“Kita mulai dari divisi produksi. Mewawancarai bagian produksi ada dua orang. Aku dan Mira. Lalu, bagian penjualan untuk mewawancarai stafnya adalah Tiwi, bagian sales itu Agustinus.”“Aku bagian sales?” tanya Agustinus sambil membulatkan bola mata dan memandangi semua rekan kerjanya.“Iya, lo pintar ngerayu dan gunakan keahlian untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya,” jawab Mira sambil mencolek lengannya.“Baiklah. Serahkan itu padaku,” balas Agustinus merasa bangga sambil menepuk dada.“Oke, lanjut. Bagian pemasaran itu Pak Tono,” kata Hans.“Saya bagian apa?” tanya Komar bingung.“Bapak jago komputer. Jadi, bisa melacak IP yang mereka gunakan,” jawab Mira sambil menepuk pundaknya.“Saya nanti membantu Bapak untuk melacak IP divisi yang berkaitan tadi. Namun, harus membaginya terlebih dahulu. Bagaimana?”Hans melakukan tugas untuk mewawancarai divisi produksi dan melacak IP komputer yang digunakan oleh pejabat kantor. Semua orang patut dicurigai ketika melakukan audit.
“Yup, keributan tadi karena pendanaan produk baru.” Agustinus menjawab secepat kilat sembari menjetikkan jemarinya.“Terus? Ada lagi gak?” tanya Tiwi penasaran sambil menatap Mira dan Agustinus.Agustinus dan Mira tersenyum miring lalu berdecak.“Arizal dituduh menggelapkan uang pendanaan produk baru ketika dia mencurigai Pak Sahrul yang memanipulasi laporan dan mengambil produk untuk keperluan pribadi yang digunakan sebagai percobaan pelanggan untuk dipamerkan di sebuah Mall baru.”“Sungguh? Apakah Pak Sahrul ada bukti untuk menuduhnya?” tanya Hans menekan.“Aku kurang tahu karena ruangan Bu Abigail sangat tertutup dan memang digunakan untuk menegur seseorang yang melakukan kesalahan atau ketahuan mencuri,” jawab Mira kecewa.Nada dering singkat berbunyi. Hans mengeluarkan handphone dan mendapat pesan dari Haedar. Ia membuka dan membacanya.[Sepertinya pelaku sementara mengajak beberapa orang untuk membuat bingung karena perusahaan sedang melakukan audit.]Hans membisu sambil berpiki
“Hubungan mereka tidak dekat hanya sebatas atasan dan bawahan.”“Sungguh?” tanya Hans yang terlihat mengetahui sesuatu dari mereka.Tono menoleh dan menatap ke arahnya. Tatapan itu tampak menyelidiki matanya yang memiliki informasi yang lebih lengkap darinya.Bahkan, rekan kerja yang lain juga mencurigainya bahwa Hans mengetahui banyak hal yang terjadi di kantor.“Kenapa nadamu seperti mengetahui sesuatu dan menganggap Pak Tono berbohong?” tanya Tiwi penasaran.Hans salah tingkah sambil berdehem dan mengusap leher belakang. Ia mengganti posisi dengan tegap sambil memasang wajah yang biasa.“Tingkahmu sudah terlihat bahwa kamu punya sesuatu yang tidak kita ketahui.”“Cepat katakan informasi yang lo tahu!” seru Mira sambil mencengkeram kerah bajunya.Wajah Hans dengan Mira sangat dekat dan terpisah dua sentimeter saja oleh hidung milik Hans. Mereka menjadi sorotan oleh rekan kerjanya karena sikap berani Mira yang dikenal seperti lelaki.“Dari pada membahas mereka, lebih baik membahas st
