“Saya tidak tahu, Tuan muda. Ada apa?” tanya Haedar dengan intonasi penekanan sambil menatapnya penasaran.Hans menoleh ke arah laptop sambil membulatkan bola mata dan meminta Haedar untuk masuk ke kamar ibunya. Ia memperlihatkan riwayat panggilan ayahnya di layar laptop dan hanya ada satu nomor yang terlihat mencurigakan.“Nomor cantik.”“Nomor cantik membuat mataku mengarah kepadanya dan tidak ada suara apa pun ketika saya menghubunginya.”“Nomor yang mudah diingat dan digunakan sekali pakai dengan harga yang bisa mencapai puluhan juta hanya bisa dibeli oleh kalangan tertentu saja untuk keperluan yang mendesak atau melakukan transaksi.” Haedar menjelaskan kegunaan kartu ponsel sekali pakai.“Dia juga tahu akan menjadi buronan jika menyimpan nomor itu karena sudah membunuh Raja bisnis dan seorang laki-laki. Ada kemungkinan juga, seseorang atau pemilik kartu masih menyimpan kartu itu demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan besar.”Hans berspekulasi hal yang bisa terjadi kapa
“Aku baik, Frank. Bagaimana kabarmu?”“Baik juga. Ada apa? Apakah kamu membutuhkanku?”Frank Artamajaya Christianto merupakan teman kuliah Hans yang dekat dengannya dan siap membantu siapa pun yang membutuhkan bantuan. Bahkan, dia tidak ikut turun tangan untuk membantu.Keluarga Frank keturunan dari bangsawan Yogyakarta dan ayahnya merupakan seorang pemilik perusahaan Teknologi ternama dan terkenal di negaranya. Frank memiliki kecerdasan pemrograman yang turun menurun dari ayahnya.Ibu Frank bernama Ayu Sulistowati Ningsih bekerja sebagai seorang Akuntan di Bank Dunia dan ayahnya bernama Willy Christian.“Aku membutuhkan otak dan keahlianmu.”“Wah, aku senang menolongmu kapanpun yang kamu butuhkan. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku perlu datang ke sana untuk mengatasi masalahnya?”“Tidak perlu. Aku ingin kamu memberikan informasi tentang pemilik ponsel yang pernah dimasukkan nomor sekali pakai yang harganya sangat mahal.”“Oke. Ada lagi?”“Tolong lacak nomor handphone yang aku kiri
“Di mana tasnya?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.Seorang pengawal masih berjaga di depan kamar rumah sakit ibunya dengan terbaring di di sofa yang ada di luar kamar. Pengawal terduduk ketika Hans meminta handphone ibunya sembari mengambilkan tas ibunya.Hans mengambil dua tas dari tangan pengawal yang bermata sipit dan berambut cepak lalu membuka tas ibunya dan didekati oleh Haedar.“Ada apa, Tuan muda?” tanya Haedar panik.“Siapa pun dicurigai, Pak, meskipun keluarga sendiri karena saya dan tim melakukan audit keseluruhan di perusahaan pangan. Jadi, saya berhak meminta dan memeriksa handphone dan laptop ibu,” jawab Hans yang sedikit berkilah.“Anda tidak mungkin melakukan ini terhadap Nyonya besar, Tuan muda,” bantah Haedar nada sedikit tinggi.Hans menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arahnya dengan menghentakkan tangannya. Posisi tubuhnya kembali tegap dan menatap lamat ke arah Haedar.“Saya berhak melakukannya, Pak. Anda tahu betul tugas saya saat ini karena sudah ikut
