“Apa maksudmu berbicara seperti itu?” tanya Rizky dengan intonasi penekanan.Tatapan yang tajam mengarah ke Hans ketika dicecar pertanyaan yang kemungkinan terjadi padanya. Dia sedang bermesraan dengan wanita lain di kantornya pada jam bekerja.Sangat tidak etis.Seorang Manajer memanfaatkan waktu untuk berduaan bersama wanita lain bukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun, mereka melakukan perbuatan yang tidak senonoh.“Berdasarkan dari pertanyaan Anda dengan mata yang berbicara bahwa mengetahui tentang berita yang tersebar di kantor. Anda juga berusaha menutupi sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh siapa pun.”“Tidak ada yang saya sembunyikan!” bentak Rizky melotot sambil mengepalkan tangan erat.“Baiklah. Jika tidak ada, biarkan saya mengajukan pertanyaan pada Anda dan bawa kembali wanita tadi,” balas Hans sembari melangkah ke sofa dan duduk di sana.“Kenapa kamu membawa wanita tadi?” protes Rizky dengan mendekati Hans dan duduk di depannya sambil mengernyitkan dahi.Ekspresi ya
“Saya sudah mencari tahu latar belakangnya.”“Siap terlibat?” tanya Hans sekali lagi.Bernadia terdiam sambil menundukkan kepala dan memainkan jemari dengan menggenggam erat tangannya. Dia terlihat bimbang untuk menjawab pertanyaannya.Seseorang yang memiliki jabatan yang tinggi selalu terlibat dalam permasalahan apa pun entah disengaja atau tidak sengaja atau dijebak. Ekspresi yang ditampakkan olehnya pun tampak tidak siap terlibat dalam masalah apa pun.“Jika kamu ragu, lebih baik tidak perlu berhubungan dengannya karena perusahaan sedang sensitif.” Hans memberi saran kepadanya sembari berdiri.Hans melangkah dua kali terhenti ketika Bernadia meminta untuk menunggu.“Tunggu.”Ada sesuatu yang mengganggu hatinya dan pasti memberikan informasi yang tidak diketahui olehnya.Hans balik badan dan berdiri di belakangnya dengan menatapnya lamat.“Ada apa?”Bernadia berbalik badan dan mendongakkan kepala. “Pak Rizky memiliki bisnis dan dia tidak terlibat apa pun karena pernah menolak tawara
“Apa pun caranya akan kuusahakan.”Hans mencari informasi kepada Haedar. Dia telah bekerja dengan ayahnya selama puluhan tahun dan pasti memahami struktur organisasi perusahaan pangannya.Ia mengirim pesan pada Haedar untuk mengirim susunan jabatan di perusahaan.[Pak, tolong kirim struktur organisasi perusahaan pangan dan lainnya untuk saya pelajari.]Mira menatap Hans dengan tatapan yang mengawasi. Tatapan itu terlihat bahwa dia sedang mencari tahu atau penasaran dengannya.“Aku curiga sama kamu.”“Kenapa?”“Kamu seperti bukan orang biasa.”“Aku adalah manusia seperti kalian dan membutuhkan uang makanya bekerja,” jawab Hans santai.“Kayaknya iya, aku saja yang kebanyakan nonton drama korea dan berharap kamu adalah pria kaya yang sedang menyamar sebagai karyawan untuk menyelidiki perusahaan orang tua yang tidak baik-baik saja.”“Itu hanya ada di dunia perfilman,” balasnya sambil terkekeh.“Iya iya. Aku mau melakukan wawancara dulu.”“Jam pulang kerja, kumpul di sini. Ada kerjaan yang
