“Dia adalah anak angkat dari programmer handal dan adik kandung dari snipper yang terkenal berbahaya di negara ini. Orang tua kandungnya pernah bekerja di kepolisian, tetapi meninggal karena dikenakan hukuman mati sepuluh tahun yang lalu kasus pencabulan. Anak kandung laki-lakinya merupakan mantan tentara angkatan darat yang memiliki keahlian khusus menembak dari jauh dan tepat sasaran.”“Snipper? Apakah Pak Haedar mencari tahu cara dia menembak dan fokus pada bagian anggota tubuh yang mana?”“Dia selalu menembak di bagian kepala dengan jarak jauh. Pekerjaan dia sekarang adalah pembunuh bayaran yang biasa digunakan oleh orang yang memiliki banyak uang.”“Pembunuh bayaran?” tanya Hans sekali dengan intonasi penekanan.“Iya, Tuan muda. Selain itu, dia juga sering berpindah tempat untuk tempat tinggalnya.”“Apakah dia memiliki nama khusus untuk pekerjaannya?”“Nama khusus dalam melakukan pekerjaan sebagai Tuwondsapo yang artinya snipper berbahaya.”“Kirimkan bukti yang Bapak temukan ke s
Pak, Gawat!Wanita itu berbalik badan ketika pintu ruangan terbuka dan sosok yang keluar dari ruangan adalah Adnan.“Diah Viera bertemu dengan Adnan? Apa hubungan mereka?” Hans bertanya-tanya sambil memperhatikan mereka yang berpelukan dan memegang tangan.Mereka pergi dari depan ruangan. Sontak, Hans mengikuti langkah mereka yang menuju halaman belakang dan duduk di kursi panjang berdua.Hans berdiri tepat di belakang dinding yang tak jauh dari lokasi mereka yang sedang berbincang. Ia tidak boleh terlihat oleh Diah Viera karena dia mengenalnya.Namun, ia teringat bahwa Diah Viera tidak mengenal sosok dirinya yang sebenarnya sehingga mau bertemu pun bebas dan menganggap bahwa pernah menjadi pasangan kekasih dan telah menjadi mantan kekasih.Hans penasaran dengan hubungan mereka. Ia hanya mengenal Diah Viera sebagai mantan kekasih dan teman semasa kuliah dan mengingat kondisi yang mengenaskan saat menjalin hubungan dengannya.“Aku rindu sama kamu. Kamu sudah menikah dengan wanita yang
Mira dan Komar saling memandang dan menaikkan kedua alis mereka. Mereka mengetahui sosok yang datang pagi di ruangan ini.“Ada apa? Apakah ada masalah dengan pekerjaan kita, Pak” tanya Mira pelan sambil melirik semua orang yang ada di ruangan.Adnan membisu selama satu menit sambil menoleh ke arah Wulan dan Sabrina yang menegang ketika Mira menanyakan masalah dengan pekerjaannya.Ekspresi Adnan serius saat menanyakan sosok yang datang pagi hingga membuat Mira penasaran dengan masalah yang terjadi.Adnan menghela napas panjang dengan berat sambil membasahi bibirnya lalu tersenyum lebar.“Tidak ada. Saya hanya penasaran saja karena mendapat laporan bahwa ada karyawan datang ke kantor pagi hari dan langsung masuk ruangan ini. Sebenarnya, tidak ada masalah yang terjadi,” jawab Adnan sambil menatap semua rekan kerjanya.“Syukurlah. Saya pikir ada masalah yang terjadi.”“Silakan kembali bekerja.”Adnan mempersilakan rekan kerjanya kembali bekerja. Hans hanya membisu sembari mengamati keadaa
Hans memundurkan posisi duduk dengan tegap sambil mengernyitkan dahi dan menatap Mira yang menuduhnya memasuki situs gelap itu.Meskipun kenyataan memang benar bahwa ia memasuki situs gelap itu tetap membungkam sampai mempercayai rekan timnya. Hans masih belum bisa mempercayai siapa pun di timnya, tetapi mencoba untuk mempercayainya.“Kenapa kamu menuduhku melakukan itu? Apakah kamu punya bukti?” Hans bali bertanya.Mira mengalihkan pandangan. “Aku tidak menuduhmu, tapi teringat dengan ekspresi Pak Adnan yang terlihat marah saat menanyakan sosok yang datang pagi dan sepertinya sedang terjadi sesuatu. Jika analisisku benar, artinya ....”“Dia mengetahui siapa pun yang mengakses situs gelap itu,” jawab Tono secepat kilat.“Astaga, pantas sekali dia terlihat khawatir, gelisah dan marah,” jawab Tiwi sambil mengangguk paham atas situasi yang terjadi di sekitarnya.“Tapi, siapa yang mengakses itu? Untuk apa dia mengaksesnya?” tanya Komar yang berpikir tujuan seseorang untuk mengakses situs