“Dia sudah bersuami, Tuan muda.”“Sungguh? Kapan dia menikah?”“Dia menikah lima tahun yang lalu dan suaminya merupakan karyawan di perusahaan pangan di Departemen IT.”Hans memeriksa setiap file Sabrina yang memiliki tanggal sekitar Lima belas Juli dua ribu delapan belas dan terdapat puluhan foto dan satu video yang memiliki tanggal Dua puluh delapan Oktober dua ribu dua puluh satu.Hans menoleh ke arah Haedar dengan bola mata yang membulat setelah mengetahui tanggal yang memiliki tanggal yang berbeda setelah dia menikah dengan karyawan Departemen TI.“Dia selingkuhan pria ini juga!”“Betul. Tekstur rambut, kulit di leher dan bagian belakang tangannya tidak bisa membohongi dan kita bisa tahu, berdasarkan hal itu.”“Artinya melibatkan forensik?” tanya Hans mengarah hal ke sana.“Kemungkinan besar iya. Forensik tidak terlibat oleh pihak berwajib.”“Baiklah. Saya akan membutuhkannya suatu hari nanti, tapi untuk saat ini, saya tidak percaya kepada siapa pun karena kasus Ayah yang tidak d
“Ib—”Hans melepas tangan ibunya saat melihat kesusahan untuk bicara. Ia mengambil secarik kertas putih ukuran HVS A4 dan spidol berwarna hitam lalu diberikan kepada ibunya.Ia bernisiatif untuk menuliskan sesuatu yang akan disampaikan oleh ibunya. Ibu menerima dan menuliskan huruf demi huruf di kertas putih itu secara perlahan.Hans menunggu tulisan ibunya selesai.Tulisan dirangkai menjadi Ibu mau dioperasi dan melakukan perawatan demi kamu. Sontak, Hans meneteskan air mata saat membaca tulisan ibunya dan memeluk ibunya erat.Abigail pun meneteskan air mata dengan deras sambil mengelus kepalanya. Sekeras apa pun sifat dan sikap seorang ibu dan anak pasti bisa mencair disaat situasi yang saling membutuhkan dukungan.Keduanya menurunkan ego masing-masing dan mengakui kesalahan sehingga hubungan antara anak dan orang tua membaik. Hans ingin melakukan hal yang tidak pernah dilakukan olehnya untuk ibu.“Saya informasikan hal ini ke Dokter, Nyonya besar agar bisa dioperasi besok,” kata Ha
Hans melewati mereka dengan mendengarkan semua yang dikatakan olehnya. Ia berpura-pura tidak mendengarnya, meskipun ingin menghampiri dan mengatakan bahwa dia adalah ibunya.Hans memasuki kamar ibu di ruang VIP dan menunggu di dekat pintu. Ia hanya bisa memandangi wajah ibu yang terlihat masih belum segar kembali dan mata terpejam lagi setelah berbicara dengannya beberapa jam yang lalu.Walaupun singkat, momen itu sangat berharga untuknya.Sementara, Hans hanya memantau keadaan ibunya dari kejauhan ketika ada orang dan membiarkan kaki tangan berada di sampingnya.“Ibu Abigail segera siuman dan terima kasih sudah membujuknya untuk melakukan operasi dan perawatan.”Haedar hanya terkekeh sambil menoleh ke arah Hans sekilas. Dia tidak mengatakan apa pun setelah Dokter mengatakan hal itu.“Setelah perawatan ini, makanan Ibu Abigail harus dijaga dengan sangat baik dan dilarang makan makanan cepat saji karena bisa memicu pertumbuhan kanker di sel lain.” Salah satu Dokter berpesan kepada Haed
Hans berhenti tepat di depan lemari kaca yang terdapat banyak senjata milik ayahnya sambil menunggu pengawal yang ditunjuk olehnya untuk menghadap kepadanya.Hitungan detik, seorang pria berpakaian rapi dan berjas sesuai dengan yang disebutkan oleh Haedar telah datang kepadanya. Postur tubuhnya tidak kalah dengan pengawal yang terlihat mempesona.“Santo Paulus?”“Iya, Tuan muda.”“Apakah kamu tahu kalau saya adalah anak dari Cody Ruth?”“Semua orang yang bekerja dengan Pak Cody tahu tentang keluarganya dan bisa menjaga rahasia sehingga tidak ada satu pun rahasia yang bocor keluar karena Pak Cody memperlakukan karyawannya dengan sangat baik dan dianggap manusia. Jadi, memiliki waktu istirahat dan tidur bukan harus berjaga selama dua puluh empat jam dalam seminggu. Beliau juga memberikan fasilitas libur untuk kami secara bergantian dan memberi fasilitas yang sangat bagus dan nyaman untuk saya dan teman-teman, Tuan muda.”“Oke. Apakah kamu yang bertugas untuk mengawal Ibu ke mana pun per
