Abigail yang baru saja sadar dari pasca operasi telah memberikan banyak informasi kepadanya dan mengingatkan momen bersama adiknya yang sangat disesali olehnya.Namun, ia tidak tahu selama ini bahwa ada seorang Jurnalis yang menulis artikel tentang berita kematian Raja bisnis dan seorang laki-laki yang meninggal secara tidak wajar.Bahkan, Abigail pernah melihat sebuah website berita yang mengangkat berita kematian ayah dan adiknya yang tidak usut dengan tuntas. Semua pihak kepolisian tidak ada yang bergerak sama sekali.“Ada, Tuan muda. Selama ini saya mencari keberadaan dia, tapi masih abu-abu dan saya mendatangi rumahnya setiap hari, tidak ada jawaban sama sekali,” sahut Haedar sambil menghampiri mereka.“Di mana rumahnya?”“Jalan Pahlawan, rumahnya memasuki gang kecil, berpagar putih yang tinggi, nomor empat belas. Jurnalis itu bernama Alan Muskion.”“Alan Muskion? Jurnalis yang terkenal tidak takut apa pun dan selalu maju untuk urusan yang kasusnya tidak adil dan diselesaikan den
Alan mendelik saat mendengar nama Cody Ruth dan berusaha keras untuk menutup pagarnya, tetapi berhasil ditahan oleh Hans. Ia memasuki rumah Alan sembari menutup pagar putih yang tinggi dengan meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya.“Saya tidak tahu apa pun tentang dia. Kamu salah mencari orang. Saya bukan Alan Muskion!” bentak Alan sembari mendorong Hans pelan untuk keluar dari rumahnya.Hans hanya menerima perlakuan Alan yang bisa dikatakan bahwa dia terlihat masih trauma dengan masa lalunya. Rumah yang terlihat nyaman dari luar, tetapi ternyata sedikit berantakan di bagian halaman depan rumahnya.“Jika Mas tidak tahu apa pun tentang Pak Cody bukan sikap seperti ini yang ditunjukkan kepada saya,” kata Hans tegas sambil memegang tangannya dengan erat.Alan melotot lalu menampis tangan Hans dengan keras. Dia bergegas masuk ke dalam rumah dan dikejar oleh Hans dengan mempercepat langkahnya.“Saya bukan orang jahat, Mas. Mas tidak perlu takut dan tidak akan melakukan perbuatan buruk
“Saya menyimpan di tempat yang aman dan hanya saya yang mengetahui. Jadi, saat saya memindahkan file ke kartu memori, selalu diminta dan dihancurkan sebanyak lima kali, tapi saya masih memiliki satu kartu memori yang berisi apa pun yang sangat penting di dalamnya.”“Apa pun yang sangat penting di dalamnya?” tanya Hans bingung.Hans penasaran dengan Alan. Ia salah menduga Alan selama ini. Dia juga cerdas, cerdik dan licik untuk mengelabuhi musuh yang menginginkannya enyah dari dunia media.Kekuatan tulisan, analisa masalah dan mengatasi masalah membuat Alan berhati-hati dalam menyimpan bukti. Dia juga memiliki bukti nyata dari saksi mata yang melihat Cody Ruth bersama siapa pun dengannya.“Perlakuan atasan terhadap karyawan, rekaman audio saksi atas kematian Cody Ruth dan seorang anak lelaki yang bernama Joe. Anda bisa melihatnya nanti. Semua sudah saya pindahkan ke kartu memori yang memiliki kapasitas tinggi.”“Baiklah. Kita bisa melihatnya nanti. Anda sekarang ikut saya dan jangan be
“Iya. Kamu sudah melihatnya saat ibu terbangun dan melihatmu penasaran dengan folder yang bersandi dan sengaja diberi sandi agar tidak ada yang membukanya.”“Apakah semuanya berisi berkas penting?”“Tunjukkan kepadanya, Haedar.”Haedar memberikan laptop kepada Hans setelah diberi perintah oleh Nyonya besar. Hans menatap bingung kepada ibunya yang tidak menjelaskannya terlebih dahulu sembari menerima laptop yang diserahkan olehnya.Ia duduk di sofa sambil memperhatikan isi folder yang bersandi. Ada empat folder dengan nama kekayaan Cody Ruth, acara brand terkenal di dunia, dunia hiburan dan liburan.“Folder yang bernama kekayaan Cody Ruth sudah dipindah alih menjadi atas namamu, kamu tinggal tanda tangan dan sepuluh menit lagi ahli waris datang untuk mengesahkannya. Dia adalah orang terpercaya ayahmu yang ditugaskan untuk memindahkan kekayaan atas nama anak pertamanya.”Hans mendengarkan perkataan Abigail sambil menekan folder liburan yang terdapat ribuan foto. Ia memperbesar ukuran fo