“Apa maksudmu berbicara seperti itu?” tanya Rizky dengan intonasi penekanan.Tatapan yang tajam mengarah ke Hans ketika dicecar pertanyaan yang kemungkinan terjadi padanya. Dia sedang bermesraan dengan wanita lain di kantornya pada jam bekerja.Sangat tidak etis.Seorang Manajer memanfaatkan waktu untuk berduaan bersama wanita lain bukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun, mereka melakukan perbuatan yang tidak senonoh.“Berdasarkan dari pertanyaan Anda dengan mata yang berbicara bahwa mengetahui tentang berita yang tersebar di kantor. Anda juga berusaha menutupi sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh siapa pun.”“Tidak ada yang saya sembunyikan!” bentak Rizky melotot sambil mengepalkan tangan erat.“Baiklah. Jika tidak ada, biarkan saya mengajukan pertanyaan pada Anda dan bawa kembali wanita tadi,” balas Hans sembari melangkah ke sofa dan duduk di sana.“Kenapa kamu membawa wanita tadi?” protes Rizky dengan mendekati Hans dan duduk di depannya sambil mengernyitkan dahi.Ekspresi ya
“Saya sudah mencari tahu latar belakangnya.”“Siap terlibat?” tanya Hans sekali lagi.Bernadia terdiam sambil menundukkan kepala dan memainkan jemari dengan menggenggam erat tangannya. Dia terlihat bimbang untuk menjawab pertanyaannya.Seseorang yang memiliki jabatan yang tinggi selalu terlibat dalam permasalahan apa pun entah disengaja atau tidak sengaja atau dijebak. Ekspresi yang ditampakkan olehnya pun tampak tidak siap terlibat dalam masalah apa pun.“Jika kamu ragu, lebih baik tidak perlu berhubungan dengannya karena perusahaan sedang sensitif.” Hans memberi saran kepadanya sembari berdiri.Hans melangkah dua kali terhenti ketika Bernadia meminta untuk menunggu.“Tunggu.”Ada sesuatu yang mengganggu hatinya dan pasti memberikan informasi yang tidak diketahui olehnya.Hans balik badan dan berdiri di belakangnya dengan menatapnya lamat.“Ada apa?”Bernadia berbalik badan dan mendongakkan kepala. “Pak Rizky memiliki bisnis dan dia tidak terlibat apa pun karena pernah menolak tawara
“Apa pun caranya akan kuusahakan.”Hans mencari informasi kepada Haedar. Dia telah bekerja dengan ayahnya selama puluhan tahun dan pasti memahami struktur organisasi perusahaan pangannya.Ia mengirim pesan pada Haedar untuk mengirim susunan jabatan di perusahaan.[Pak, tolong kirim struktur organisasi perusahaan pangan dan lainnya untuk saya pelajari.]Mira menatap Hans dengan tatapan yang mengawasi. Tatapan itu terlihat bahwa dia sedang mencari tahu atau penasaran dengannya.“Aku curiga sama kamu.”“Kenapa?”“Kamu seperti bukan orang biasa.”“Aku adalah manusia seperti kalian dan membutuhkan uang makanya bekerja,” jawab Hans santai.“Kayaknya iya, aku saja yang kebanyakan nonton drama korea dan berharap kamu adalah pria kaya yang sedang menyamar sebagai karyawan untuk menyelidiki perusahaan orang tua yang tidak baik-baik saja.”“Itu hanya ada di dunia perfilman,” balasnya sambil terkekeh.“Iya iya. Aku mau melakukan wawancara dulu.”“Jam pulang kerja, kumpul di sini. Ada kerjaan yang
Wulan membisu sambil melirik Adnan. Ekor matanya dapat mengetahui bahwa Adnan juga menatapnya dengan menggeleng pelan kepadanya.Dia memberikan isyarat untuk berpura-pura tidak tahu kepadanya. Adnan juga tampak curiga kepadanya karena tiba-tiba menghampiri Wulan dan menanyakan situs gelap yang menghasilkan banyak uang.Secara tidak langsung, dia terlihat tersindir dengan pertanyaannya. Namun, Hans tidak menoleh kepadanya.“Aku tidak tahu hal itu. Apakah ada situs semacam itu?”“Ada, tapi aku lupa namanya.”“Bilang aja omong kosong dan ingin mendekatiku.”Hans tertawa sekilas. “Kamu bukan tipeku.”Wulan terdiam sambil menaikkan bibirnya ke atas. Dia terlihat kesal dengannya karena ditolak.Pancingan Hans tidak berhasil karena ada Adnan yang peka dengan pertanyaannya. Hans harus berhati-hati mulai sekarang terhadap siapa pun dan tidak boleh gegabah sedari tadi.Hans tidak ingin menciptakan sesuatu yang runyam saat mencari tahu pelaku kejahatan di kantor dan pembunuh ayah dan adiknya. Ia