Salah satu karyawan menekan sebuah folder yang diberi nama sesuai tanggal dan tahun permintaannya. Dia mempercepat rekaman di jam yang diminta olehnya.Dua karyawan menepi terlebih dahulu lalu Hans duduk untuk menonton rekaman tersebut dengan serius dan diamati. Jam enam tidak terlihat apa pun dan hanya mobil melintas.Rekaman dari kamera pengawas cukup jernih.Tepat pukul delapan malam, sebuah mobil mewah berwarna hitam dengan lambang kuda di depan yang tidak asing baginya berhenti di depan rumah.Dua menit kemudian, ibu keluar rumah dengan pakaian rapi dan mewah. Semua barang yang dipakai merupakan brand terkenal dan ternama di dunia.Hans menghentikan video rekaman itu sejenak lalu memperbesar di bagian wajah sosok pria yang berada di dalam mobil dengan memicingkan mata dan mengernyitkan dahi.Hans sampai memajukan wajah untuk melihat wajah sosok di dalam mobil. Namun, ia tidak dapat melihat jelas wajah pria itu.“Kenapa dia tidak turun dari mobil? Apakah dia pantas disebut seorang
Hans memandangi televisi yang menyuguhkan pemandangan Rashid, Ayah Adnan, Adnan, Sandria, Ryan dan ajudan Ayah Adnan tertangkap dengan kedua tangan diborgol ke belakang bersama istri Rashid yang menutupi proses penyelidikan selama ini. Otak dari kematian Raja bisnis adalah Rashid Omar Nadim karena keserakahannya sehingga mendekati istri Pak Cody Ruth untuk bisa mendapatkan kekayaannya. Tidak hanya itu, Rashid juga pemarah sehingga membunuh anak lelaki dengan cara yang sama, seperti sudah direncanakan. Beruntung, Ibu Abigail tidak tertipu dengan rayuan maut yang dilakukan olehnya karena seorang lelaki yang selalu mengingatkan dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang tidak rampung karena permainan orang dalam pihak berwajib. Siapakah dia yang selama ini berada di sampingnya? Apakah kekasih baru atau yang lain? Kita belum tahu dan tunggu kabar selanjutnya.“Apakah bapak memberitahu rekan kerja yang membantu kita untuk menyelesaikan kasus ini?” tanya Hans datar sembari memandangi
“Kekasih pengawal pribadimu,” jawab Agustinus santai.“Di mana dia sekarang?““Dia ada di halaman belakang bersama wanita itu karena aku tadi bertanya kepada pengawal lainnya.”“Suruh mereka ke sini. Aku ingin mendengarnya secara langsung.”Agustinus menyampaikan seruan dari Hans kepada pengawal yang berjaga di ruang tamu untuk meminta mereka memasuki ruangannya. Satu menit berlalu, mereka telah tiba di ruangan diskusi dengan menatap Hans dan lainnya yang bingung dan datar. “Ada apa?”“Terima kasih untuk semuanya.”“Tidak perlu khawatir, aku melakukan semua ini demi hidupku sendiri dan masa depanku kelak jika tinggal bersama dengan kekasihku.”“Apa yang kalian inginkan dariku? Aku ingin memberi hadiah untuk kalian.”“Tidak ada.”“Kalian mendapatkan pernikahan mewah di hotel mewah. Semua ditanggung olehku, jadi katakan kapan kalian menikah,” kata Hans santai.Wanita itu dan pengawal pribadi melongo saat mendengar hadiah darinya lalu bersalaman dengannya sebagai tanda terima kasih.“T
