“Peluru yang digunakan bukanlah peluru biasa. Dia bisa menembus dinding dan beton saat target bersembunyi di sebuah bangunan. Mereka sering menggunakan senjata canggih.”Senjata yang digunakan oleh kakak Diah Viera dan rekannya adalah senjata yang paling bagus dan memiliki nama Barret M82. Senjata yang bisa menembak target dengan jarak dua kilometer dan tembus dinding dan beton.Target tidak bisa bersembunyi dalam bangunan ketika menggunakan senjata api seperti itu. Bahkan, senjata itu hanya bisa digunakan oleh orang yang memiliki keahlian khusus dalam dunia penembakan.“Bagaimana ciri-ciri temannya? Apakah kamu sudah menemukan nama asli, samaran atau tempat tinggalnya?” tanya Hans penasaran.Hans pernah mengantarkan paket yang mencurigakan ke alamat rumah yang merupakan komplek perumahan mewah. Kardus itu sangat berat dan panjang.“Saya masih belum menemukannya, Tuan muda. Saya dan yang lain masih proses penyelidikan karena ....”“Lanjutkan.”“Karena saya berspekulasi bahwa semua ini
“Saya belum tahu pasti karena dia berjalan dengan cepat. Nyonya besar juga meminta saya untuk keluar dan tidak perlu penjagaan.”Hans mengangguk pelan dengan menegangkan otot rahangnya sembari mengusap bibir. Ibu meminta pak Haedar untuk tidak berjaga ke depan. Apakah ibu sengaja melakukan itu agar tidak diketahui pembicaraannya?“Selama dia tidak mengganggu ibu, biarkan, tapi awasi dia jikalau datang lagi ke kantor.”“Baik, Tuan muda.”Hans berdiri dari sofanya dan hendak melangkah, tetapi terhenti dengan suara batuk ibunya yang berkali-kali dan erangan dari kamar ibunya.Sontak, Haedar dan Hans berlari ke kamar ibunya. Ia teringat dengan wajah ibunya yang pucat saat pergi dari sofa.“Apakah ibu sakit akhir-akhir ini?” tanya Hans sembari menaiki anak tangga.Haedar terdiam sambil menatapnya yang berada di depannya. Hans membuka kamar ibu dengan keras sampai pintunya terbuka tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.Hans disuguhkan pemandangan ibunya sedang terduduk di tepi kasur sambi
Haedar hanya menatap Hans yang marah kepadanya. Dia bisa memahami sikapnya yang keras kepadanya karena Nyonya besar melarangnya untuk memberitahu penyakit yang diderita olehnya selama ini.“Nyonya besar sakit Kanker ovarium stadium akhir. Beliau melarang saya untuk memberitahu penyakitnya kepada Tuan muda karena telah berbuat salah di masa lalu sampai Tuan muda membencinya sehingga tidak ingin menambah beban pikiran dan hidup Tuan muda. Bahkan, Nyonya besar yang meminta saya untuk melacak keberadaan Tuan muda dengan memantau kondisi kesehatannya, tetapi sangat sulit ditemukan selama satu tahun. Tahun berikutnya, saya dan tim menemukan Tuan muda lalu memberikan setiap hal yang dilakukan oleh Tuan muda yang ternyata menjadi kurir.”Detak jantung Hans seakan berhenti selama dua jam ketika mendengar penjelasan kaki tangan keluarganya. Ibu meminta Haedar dan karyawannya mencari keberadaannya.Ibu mengetahui kondisinya selama ini sehingga berpura-pura tidak tahu dan hanya memintaku untuk ke
Hans yang sedari bersandar menjadi berdiri santai di depan Ryan yang berteriak kepadanya hingga membuat pidato Adnan berhenti dan menjadi pusat perhatian banyak orang.Rashid Omar Nadim menghampirinya bersama sang istri. Ibu Ryan mengambil lap untuk membersihkan noda anggur merah di jasnya.Hans meletakkan gelas yang sudah kosong di meja yang ada di dekatnya. Ia sengaja menumpahkan sisa air anggur merah ke jasnya karena terkejut sehingga membuat perkara saat mengadakan acara penting.“Kamu? Siapa yang mengundangmu ke sini?” cecar Rashid nada tinggi sambil melotot.“Salah siapa rumah terbuka lebar dan tidak ada penjaga sama sekali. Rumah pengusaha seharusnya dijaga ketat oleh pengawal agar tetap aman. Untung saja aku yang masuk bukan maling yang mengambil barang mewah kalian.” Hans menjawab santai sambil terkekeh pelan dan menatap Rashid yang tetap tidak menyukainya.Ibu Ryan menampar Hans dengan keras hingga membuatnya berpegangan ke pintu taman belakang. Hans menoleh dengan tatapan b
