“Di mana tasnya?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.Seorang pengawal masih berjaga di depan kamar rumah sakit ibunya dengan terbaring di di sofa yang ada di luar kamar. Pengawal terduduk ketika Hans meminta handphone ibunya sembari mengambilkan tas ibunya.Hans mengambil dua tas dari tangan pengawal yang bermata sipit dan berambut cepak lalu membuka tas ibunya dan didekati oleh Haedar.“Ada apa, Tuan muda?” tanya Haedar panik.“Siapa pun dicurigai, Pak, meskipun keluarga sendiri karena saya dan tim melakukan audit keseluruhan di perusahaan pangan. Jadi, saya berhak meminta dan memeriksa handphone dan laptop ibu,” jawab Hans yang sedikit berkilah.“Anda tidak mungkin melakukan ini terhadap Nyonya besar, Tuan muda,” bantah Haedar nada sedikit tinggi.Hans menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arahnya dengan menghentakkan tangannya. Posisi tubuhnya kembali tegap dan menatap lamat ke arah Haedar.“Saya berhak melakukannya, Pak. Anda tahu betul tugas saya saat ini karena sudah ikut
“Dia sudah bersuami, Tuan muda.”“Sungguh? Kapan dia menikah?”“Dia menikah lima tahun yang lalu dan suaminya merupakan karyawan di perusahaan pangan di Departemen IT.”Hans memeriksa setiap file Sabrina yang memiliki tanggal sekitar Lima belas Juli dua ribu delapan belas dan terdapat puluhan foto dan satu video yang memiliki tanggal Dua puluh delapan Oktober dua ribu dua puluh satu.Hans menoleh ke arah Haedar dengan bola mata yang membulat setelah mengetahui tanggal yang memiliki tanggal yang berbeda setelah dia menikah dengan karyawan Departemen TI.“Dia selingkuhan pria ini juga!”“Betul. Tekstur rambut, kulit di leher dan bagian belakang tangannya tidak bisa membohongi dan kita bisa tahu, berdasarkan hal itu.”“Artinya melibatkan forensik?” tanya Hans mengarah hal ke sana.“Kemungkinan besar iya. Forensik tidak terlibat oleh pihak berwajib.”“Baiklah. Saya akan membutuhkannya suatu hari nanti, tapi untuk saat ini, saya tidak percaya kepada siapa pun karena kasus Ayah yang tidak d
“Ib—”Hans melepas tangan ibunya saat melihat kesusahan untuk bicara. Ia mengambil secarik kertas putih ukuran HVS A4 dan spidol berwarna hitam lalu diberikan kepada ibunya.Ia bernisiatif untuk menuliskan sesuatu yang akan disampaikan oleh ibunya. Ibu menerima dan menuliskan huruf demi huruf di kertas putih itu secara perlahan.Hans menunggu tulisan ibunya selesai.Tulisan dirangkai menjadi Ibu mau dioperasi dan melakukan perawatan demi kamu. Sontak, Hans meneteskan air mata saat membaca tulisan ibunya dan memeluk ibunya erat.Abigail pun meneteskan air mata dengan deras sambil mengelus kepalanya. Sekeras apa pun sifat dan sikap seorang ibu dan anak pasti bisa mencair disaat situasi yang saling membutuhkan dukungan.Keduanya menurunkan ego masing-masing dan mengakui kesalahan sehingga hubungan antara anak dan orang tua membaik. Hans ingin melakukan hal yang tidak pernah dilakukan olehnya untuk ibu.“Saya informasikan hal ini ke Dokter, Nyonya besar agar bisa dioperasi besok,” kata Ha
Hans melewati mereka dengan mendengarkan semua yang dikatakan olehnya. Ia berpura-pura tidak mendengarnya, meskipun ingin menghampiri dan mengatakan bahwa dia adalah ibunya.Hans memasuki kamar ibu di ruang VIP dan menunggu di dekat pintu. Ia hanya bisa memandangi wajah ibu yang terlihat masih belum segar kembali dan mata terpejam lagi setelah berbicara dengannya beberapa jam yang lalu.Walaupun singkat, momen itu sangat berharga untuknya.Sementara, Hans hanya memantau keadaan ibunya dari kejauhan ketika ada orang dan membiarkan kaki tangan berada di sampingnya.“Ibu Abigail segera siuman dan terima kasih sudah membujuknya untuk melakukan operasi dan perawatan.”Haedar hanya terkekeh sambil menoleh ke arah Hans sekilas. Dia tidak mengatakan apa pun setelah Dokter mengatakan hal itu.“Setelah perawatan ini, makanan Ibu Abigail harus dijaga dengan sangat baik dan dilarang makan makanan cepat saji karena bisa memicu pertumbuhan kanker di sel lain.” Salah satu Dokter berpesan kepada Haed