Wulan membisu sambil melirik Adnan. Ekor matanya dapat mengetahui bahwa Adnan juga menatapnya dengan menggeleng pelan kepadanya.Dia memberikan isyarat untuk berpura-pura tidak tahu kepadanya. Adnan juga tampak curiga kepadanya karena tiba-tiba menghampiri Wulan dan menanyakan situs gelap yang menghasilkan banyak uang.Secara tidak langsung, dia terlihat tersindir dengan pertanyaannya. Namun, Hans tidak menoleh kepadanya.“Aku tidak tahu hal itu. Apakah ada situs semacam itu?”“Ada, tapi aku lupa namanya.”“Bilang aja omong kosong dan ingin mendekatiku.”Hans tertawa sekilas. “Kamu bukan tipeku.”Wulan terdiam sambil menaikkan bibirnya ke atas. Dia terlihat kesal dengannya karena ditolak.Pancingan Hans tidak berhasil karena ada Adnan yang peka dengan pertanyaannya. Hans harus berhati-hati mulai sekarang terhadap siapa pun dan tidak boleh gegabah sedari tadi.Hans tidak ingin menciptakan sesuatu yang runyam saat mencari tahu pelaku kejahatan di kantor dan pembunuh ayah dan adiknya. Ia
“Hanya panggilan biasa dan beliau meminta laporan setiap dua tim sedang melakukan tugasnya. Jadi, apa hasilnya harus melapor agar mengetahui perkembangannya.” Hans menjawab dengan helaan napas berat.“Kenapa kamu lesuh? Bukankah itu bagus?” tanya Komar sembari menatap lamat.Semua teman mengekspresikan hal yang sama seperti Hans. Semua itu tidak akan ada rahasia dalam penugasan dan bisa melakukan kecurangan untuk hal itu.Namun, semua itu hanyalah jawaban yang tidak sesungguhnya. Ia hanya ingin melihat ekspresi rekan timnya ketika atasan memberikan perintah seperti itu.“Kenapa kalian juga ikutan lesuh? Bukankah itu termasuk terbuka dan tidak ada yang disembunyikan dari siapa pun?” cecar Komar yang terlihat memiliki pemikiran lain.“Karena banyak hal yang terjadi tidak terduga jika terbuka semacam itu,” jawab Mira dengan intonasi penekanan.“Apa salahnya? Kenapa kamu berpikir begitu?” Komar masih tidak memahami dengan jawaban yang disampaikan oleh Mira.Mira berdesis. “Ish, coba mikir
“Arizal merupakan pria yang cerdas dan berbakat. Cara dia memasarkan produk secara digital dapat diancungin jempol. Berkat dari kerja kerasnya bahwa produk yang dipasarkan laku keras dan terjual habis sampai restock. Dia juga membuat video produk sekaligus kepenulisannya.”“Saya tanya latar belakangnya.”“Dia adalah anak dari Dokter Dian Ana Fairuz spesialis penyakit dalam bekerja di perusahaan internasional, tapi ....”“Lanjutkan!”“Dia bukan anak kandung, melainkan anak di luar nikah dan hanya satu orang yang mengetahui fakta itu.”“Lanjutkan.”“Satu-satunya orang yang tahu adalah Tuan besar. Beliau pernah menyelamatkan Dokter Dian melahirkan dengan ditemani oleh Nyonya besar. Saya tahu informasi ini diberitahu oleh Nyonya besar.”“Apakah ibu tahu ayah dari anak itu?” tanya Hans menyelidiki.“Tahu, tapi tidak memberitahu ayahnya karena dia tidak mau bertanggung jawab sampai Dokter Dian menyembunyikan anak itu di panti asuhan dengan menyamar sebagai tantenya sampai akhirnya diambil d
“Dia adalah anak angkat dari programmer handal dan adik kandung dari snipper yang terkenal berbahaya di negara ini. Orang tua kandungnya pernah bekerja di kepolisian, tetapi meninggal karena dikenakan hukuman mati sepuluh tahun yang lalu kasus pencabulan. Anak kandung laki-lakinya merupakan mantan tentara angkatan darat yang memiliki keahlian khusus menembak dari jauh dan tepat sasaran.”“Snipper? Apakah Pak Haedar mencari tahu cara dia menembak dan fokus pada bagian anggota tubuh yang mana?”“Dia selalu menembak di bagian kepala dengan jarak jauh. Pekerjaan dia sekarang adalah pembunuh bayaran yang biasa digunakan oleh orang yang memiliki banyak uang.”“Pembunuh bayaran?” tanya Hans sekali dengan intonasi penekanan.“Iya, Tuan muda. Selain itu, dia juga sering berpindah tempat untuk tempat tinggalnya.”“Apakah dia memiliki nama khusus untuk pekerjaannya?”“Nama khusus dalam melakukan pekerjaan sebagai Tuwondsapo yang artinya snipper berbahaya.”“Kirimkan bukti yang Bapak temukan ke s