“Hanya panggilan biasa dan beliau meminta laporan setiap dua tim sedang melakukan tugasnya. Jadi, apa hasilnya harus melapor agar mengetahui perkembangannya.” Hans menjawab dengan helaan napas berat.“Kenapa kamu lesuh? Bukankah itu bagus?” tanya Komar sembari menatap lamat.Semua teman mengekspresikan hal yang sama seperti Hans. Semua itu tidak akan ada rahasia dalam penugasan dan bisa melakukan kecurangan untuk hal itu.Namun, semua itu hanyalah jawaban yang tidak sesungguhnya. Ia hanya ingin melihat ekspresi rekan timnya ketika atasan memberikan perintah seperti itu.“Kenapa kalian juga ikutan lesuh? Bukankah itu termasuk terbuka dan tidak ada yang disembunyikan dari siapa pun?” cecar Komar yang terlihat memiliki pemikiran lain.“Karena banyak hal yang terjadi tidak terduga jika terbuka semacam itu,” jawab Mira dengan intonasi penekanan.“Apa salahnya? Kenapa kamu berpikir begitu?” Komar masih tidak memahami dengan jawaban yang disampaikan oleh Mira.Mira berdesis. “Ish, coba mikir
Hans memandangi televisi yang menyuguhkan pemandangan Rashid, Ayah Adnan, Adnan, Sandria, Ryan dan ajudan Ayah Adnan tertangkap dengan kedua tangan diborgol ke belakang bersama istri Rashid yang menutupi proses penyelidikan selama ini. Otak dari kematian Raja bisnis adalah Rashid Omar Nadim karena keserakahannya sehingga mendekati istri Pak Cody Ruth untuk bisa mendapatkan kekayaannya. Tidak hanya itu, Rashid juga pemarah sehingga membunuh anak lelaki dengan cara yang sama, seperti sudah direncanakan. Beruntung, Ibu Abigail tidak tertipu dengan rayuan maut yang dilakukan olehnya karena seorang lelaki yang selalu mengingatkan dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang tidak rampung karena permainan orang dalam pihak berwajib. Siapakah dia yang selama ini berada di sampingnya? Apakah kekasih baru atau yang lain? Kita belum tahu dan tunggu kabar selanjutnya.“Apakah bapak memberitahu rekan kerja yang membantu kita untuk menyelesaikan kasus ini?” tanya Hans datar sembari memandangi
“Kekasih pengawal pribadimu,” jawab Agustinus santai.“Di mana dia sekarang?““Dia ada di halaman belakang bersama wanita itu karena aku tadi bertanya kepada pengawal lainnya.”“Suruh mereka ke sini. Aku ingin mendengarnya secara langsung.”Agustinus menyampaikan seruan dari Hans kepada pengawal yang berjaga di ruang tamu untuk meminta mereka memasuki ruangannya. Satu menit berlalu, mereka telah tiba di ruangan diskusi dengan menatap Hans dan lainnya yang bingung dan datar. “Ada apa?”“Terima kasih untuk semuanya.”“Tidak perlu khawatir, aku melakukan semua ini demi hidupku sendiri dan masa depanku kelak jika tinggal bersama dengan kekasihku.”“Apa yang kalian inginkan dariku? Aku ingin memberi hadiah untuk kalian.”“Tidak ada.”“Kalian mendapatkan pernikahan mewah di hotel mewah. Semua ditanggung olehku, jadi katakan kapan kalian menikah,” kata Hans santai.Wanita itu dan pengawal pribadi melongo saat mendengar hadiah darinya lalu bersalaman dengannya sebagai tanda terima kasih.“T