Hans berhenti tepat di depan lemari kaca yang terdapat banyak senjata milik ayahnya sambil menunggu pengawal yang ditunjuk olehnya untuk menghadap kepadanya.Hitungan detik, seorang pria berpakaian rapi dan berjas sesuai dengan yang disebutkan oleh Haedar telah datang kepadanya. Postur tubuhnya tidak kalah dengan pengawal yang terlihat mempesona.“Santo Paulus?”“Iya, Tuan muda.”“Apakah kamu tahu kalau saya adalah anak dari Cody Ruth?”“Semua orang yang bekerja dengan Pak Cody tahu tentang keluarganya dan bisa menjaga rahasia sehingga tidak ada satu pun rahasia yang bocor keluar karena Pak Cody memperlakukan karyawannya dengan sangat baik dan dianggap manusia. Jadi, memiliki waktu istirahat dan tidur bukan harus berjaga selama dua puluh empat jam dalam seminggu. Beliau juga memberikan fasilitas libur untuk kami secara bergantian dan memberi fasilitas yang sangat bagus dan nyaman untuk saya dan teman-teman, Tuan muda.”“Oke. Apakah kamu yang bertugas untuk mengawal Ibu ke mana pun per
Salah satu karyawan menekan sebuah folder yang diberi nama sesuai tanggal dan tahun permintaannya. Dia mempercepat rekaman di jam yang diminta olehnya.Dua karyawan menepi terlebih dahulu lalu Hans duduk untuk menonton rekaman tersebut dengan serius dan diamati. Jam enam tidak terlihat apa pun dan hanya mobil melintas.Rekaman dari kamera pengawas cukup jernih.Tepat pukul delapan malam, sebuah mobil mewah berwarna hitam dengan lambang kuda di depan yang tidak asing baginya berhenti di depan rumah.Dua menit kemudian, ibu keluar rumah dengan pakaian rapi dan mewah. Semua barang yang dipakai merupakan brand terkenal dan ternama di dunia.Hans menghentikan video rekaman itu sejenak lalu memperbesar di bagian wajah sosok pria yang berada di dalam mobil dengan memicingkan mata dan mengernyitkan dahi.Hans sampai memajukan wajah untuk melihat wajah sosok di dalam mobil. Namun, ia tidak dapat melihat jelas wajah pria itu.“Kenapa dia tidak turun dari mobil? Apakah dia pantas disebut seorang
Hans menghubungi Tom Scott setelah mendapat pesan yang membuatnya penasaran. Lima detik kemudian, panggilan keluar diangkat oleh Tom Scott.“Ada apa, Hans?”“Kamu mengenal nomor platnya?”“Iya, tapi aku harus memastikannya lagi agar dugaan sementaraku tidak salah. Hasil keluar besok dan mohon bersabar.”“Apa dugaanmu sementara? Apakah ada nama yang kamu kenal dari plat nomor itu?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.Tom membisu di balik handphone. Dia pernah bertemu dengan pengusaha dalam sebuah acara pelelangan lukisan di Jakarta ketika hendak memasuki ruangan dan menoleh ke arah pengusaha itu sembari memperhatikan plat nomor mobilnya.Dia penasaran dengan sosok yang ada di dalam mobil dan ternyata dia adalah Rashid Omar Nadim yang keluar dari mobil mewah dengan plat nomor yang sama dengan hasil penangkapan foto itu.“Halo, Tom.”“Maaf. Aku masih ada. Ada apa?”“Kamu punya nama atas dugaan sementara yang kamu curigai?” tekan Hans sambil menatap lamat.“Ya.”“Siapa dia?”“Pak Rashid
“Aku kurang tahu kalau soal itu. Mungkin nanti siang, dia datang ke kantor. Jadi, tunggu saja.”“Oke. Datang ke Pawon Rempah Resto pukul lima sore, setelah pulang kerja. Kita membutuhkanmu,” kata Tiwi tegas.“Baiklah.”“Atau bertemu di rumahmu saja?” celetuk Agustinus.“Jangan, kosanku jelek dan masih berantakan.”“Ayolah, sekali saja.” Agustinus sedikit memaksa untuk bertemu di rumah Hans.“Tidak akan karena kalian akan muntah melihat kosanku yang sangat berantakan dan tidak wangi.” Hans terus berkilah untuk menolak permintaan salah satu rekan kerjanya yang meminta untuk bertemu di rumahnya.“Sudahlah, jangan memaksa Hans untuk bertemu di rumahnya. Dia akan kerepotan kalau kedatangan kita, apalagi dia sedang cuti karena sakit maka dari itu menghargai dia yang sakit. Ini saja, aku malu bilang kepadamu untuk bertemu denganmu, tapi kita membutuhkanmu karena banyak yang harus dibicarakan dan diskusikan.” Tiwi menengahi Agustinus dengan alasan yang masuk akal.“Oke. Lain kali saja, kalian