Hans memperhatikan lift sembari menggaruk leher yang tidak gatal untuk mencari keberadaan kamera pengawas di dalam lift.Satu kamera pengawas berada di belakang Hans sebelah kanan. Ia tidak mungkin menggunakan topeng di dalam lift karena bisa ketahuan tentang identitas yang sesungguhnya.Beberapa menit berlalu, lift tiba di lantai tujuan lalu menekan tombol lift untuk turun lantai basemen demi memasang topeng wajah aslinya agar tidak ketahuan oleh banyak orang dan berjaga diri serangan Jurnalis yang tiba-tiba datang ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan ibu, istri dari Raja Bisnis.Hans memasang wajah aslinya berbentuk topeng sebelum wajah diperbaiki. Ia menuju kamar ibu dan melihat pengawal Ibu berdiri di depan kamarnya.“Kalian boleh istirahat. Saya menemani Ibu di sini,” kata Hans kepada dua pengawal yang berjaga di depan kamar rumah sakit ibunya.“Terima kasih, Tuan muda.”“Sama-sama. Kalian sudah bekerja dengan keras dan kaki butuh istirahat juga. Jadi, istirahatlah.”Dua penga
“Lakukan pemeriksaan penyebaran kanker sekarang, tapi untuk menganalisis hasilnya bukan kalian, tetapi Dokter Cornelius. Dokter harnya boleh melakukan pemeriksaan.” Haedar menjawab dengan tegas tanpa mendengar perkataan Hans.Hans hanya bisa berdesis sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Ia tidak bisa berbuat apa pun untuk mengutarakan pendapatnya karena misinya yang belum terselesaikan.Ia tidak ingin penyamaran terbongkar sebelum misi terselesaikan.“Baiklah.”Tiga dokter membawa ibu menuju ruang pemeriksaan MRI. Hans mengikuti langkah mereka dari belakang sembari mengawasi mereka secara diam-diam dan memantau keadaan ibunya yang tertidur pulas di kasur rumah sakit.Ia sangat tidak setuju dengan saran dokter yang melakukan MRI di malam hari karena masih ada hari lain untuk melakukan hal itu. Walaupun ide Haedar sedikit bagus ketika meminta mereka hanya melakukan MRI tanpa menganalisis dan tetap pada Dokter Cornelius untuk menjelaskan penyakit Nyonya besar.“Hanya satu orang yang
Jemari Haedar fokus pada layar handphone yang dikeluarkan olehnya. Hans tidak sabar menunggu informasi yang didapatkan oleh kaki tangannya.“Apakah mereka berhubungan dengan semua ini?”Haedar meletakkan handphone di meja di ruang kamar ibunya, tepat di depannya. Layar menunjukkan foto Dokter Joe dengan informasi tentangnya.Dokter Joe merupakan keluarga Dokter. Ayah, Ibu dan kakak laki-lakinya merupakan seorang Dokter di Rumah Sakit yang berbeda dengan spesialis yang berbeda.Dokter Joe memiliki gelar Dokter yang berbeda dari keluarganya. Mereka memiliki gelar spesialis penyakit dalam.“Keluarganya Dokter semua?”“Iya, Tuan muda. Ayah dan ibunya pernah merawat istri mantan Presiden yang terkena penyakit kanker, tetapi tidak berhasil menyembuhkannya, meskipun melakukan perawatan apa pun.”“Lalu, kenapa dia menangani Rashid Omar Nadim saat itu, padahal dia seorang ahli anestesi?” tanya Hans heran dengan sesuatu yang pernah dilihat olehnya.“Dokter Rashid Omar Nadim adalah Ayah dari Dok
“Iya. Kenapa, Tuan muda?”“Tidak apa. Saya memikirkan kemungkinan terburuk terjadi setelah bertemu dengan ibu.” Hans membalas khawatir dengan mengernyitkan dahi sambil menautkan kedua tangannya dan memandangi ibunya yang terbaring di kasur rumah sakit.Hans menghela napas panjang dengan berat sambil menundukkan kepala. Berat sekali kepala untuk memikirkan semua yang berhubungan dengan keluarganya saat ini.Ibu Hans pernah meminta kepadanya untuk menemukan pelaku kejahatan kepada adik dan ayahnya. Apakah dia juga tidak percaya dengan berita yang tersebar di seluruh dunia? Apakah ibu juga melihat sesuatu saat ayah dan adiknya meninggal?“Cari tahu keberadaan Agus Mustofa Sentosa saat ini karena saya masih penasaran dengannya, apakah dia masih sama yang dulu atau sudah berubah.” Hans memberikan perintah kepada Haedar.“Baik, Tuan muda.”“Berikan aku alamat adik dan ayah meninggal.”“Baik, Tuan muda, tapi hotel itu bangunannya sudah ganti setelah kejadian Raja bisnis di kamarnya.”“Tidak