Hans tiba di ruang diskusi di rumahnya dengan melepas jaket kulit dan diletakkan di sofa dengan tangan dan dada bagian kiri yang masih terasa nyeri dan sakit sehingga duduk perlahan.Semua rekan tim dan Haedar berada dalam ruangan itu sembari memperhatikannya yang tidak bisa dilarang ketika keinginan menggebu dalam dirinya.“Apakah anak buah dari Rashid dan Adnan masih ada dalam ruangan di rumah ini?” tanya Hans pelan.Lima pria bertato bulan dan bintang dan kepala tengkorak pernah ditangkap olehnya saat melakukan penyelidikan di sebuah gudang tua samping laboratorium mereka.“Masih ada, Tuan muda. Saya pindahkan ke ruang bawah tanah karena mereka berisik dan mengancam membunuh kami semua setelah mendengar kabar Tuan muda ditembak oleh anak dari tuannya dan menganggap mati.”“Aku dianggap mati oleh mereka?”Haedar dan seluruh rekan tim membisu saat ia menanyakan perihal kematian dirinya. Ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh mereka kepadanya.Semua rekan tim dan Haedar dua bulan la
“Anak dari pengusaha elektronik bebas dari jeratan hukum setelah dalam penjara dalam kasus penembakan wanita berambut pendek yang diduga wanita simpanan Rashid Omar Nadim.”Suara berita yang menggelegar berasal dari televisi merasuki telinga Hans yang mengalami koma selama dua bulan lamanya setelah kejadian penembakan di pemakaman ibunya. Hans mengalami peristiwa yang mengerikan demi mengungkapkan pelaku kejahatan penembakan dan penghilangan nyawa Raja bisnis dan anak laki-laki yang diduga tidak memiliki identitas. Hans membuka mata perlahan saat mengingat kejadian kematian ibunya yang tidak ada di sampingnya saat dibutuhkan dengan meneteskan air mata. Sesak sekali rasanya.Napas Hans terengah-engah dengan pemandangan langit kamar rumah sakit berwarna putih tanpa bersuara. Pandangan lurus ke atas dan tidak menyadari seseorang di sampingnya. “Hans.” Carlos memanggil namanya pelan. Haedar mendekati Hans dengan memegang tangan dan mengusap kepalanya sembari berkata, “Tuan muda, syuku
“Aku tidak mendua!” bentak Rashid sambil melotot ke arah Hans.Hans dan semua rekan tim memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam mulai dari atasan hingga sepatu sehingga tidak mengetahui sosok yang berada di balik kacamata hitam.“Sungguh? Apakah kamu bisa membuktikannya?” tanya Hans menantang. Rashid mengalihkan pandangan dengan menggerakkan tangan di depan dada sembari meremas dan mengeluarkan banyak keringat. Semua orang terpaku pada Hans hingga kamera perusahaan media menyorotinya tanpa membuka kacamata. Rashid terdiam.Hans mengeluarkan semua foto yang sudah dicetak olehnya sebelum berbicara dengan rekan tim lalu membuang semua foto yang terdiri dari lima belas lembar di depan wajah Rashid, Istri dan wanita berambut pendek. Hans pergi dari hadapan banyak wartawan dan keluarga cemara yang sedang dipermalukan oleh kepala keluarga yang dipandang hebat dan cinta kepada keluarga. “Ma, maafkan aku. Semua ini bukan karena aku.”“Halah, hidung belang. Kamu juga bilang bahwa ak
“Mohon maaf, ibu Abigail sudah mengembuskan napas terakhirnya. Beliau menyerah selama operasi berjalan.” Dokter menyampaikan berita duka dengan lembut.Sontak, Hans melotot dan kaki terasa lemah untuk berdiri setelah mendengar kabar duka dari ibunya. Pandangan Hans yang sedari tadi samar menjadi buram dan mengalirkan butiran bening dengan deras di pipi. Ia tidak percaya mendengar kabar duka sebelum menangkap pelaku kejahatan. Abigail melanggar janji yang dibuat bersama dengan Hans. Tangan Hans mengepal dengan erat sembari menenangkan diri di kursi besi panjang yang dingin.Hans terpukul mendengar kepergian sang ibu yang terakhir kali sempat berdebat dan kesal dengannya. Ia tidak akan berbuat seperti itu jika mengetahui semua sakit yang dirasakan oleh Abigail.Tuhan menghukum Hans dengan cara yang sangat menyakitkan. Tidak ada hukuman yang menyakitkan, seperti yang dialami olehnya saat ini.Hans masih terduduk di kursi besi yang panjang saat banyak orang berlalu lalang di depannya. B
