hukum dengan kasus penggelapan dana.” Hans memasukkan foto ke dalam dashboard dan bersiap untuk berangkat ke kantor.Tangan memegang pengatur perpindahan laju
Hans tidak mendengar pertanyaan dari Putri, tetapi Arman mendengarnya dan dibalas anggukan olehnya. Hans memasuki pesawat dan duduk seorang diri dengan kelas pesawat yang mewah. Ia merebahkan badan sambil menonton film untuk menikmati perjalanan dari Korea Selatan menuju Indonesia.Puluhan jam berlalu, Hans dan tiga pengawal tiba di Bandara Indonesia. Hans naik taksi menuju rumahnya dengan wajah yang kembali normal. Ia tiba di malam hari sehingga mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya. Hans telah beristirahat bekerja hampir satu bulan. Beberapa jam berlalu, hari telah berganti dan memasuki pagi hari. Ia bersiap-siap menuju kantor untuk bekerja.Hans menuruni anak tangga untuk berangkat kerja, tetapi disuguhkan pemandangan Haedar dan ibunya yang sedang duduk di meja makan dengan makanan yang telah siap untuk disantap.“Sarapan dulu.”Hans sarapan bersama ibu dan Haedar. Ia merasakan tatapan kedua orang di hadapannya mengarah kepadanya tanpa berkedip.“Jangan lupa berkedip saat meliha
“Ciri-cirinya itu tinggi sekitar seratus delapan puluh sentimeter, putih dan bertubuh atletis. Dia mirip Sandria dan pria satunya bertubuh kekar, tinggi, rambut cepak seperti potongan tentara atau polisi dan terlihat cerdas.”Hans mengernyitkan dahi saat mendengar ciri-ciri dua pria yang salah satunya tidak asing baginya. Ciri-ciri pertama masuk ke Ryan. Namun, ia penasaran dengan ciri-ciri pria kedua.Hans mengambil handphone lalu menghubungi Haedar. Dia siapa tau mengetahui ciri-ciri fisik pria yang disebutkan oleh Arman.“Halo, Pak.”“Tuan muda. Bagaimana keadaan Tuan muda? Apakah semuanya baik-baik saja?”“Baik-baik saja, Pak. Bapak tenang saja.”“Syukurlah.” Haedar terdengar lega mendengar kabar darinya.“Saya mendapatkan informasi dari Arman, Pak.”“Informasi tentang apa, Tuan muda?”“Arman pernah melihat sosok pria bertubuh kekar di acara bergengsi bersama Ryan keluar dari ruangan sebelah. Ciri-cirinya adalah bertubuh kekar, tinggi, berambut cepak seperti potongan seorang ten
“Dia ada di rumah sakit dan terbaring di ranjang. Lee belum bisa berbicara dengan kalian karena keadaannya yang belum membaik.” “Apakah kami boleh melihatnya sebentar saja?”“Kamu berada di kamarnya, kan?”Arman membisu dan merayapkan bola mata ke arah Hans secara perlahan. Hans mendengar permintaan rekan timnya hanya mengangguk sembari merebahkan badan dan berpura-pura memejamkan matanya. Arman mendekati Hans yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan mengarahkan kamera kepada Hans yang tertidur di ranjangnya.“Astaga, Pak Lee,” sontak Tiwi nada sedih.“Sayangku. Kenapa kamu bisa seperti itu, Pak? Ada apa dengan wajah tampanmu?” Mira khawatir akan keselamatan Lee.“Apa yang terjadi kepada Pak Lee? Kenapa wajahnya diperban?” cecar Agustinus.“Saya belum tau kronologinya. Dia pasti cerita kepada kalian.”“Di mana rumah sakitnya?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Apakah dia bisa dikunjungi?”“Maaf, saya tidak bisa memberitahu kalian karena Lee tidak mengatakan apa pun kepada s
“Jika itu dia maka lebih mudah untuk menangkapnya karena seseorang yang bekerja sama dengan kepolisian telah diketahui identitasnya dan siapa pun yang bekerja sama dengannya pasti ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.”“Bagaimana jika kita tidak melibatkan kepolisian?”“Apa maksudmu?”“Aku ingin mereka mati dengan cara yang lebih mengenaskan dari pada Ayah.”“Apa maksud dari mati yang lebih mengenaskan dari suamiku?”Hans turun dari ranjang sembari membawa infus berjalan ke luar kamar VIP untuk berbicara dengan ibunya.Ia belum membicarakan temuan apa pun yang berhubungan dengan kematian ayahnya. Kematian seorang Raja bisnis yang sangat disegani, dihormati dan disayang oleh banyak orang sangat mengenaskan.“Intinya adalah Ayah meninggal disiksa secara berkeroyok lalu ditembak dari kejauhan di hotel bintang lima. Kaca besar yang bisa digunakan untuk memandangi indahnya lampu kota berlubang dan sengaja dilubangi untuk bisa menembak Ayah tanpa menimbulkan suara apa pun.” Hans menjelaskan
Arman menggeleng cepat sambil merapatkan kedua telapak tangan dan sedikit membungkukkan badan kepadanya. Dia tampak enggan dekat dengan seorang wanita yang memiliki masa lalu dan keluarga yang berbahaya serta berhubungan dengan jasad yang bisa menyeret namanya.Hans terkekeh melihat ekspresi pengawalnya yang sudah tidak mau berurusan dengannya setelah tidur dengannya sampai terdengar menikmati dari rekamannya. “Saya harap kamu mendapatkan pendamping yang baik dan penyayang. Jauh-jauh dari wanita seperti Sandria.”“Aamiin. Bagaimana ceritanya Tuan muda bertemu dengan wanita seperti itu?”“Kamu tahu kalau saya pernah bersama dengannya?”“Tahu. Kami yang mencari keberadaan Tuan muda. Wajah tampan Tuan muda rusak dan bekerja sebagai kurir hanya karena tidak mengungkapkan identitas Tuan muda. Apakah alasannya karena Tuan besar dan adiknya?”“Saya tidak ingin merusak niat baiknya yang menyembunyikan kedua anaknya dari hadapan media atau siapa pun itu. Ayah hanya memperkenalkanku dan dia k
Arman memberikan kamera pengawas dan alat perekam suara kepada Hans. “Tuan muda lebih baik mendengarkan dari kedua alat itu karena saya takut tidak percaya dengan perkataan saya. Saya sudah berusaha mencoba untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya.”Hans menerima kedua alat itu lalu mengambil kartu memori dari setiap barang yang ada di tangannya. Ia memasang kartu memori di sebuah alat yang menggabungkan kamera memori ke laptopnya untuk membaca data yang ada dalam kedua kartu memori itu. Ia menyalin video bercinta mereka dan dipindahkan ke laptop dengan sebuah folder yang bernama Arman. Setelah menyalin dari kamera pengawas, harddisk terpasang.Hans tidak lupa menyalin dan menempelkan rekaman audio mereka saat berbicara ke dalam sebuah folder yang sama. “Kamu bicara dengan Sandria berapa menit saat bercinta dengannya?”“Sepertinya menit keenam belas karena dia bercinta sambil minum alkohol dan saya dipaksa untuk minum dan menjilat di gunung besarnya karena dia sengaja menumpahka