Pak, Gawat!Wanita itu berbalik badan ketika pintu ruangan terbuka dan sosok yang keluar dari ruangan adalah Adnan.“Diah Viera bertemu dengan Adnan? Apa hubungan mereka?” Hans bertanya-tanya sambil memperhatikan mereka yang berpelukan dan memegang tangan.Mereka pergi dari depan ruangan. Sontak, Hans mengikuti langkah mereka yang menuju halaman belakang dan duduk di kursi panjang berdua.Hans berdiri tepat di belakang dinding yang tak jauh dari lokasi mereka yang sedang berbincang. Ia tidak boleh terlihat oleh Diah Viera karena dia mengenalnya.Namun, ia teringat bahwa Diah Viera tidak mengenal sosok dirinya yang sebenarnya sehingga mau bertemu pun bebas dan menganggap bahwa pernah menjadi pasangan kekasih dan telah menjadi mantan kekasih.Hans penasaran dengan hubungan mereka. Ia hanya mengenal Diah Viera sebagai mantan kekasih dan teman semasa kuliah dan mengingat kondisi yang mengenaskan saat menjalin hubungan dengannya.“Aku rindu sama kamu. Kamu sudah menikah dengan wanita yang
Semua menoleh ke arah Alan sambil menunggu jawabannya. Hans berharap semua yang dikatakan mereka adalah benar.“Mereka adalah salah satu orang yang menghampiriku dengan meminta bukti yang kumiliki. Perkataan Adnan benar, Ajudan dia hendak membunuhku, tetapi niat itu diurungkan dan memilih melanggar perintah dari atasannya dengan membuat perjanjian di antara mereka.”“Perjanjian apa itu?” tanya Hans menekan.“Aku juga tidak tahu perjanjian apa yang mereka bicarakan karena bicara di luar rumahku.”Hans mengalihkan pandangannya ke arah lantai dengan mengingat rekaman yang dijeda olehnya. Adnan berkata bahwa Ajudannya yang menghentikan pembunuhan terhadap Alan, apakah dia memiliki sisi sadar dalam membunuh seseorang atau ada sesuatu di balik itu semua?Semua berkaitan dengan kematian Cody Ruth dan adiknya. Ajudan dan Adnan menemui Alan dengan meminta bukti dimiliki oleh Alan. Hans mendapat titik terang berupa petunjuk dari rekaman video. Ia memutar rekaman itu kembali dan mendengarkan
Abigail terdiam saat ditembak pertanyaan tentang Rashid dirawat di rumah sakit. Hans tersenyum miring sambil menghela napas dan menggeleng pelan. “Ibu tahu.”Hans hendak membuka pintu ruangan Abigail terhenti dengan tangan mungil yang sudah tidak muda lagi dan jemari dipenuhi oleh perhiasan yang melingkar di sana.Bola mata Hans merayap perlahan ke arah ibunya. Ia menatap lamat dengan mulut tertutup lalu menyingkirkan tangan ibunya perlahan. “Aku tidak ingin membahas dia lagi.” Hans menolak secara halus.Tatapan Abigail menunjukkan ada sebuah rahasia yang harus diberitahu kepadanya. Namun, jika itu membahas Rashid maka tidak ingin lagi mendengar dan memperhatikannya.Kedua kali hendak membuka pintu, lagi dan lagi pandangannya teralihkan dengan perkataan ibunya.“Penyakit ibu tidak sembuh.”Hans menyingkirkan tangan dari pegangan pintu. “Apa maksudnya?”“Operasi kemarin berjalan lancar, tapi tidak bisa mengangkat akarnya karena sudah menyebar di beberapa anggota tubuh ibu. Ibu memin