“Tidak. Tetap menggunakan nomor itu karena tidak akan bisa mendeteksi lokasi dari pemilik nomor ponsel dan identitasnya.”Semua terdiam dengan ide gila yang keluar dari mulutnya. Mereka terlihat tidak percaya bahwa Hans memiliki ide yang berdampak besar untuknya jika ketahuan identitas yang sesungguhnya. “Apakah kamu lupa dengan misimu hingga akhir sebelum pelaku pembunuh Pak Cody dan adikmu tertangkap?” Komar bertanya dengan nada peringatan. “Aku tidak lupa.”“Lalu?”“Kalian takut akan identitasku terbongkar sebelum waktunya dan mengira aku gegabah dalam mengambil keputusan saat punya ide seperti itu?” tanya Hans dengan intonasi penekanan sambil menatap semua rekan tim.“Buk—”“Semua sudah terpikirkan olehku.”“Baiklah. Kalau kamu ingin seperti itu.”Hans duduk sambil memperhatikan laptop yang terbuka di meja kerjanya. Ia teringat dengan ibu yang berada di ruangan yang paling aman untuk sementara waktu lalu menelepon Haedar.Hans menunggu Haedar untuk menjawab panggilan keluarnya.
Hans meletakkan botol di meja balkon dengan santai dan bersandar di kursi santai yang terbuat dari kayu, berlubang dan bantal putih sebagai tempat duduk.Mira dan Alan mendekatinya setelah saling melempar tatapan. Hans masih mengendalikan emosi dan tidak memiliki gairah untuk menyelesaikan masalah yang ditugaskan dan diamanahkan oleh Abigail.“Kamu tidak ingin tahu beritanya?” tanya Mira nada pelan sembari sedikit membungkuk dan memegang bahunya. “Apakah kamu tidak tahu kalau saya ingin masih menyendiri di kamar ini sambil mengamati pemandangan kota besar di sore hari yang mendung dan terasa nyaman, tapi banyak penjahat yang berkeliaran di luar sana?”“Maaf,” balas Mira lalu menoleh ke arah Alan.Hans mendengar helaan napas Alan dan bertukar posisi dengan Mira. “Sampai kapan kamu begini? Sampai ibumu mati karena dipermalukan di sosial media?” cecar Alan nada pedas. Hans terbangun dari duduk dengan menghadap ke arah Alan sembari melotot dan tangan mengepal erat. Mira terkejut meliha
“Pak Cody membantu ayahku untuk memberantas pengedaran dan konsumsi obat terlarang dengan bantuan Pak Haedar.”Hans membisu dengan mengingat semua kejadian padanya mulai dari masih muda menempuh pendidikan di luar negeri dan melihat ibu mendua, pengakuan ibu, hubungan pernikahan yang kandas di tengah jalan dan keserakahan Rashid dan Ayah Adnan yang diketahui olehnya. Hans mendesis sembari menyeka rambut hitam yang lurus secara perlahan sambil memejamkan mata dan menghentakkan kepalan tangan erat ke meja kayu. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam dunia ini. Semua telah ditunjukkan oleh sang maha kuasa bahwa ada sesuatu yang diberantas dan dibersihkan. “Unggah dan sebar rekaman Rashid ke media sosial, buat kalimat yang mengajak masyarakat menganalisis,” kata Hans dengan kepala tertunduk dan tangan masih mengepal erat.“Kamu yakin mau menyebar itu sekarang?” tanya Carlos nada ragu.Hans menoleh ke arah Carlos dengan menatap tajam. “Aku sangat yakin dan tidak ada ampun untuknya.”“Ba