“Kita cari tahu tujuan dia apa dan jawaban sementara adalah memperkaya diri agar bisa memikat banyak wanita,” jawab Hans secepat kilat dan tegas.Semua rekan tim tersenyum miring lalu tertawa saat mendengar jawaban darinya sambil bertepuk tangan dan menggeleng pelan.Mereka tidak menyangka bahwa ketua tim memiliki pemikiran seperti itu.Hans ikut tersenyum miring dan tertawa palsu untuk menutupi tujuan yang sesungguhnya dan identitasnya. Ia mulai mengenal banyak tentang Adnan saat ini.Dia tidak hanya tukang selingkuh, bajingan, mengambil istri orang lain, tetapi penjilat dan serakah atas harta. Ia mengenal Adnan saat hari diceraikan oleh istrinya. Dia tampak senang telah merebut wanita yang dicintai dan ditinggalkannya.Bahkan, Adnan tidak ingin Hans mendekatinya kembali. Namun, Hans penasaran dengan kabar mantan istri dan keluarganya, serta kakaknya yang telah dipermalukan olehnya.“Kembali bekerja, jam makan siang sudah habis.”“Baik, Pak.”Hans, Komar, Tiwi, Agustinus dan Tono kel
“Apa pun yang kamu tanyakan, aku tidak akan menjawabnya.”“Kenapa? Apakah kamu berada di pihak Lee? Apakah kamu tidak setia lagi dengannya?” cecar Sabrina sambil mencengkeram kerah kemejanya dan dihimpit ke dinding.Hans hendak menolongnya, tetapi langkah terhenti ketika Wulan bertanya sesuatu kepada Tono yang mengejutkannya. Fakta baru ditemukan olehnya yang keluar dari mulut Wulan.“Kamu jangan berpura-pura lagi kalau kamu adalah teman setia Pak Adnan. Kita tahu bahwa kamu sangat menginginkan posisi yang sama, tetapi tidak pernah melakukan hal kotor, seperti Pak Adnan. Bahkan, kamu lebih pintar darinya, tetapi kamu menurutinya sampai menjadi seorang budak untuk memalsukan laporan di zaman kalian. Kamu pikir kita tidak tahu?”“Apakah Adnan yang mengatakan kepada kalian sendiri? Apakah kalian sudah mulai tertutup karena janjinya yang tidak pernah ditepati?” tanya Tono santai sambil menatap mereka.Hans menutup matanya sambil merapatkan barisan giginya dengan mengepalkan tangannya deng
“Peluru yang digunakan bukanlah peluru biasa. Dia bisa menembus dinding dan beton saat target bersembunyi di sebuah bangunan. Mereka sering menggunakan senjata canggih.”Senjata yang digunakan oleh kakak Diah Viera dan rekannya adalah senjata yang paling bagus dan memiliki nama Barret M82. Senjata yang bisa menembak target dengan jarak dua kilometer dan tembus dinding dan beton.Target tidak bisa bersembunyi dalam bangunan ketika menggunakan senjata api seperti itu. Bahkan, senjata itu hanya bisa digunakan oleh orang yang memiliki keahlian khusus dalam dunia penembakan.“Bagaimana ciri-ciri temannya? Apakah kamu sudah menemukan nama asli, samaran atau tempat tinggalnya?” tanya Hans penasaran.Hans pernah mengantarkan paket yang mencurigakan ke alamat rumah yang merupakan komplek perumahan mewah. Kardus itu sangat berat dan panjang.“Saya masih belum menemukannya, Tuan muda. Saya dan yang lain masih proses penyelidikan karena ....”“Lanjutkan.”“Karena saya berspekulasi bahwa semua ini
“Saya belum tahu pasti karena dia berjalan dengan cepat. Nyonya besar juga meminta saya untuk keluar dan tidak perlu penjagaan.”Hans mengangguk pelan dengan menegangkan otot rahangnya sembari mengusap bibir. Ibu meminta pak Haedar untuk tidak berjaga ke depan. Apakah ibu sengaja melakukan itu agar tidak diketahui pembicaraannya?“Selama dia tidak mengganggu ibu, biarkan, tapi awasi dia jikalau datang lagi ke kantor.”“Baik, Tuan muda.”Hans berdiri dari sofanya dan hendak melangkah, tetapi terhenti dengan suara batuk ibunya yang berkali-kali dan erangan dari kamar ibunya.Sontak, Haedar dan Hans berlari ke kamar ibunya. Ia teringat dengan wajah ibunya yang pucat saat pergi dari sofa.“Apakah ibu sakit akhir-akhir ini?” tanya Hans sembari menaiki anak tangga.Haedar terdiam sambil menatapnya yang berada di depannya. Hans membuka kamar ibu dengan keras sampai pintunya terbuka tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.Hans disuguhkan pemandangan ibunya sedang terduduk di tepi kasur sambi