“Kenapa terkejut seperti itu, Pak? Apakah bapak mengenal saya?” tanya Hans meledek dengan senyuman iblisnya yang memperhatikan tubuh Rashid yang tampak sehat bugar.“Tidak. Saya tidak mengenalmu.” Rashid terbata-bata dan berusaha menghindar kontak mata darinya. Lagi dan lagi, kebiasaan keluarga Rashid ketika berbuat salah atau menyembunyikan sesuatu maka berpaling dari lawan bicaranya dan berusaha menutupi apa pun yang diketahui olehnya. Ciri khas itu sudah dipelajari olehnya, sama halnya ketika dia menyuntikkan benda cair ke dalam tubuhnya lalu kolaps hingga dipanggil oleh Dokter yang menanganinya. Dokter yang menangani Rashid adalah dokter yang bekerja di rumah sakit Internasional dan telah berbicara yang sesungguhnya bahwa dia kecanduan obat terlarang sehingga membuka bisnis demi melancarkan pengedaran obat terlarang.“Sungguh? Bukankah Anda mengenal saya, Pak Rashid Omar Nadim?” tanya Hans santai sambil melangkah mendekatinya. Rashid menjauh perlahan dengan kedua tangan yang m
Hans duduk di depan kamar VIP yang jaraknya dua dari kamar Rashid Omar Nadim. Ia bersandar di dinding sambil bermain handphone dan mendengarkan pembicaraan mereka. Sandria tertawa dengan seorang pria yang terlihat seperti Ryan. Ia berusaha fokus terhadap pembicaraan mereka yang terdengar samar.“Ayah sungguh luar biasa.”“Saat mengetahui liputan dari Alan seorang Jurnalis handal yang terpercaya di negara ini, langsung bertindak,” kata Sandria sambil menepuk pundak pria itu. Hans terus menundukkan kepala dengan sibuk di layar handphone sembari berpura-pura menghubungi keluarga yang berada di dalam kamar itu. Mata Hans tidak luput dari pandangan ke arah Sandria dan pria itu. Senyuman Sandria masih terlihat sumringah dan tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Hans perlahan mengarahkan handphone ke Sandria dan pria itu untuk merekam kegiatan dan pembicaraannya. Namun, Sandria menyadari aktivitas Hans yang sengaja merekam perkataan dan aktivitasnya. Ia menggerakkan handphone ke sega
“Saya masih berpegang teguh dengan pendirian apa pun itu. Walaupun pernah memiliki hubungan dengan saya.”“Lalu, apa penilaian bapak terkait hal ini? apakah semuanya akan berhubungan secara kebetulan atau sudah direncanakan oleh mereka hingga tidak menyelidiki kasus kematian Pak Cody, Raja bisnis. Semua dunia akan membicarakan berita ini.” Agustinus menekan.Hans membisu lalu meminum minum kopi dingin sambil menghela napas panjang.Ia tidak bisa menilai sebelum mengamati, mengetahui dan menganalisis hasil yang didapatkan dari usahanya bersama rekan tim. Musuh yang dihadapi oleh Hans bukanlah musuh kelas bawah, melainkan mereka adalah musuh kelas kakap. Musuh yang memiliki banyak orang yang digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang.Semua yang didapat olehnya seperti kebetulan dan atau bisa dikatakan dengan satu kata, yaitu takdir. Takdir yang mempertemukan Hans dengan keluarga Rashid dan Adnan yang memiliki niat buruk kepada keluarganya saat bertemu dengan seorang pria di London y
Tono mengangguk sambil tersenyum lebar. Semua menatap khawatir ke Tono yang berkorban untuk mencari tahu informasi penembak jitu ke dalam kandang yang berbahaya.“Maaf, Pak, Pak Tono lebih baik datang ke rumah Adnan saat saya melakukan liputan dengan alat yang dipasang karena ingin tahu ekspresi mereka ketika membahas malam tragis dan menyebut nama mereka.” Alan memberi saran kepada Pak Tono. Tono menoleh ke arah Hans dengan menatap lamat lalu Hans mengangguk. “Baiklah. Semangat,” kata Tono sambil mengepalkan tangan erat dan menggerakkannya dari atas ke bawah dengan senyuman lebar.Semua rekan tim mengikuti gerakan dia dengan senyuman lebar. “Aku sela,” potong Carlos.“Ada apa?” tanya Hans santai.“Kamu tadi bilang kalau ibu Abigail dan Pak Haedar mengawasi Alan yang meliput di depan hotel mewah, kan?” tanya Carlos menekan sambil mengusap dagu.“Iya. Kenapa?”“Sebaiknya, jangan. Jangan membawa ibumu ke hotel mewah karena mereka akan tahu keberadaannya.”“Lalu?” tanya Hans dengan in