Hans tiba di ruang diskusi di rumahnya dengan melepas jaket kulit dan diletakkan di sofa dengan tangan dan dada bagian kiri yang masih terasa nyeri dan sakit sehingga duduk perlahan.Semua rekan tim dan Haedar berada dalam ruangan itu sembari memperhatikannya yang tidak bisa dilarang ketika keinginan menggebu dalam dirinya.“Apakah anak buah dari Rashid dan Adnan masih ada dalam ruangan di rumah ini?” tanya Hans pelan.Lima pria bertato bulan dan bintang dan kepala tengkorak pernah ditangkap olehnya saat melakukan penyelidikan di sebuah gudang tua samping laboratorium mereka.“Masih ada, Tuan muda. Saya pindahkan ke ruang bawah tanah karena mereka berisik dan mengancam membunuh kami semua setelah mendengar kabar Tuan muda ditembak oleh anak dari tuannya dan menganggap mati.”“Aku dianggap mati oleh mereka?”Haedar dan seluruh rekan tim membisu saat ia menanyakan perihal kematian dirinya. Ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh mereka kepadanya.Semua rekan tim dan Haedar dua bulan la
“Anak dari pengusaha elektronik bebas dari jeratan hukum setelah dalam penjara dalam kasus penembakan wanita berambut pendek yang diduga wanita simpanan Rashid Omar Nadim.”Suara berita yang menggelegar berasal dari televisi merasuki telinga Hans yang mengalami koma selama dua bulan lamanya setelah kejadian penembakan di pemakaman ibunya. Hans mengalami peristiwa yang mengerikan demi mengungkapkan pelaku kejahatan penembakan dan penghilangan nyawa Raja bisnis dan anak laki-laki yang diduga tidak memiliki identitas. Hans membuka mata perlahan saat mengingat kejadian kematian ibunya yang tidak ada di sampingnya saat dibutuhkan dengan meneteskan air mata. Sesak sekali rasanya.Napas Hans terengah-engah dengan pemandangan langit kamar rumah sakit berwarna putih tanpa bersuara. Pandangan lurus ke atas dan tidak menyadari seseorang di sampingnya. “Hans.” Carlos memanggil namanya pelan. Haedar mendekati Hans dengan memegang tangan dan mengusap kepalanya sembari berkata, “Tuan muda, syuku
“Aku tidak mendua!” bentak Rashid sambil melotot ke arah Hans.Hans dan semua rekan tim memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam mulai dari atasan hingga sepatu sehingga tidak mengetahui sosok yang berada di balik kacamata hitam.“Sungguh? Apakah kamu bisa membuktikannya?” tanya Hans menantang. Rashid mengalihkan pandangan dengan menggerakkan tangan di depan dada sembari meremas dan mengeluarkan banyak keringat. Semua orang terpaku pada Hans hingga kamera perusahaan media menyorotinya tanpa membuka kacamata. Rashid terdiam.Hans mengeluarkan semua foto yang sudah dicetak olehnya sebelum berbicara dengan rekan tim lalu membuang semua foto yang terdiri dari lima belas lembar di depan wajah Rashid, Istri dan wanita berambut pendek. Hans pergi dari hadapan banyak wartawan dan keluarga cemara yang sedang dipermalukan oleh kepala keluarga yang dipandang hebat dan cinta kepada keluarga. “Ma, maafkan aku. Semua ini bukan karena aku.”“Halah, hidung belang. Kamu juga bilang bahwa ak
“Mohon maaf, ibu Abigail sudah mengembuskan napas terakhirnya. Beliau menyerah selama operasi berjalan.” Dokter menyampaikan berita duka dengan lembut.Sontak, Hans melotot dan kaki terasa lemah untuk berdiri setelah mendengar kabar duka dari ibunya. Pandangan Hans yang sedari tadi samar menjadi buram dan mengalirkan butiran bening dengan deras di pipi. Ia tidak percaya mendengar kabar duka sebelum menangkap pelaku kejahatan. Abigail melanggar janji yang dibuat bersama dengan Hans. Tangan Hans mengepal dengan erat sembari menenangkan diri di kursi besi panjang yang dingin.Hans terpukul mendengar kepergian sang ibu yang terakhir kali sempat berdebat dan kesal dengannya. Ia tidak akan berbuat seperti itu jika mengetahui semua sakit yang dirasakan oleh Abigail.Tuhan menghukum Hans dengan cara yang sangat menyakitkan. Tidak ada hukuman yang menyakitkan, seperti yang dialami olehnya saat ini.Hans masih terduduk di kursi besi yang panjang saat banyak orang berlalu lalang di depannya. B
“Tidak. Tetap menggunakan nomor itu karena tidak akan bisa mendeteksi lokasi dari pemilik nomor ponsel dan identitasnya.”Semua terdiam dengan ide gila yang keluar dari mulutnya. Mereka terlihat tidak percaya bahwa Hans memiliki ide yang berdampak besar untuknya jika ketahuan identitas yang sesungguhnya. “Apakah kamu lupa dengan misimu hingga akhir sebelum pelaku pembunuh Pak Cody dan adikmu tertangkap?” Komar bertanya dengan nada peringatan. “Aku tidak lupa.”“Lalu?”“Kalian takut akan identitasku terbongkar sebelum waktunya dan mengira aku gegabah dalam mengambil keputusan saat punya ide seperti itu?” tanya Hans dengan intonasi penekanan sambil menatap semua rekan tim.“Buk—”“Semua sudah terpikirkan olehku.”“Baiklah. Kalau kamu ingin seperti itu.”Hans duduk sambil memperhatikan laptop yang terbuka di meja kerjanya. Ia teringat dengan ibu yang berada di ruangan yang paling aman untuk sementara waktu lalu menelepon Haedar.Hans menunggu Haedar untuk menjawab panggilan keluarnya.
Hans meletakkan botol di meja balkon dengan santai dan bersandar di kursi santai yang terbuat dari kayu, berlubang dan bantal putih sebagai tempat duduk.Mira dan Alan mendekatinya setelah saling melempar tatapan. Hans masih mengendalikan emosi dan tidak memiliki gairah untuk menyelesaikan masalah yang ditugaskan dan diamanahkan oleh Abigail.“Kamu tidak ingin tahu beritanya?” tanya Mira nada pelan sembari sedikit membungkuk dan memegang bahunya. “Apakah kamu tidak tahu kalau saya ingin masih menyendiri di kamar ini sambil mengamati pemandangan kota besar di sore hari yang mendung dan terasa nyaman, tapi banyak penjahat yang berkeliaran di luar sana?”“Maaf,” balas Mira lalu menoleh ke arah Alan.Hans mendengar helaan napas Alan dan bertukar posisi dengan Mira. “Sampai kapan kamu begini? Sampai ibumu mati karena dipermalukan di sosial media?” cecar Alan nada pedas. Hans terbangun dari duduk dengan menghadap ke arah Alan sembari melotot dan tangan mengepal erat. Mira terkejut meliha
“Pak Cody membantu ayahku untuk memberantas pengedaran dan konsumsi obat terlarang dengan bantuan Pak Haedar.”Hans membisu dengan mengingat semua kejadian padanya mulai dari masih muda menempuh pendidikan di luar negeri dan melihat ibu mendua, pengakuan ibu, hubungan pernikahan yang kandas di tengah jalan dan keserakahan Rashid dan Ayah Adnan yang diketahui olehnya. Hans mendesis sembari menyeka rambut hitam yang lurus secara perlahan sambil memejamkan mata dan menghentakkan kepalan tangan erat ke meja kayu. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam dunia ini. Semua telah ditunjukkan oleh sang maha kuasa bahwa ada sesuatu yang diberantas dan dibersihkan. “Unggah dan sebar rekaman Rashid ke media sosial, buat kalimat yang mengajak masyarakat menganalisis,” kata Hans dengan kepala tertunduk dan tangan masih mengepal erat.“Kamu yakin mau menyebar itu sekarang?” tanya Carlos nada ragu.Hans menoleh ke arah Carlos dengan menatap tajam. “Aku sangat yakin dan tidak ada ampun untuknya.”“Ba