“Aku melibatkan ibu agar Pak Presiden tahu bahwa seorang istri dari Raja bisnis juga membutuhkan keadilan,” jawab Hans menekan.“Maaf, Pak, boleh saya beri saran?” tanya Komar.“Silakan.”“Jika Bapak melibatkan ibu Abigail yang ada memperkeruh suasana karena Pak Presiden pasti mengabaikan hal itu. Posisi ibu Abigail juga berbahaya kalau berada di luar.”Hans membisu sambil menegangkan rahang dan mengepalkan tangannya dengan erat. Perkataan Komar ada benarnya. Banyak musuh yang masih berkeliaran di luar sana.“Baiklah. Alan saja yang meliput di luar sana di depan hotel Santorini yang di mana bisa dipantau oleh Pak Haedar dan ibu Abigail.”“Oke, setuju.”Hans menjelaskan strategi berikutnya di papan transparan yang terbuat dari kaca yang diterangi oleh lampu LED.Langkah selanjutnya adalah memancing pelaku yang terdeteksi dan paling menonjol ketika berita peliputan itu muncul. Alan sebagai umpan untuk memancing mereka ketika tidak terlihat lama di depan publik. Banyak masyarakat dan s
Saat Hans dan Carlos berdebat untuk mengutarakan argumentasi membuat Alan tak tinggal diam.Tanpa ada yang tahu, Alan memeriksa postingan dengan anonim di sosial media sudah jutaan orang yang melihat dan menyukai postingannya.“Apa yang kamu lakukan, Alan?” tanya Hans nada tinggi.Alan terkejut. “Aku hanya melihat postinganku sebelumnya.”“Postingan tentang kisah kematian Raja bisnis yang memiliki motif sama dengan kematian anak laki-laki tanpa identitas atau adiknya?” tanya Mira pelan.Alan mengangguk. Semua rekan tim mendekati dan menatap ke layar laptop yang ada dalam pangkuannya.Sontak, semua sorot mata terbelalak ketika melihat jumlah orang yang melihat, membagikan, menyukai dan berkomentar.“Serius itu jumlahnya?”“Aku juga kaget.”“Keren, baru dua jam kamu sudah mendapatkan satu juta orang yang menyukai, membagikan, komen dan melihat,” puji Mira sambil menatap rekan tim bergantian.Hans dan Carlos saling memandang saat melihat jumlah pengikut dan pembaca kisah kematian Raja bi
“Kami memilih untuk bekerja dengan Bapak.”“Oke. Jika kalian berkhianat maka tanggung sendiri akibatnya.”“Iya, Pak.”“Kami sudah mengirim nomor rekening,” kata pria berambut panjang sambil menunjukkan nomor rekening yang sudah dicatat olehnya.Hans mengambil handphone-nya lalu mencatat lima rekening pria itu lalu mengirim uang sebesar seratus lima puluh juta rupiah ke masing-masing rekening. “Saya sudah mengirim uang ke kalian, silakan cek.”Kelima pria itu bergegas memeriksa nomor rekeningnya untuk memeriksa ada uang masuk atau tidak.Hitungan detik, bola mata mereka membulat bersama lalu merayap ke arah Hans dengan mulut sedikit terbuka.“Kenapa?”“Apakah ini tidak kebanyakan, Pak?”“Kalian dibayar berapa sama dia?” tanya Hans datar.“Kami dibayar dua puluh juta saat itu.”Hans hanya menatap sadis ke arah mereka sambil memasukkan handphone ke dalam kantong celana jeans. “Buat bekal hidup kalian yang lebih baik.”“Terima kasih, Pak.”Hans mengangguk lalu keluar dari kamar berisi l