Hans tiba-tiba memiliki ide untuk mempermalukan Rashid Omar Nadim di seluruh dunia. Banyak orang yang tahu tentangnya.“Saya tidak kenal dekat dengannya, tapi sering bertemu di acara bergengsi dunia. Beberapa sumber mengatakan bahwa dia memiliki teman seorang petinggi kepolisian dan petinggi itu juga memiliki prestasi dalam bidang penangkapan buronan narkoba, tetapi untuk valid atau tidaknya saya kurang tahu.”“Petinggi kepolisian? Jabatannya apa?”“Komisaris Besar Polisi. Petinggi itu bernama Basman Mustofa. Dia adalah orang berpengaruh di negara ini, tapi ada isu yang tidak enak tentangnya setelah berita Ryan Nadim tersebar di televisi terkait kasus narkoba yang bekerja sama dengan seorang pria yang ketahuan bertransaksi di perusahaan pangan Pak Cody.”“Isi yang tidak enak? Seperti apa?”“Saya tidak tahu persis, kabar burung yang beredar adalah dia melindungi Ryan dan bandar besar narkoba.”“Sungguh?”“Iya.”Hans memberikan dokumen dan laptop berisi surat penting sembari memikirkan
Abigail membungkam mulutnya dengan melepaskan tangan Hans dari tangannya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Dia terlihat tidak ingin memberitahu tentang pelaku atas kematian Ayah dan adiknya.Kesekian kali, Abigail tidak ingin bicara tentang sosok pelaku itu. Tatapan dan sikap bungkam itu membuat Hans curiga terhadap ibunya.Hans berpikir bahwa ibunya tahu tentang pembunuhan itu, tetapi tidak ingin membicarakannya dengan alasan takut terjadi pada anaknya.Hans menghela napas panjang. “Ada apa, Bu? Apakah ada seseorang yang mengancam Ibu?” tanya Hans sembari mempersiapkan handphone untuk merekam percakapannya dengan Abigail dan diletakkan di kantong jasnya.Abigail menoleh ke arah Hans secepat kilat. “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” tanya Abigail dengan intonasin penekanan.“Aku hanya bertanya bukan berarti berpikiran seperti itu karena ibu mengalihkan pandangan dan melepas tangan Hans seakan tidak ingin membeberkan sosok pelaku yang membunuh Ayah dan adik. Jika ibu mengetahui
Abigail terdiam kembali.“Sampai kapan ibu diam? Hans tanya sekali lagi, Apakah selingkuhan Ibu adalah Rashid Omar Nadim?” tanya Hans dengan menautkan barisan gigi atas ke bawah.“Iya. Selingkuhan Ibu adalah dia. Ibu tidak tahu kalau dia adalah pengusaha terkenal karena pertama kali bertemu dengannya tidak menyebutkan latar belakang dan mengaku belum menikah, tetapi saat bertemu dengannya yang kedua kali membawa istrinya.”Hans berdecak saat Abigail mengaku mendua dengan Rashid Omar Nadim. Pria brengsek yang tak punya malu dan hidung belang.Dia juga berselingkuh dengan wanita lain selain Abigail. Bahkan, dia terlihat sangat ingin sekali bermain dengan para wanita untuk menyalurkan hasratnya.“Apakah dia pernah datang ke ruangan ibu dan meminta untuk menyerahkan seluruh kekayaan ayah kepadanya?” tanya Hans dengan menahan nada bicara.“Bagaimana bisa kamu tahu hal itu?” tanya Abigail terkejut.“Pak Haedar yang memberitahuku. Dia pernah melihat seorang pria yang tidak asing baginya, tet
“Dia menggunakan website untuk menyimpan uang dari hasil curian yang berasal dari ....”“Lanjutkan.”Ucapan Brad tiba-tiba terhenti. Hans meminta untuk melanjutkannya dengan informasi yang didapatkan dengan sebenar-benarnya.“Dari perusahaan pangan ternama di Indonesia dengan nama pemilik Cody Ruth. Mereka melakukan penggelapan uang yang di mana uang itu disebar ke berbagai akun website gelap dan ditarik sebanyak tiga puluh lima juta pada dua hari yang lalu, jam lima sore.”Pemilik akun menarik uang dari website gelap jam lima sore. Jam krusial di jalanan dan karyawan pulang kerja. Apakah dia adalah Adnan? Apakah dugaannya selama ini benar?“Siapa saja yang menggunakan akun tersebut? Jam berapa dan di mana dia mengakses website itu?” tanya Hans dengan meningkatkan kecepatan mengemudi.Hans melihat pesan notifikasi pesan masuk dari grup pesan timnya untuk bertemu di sebuah restoran mewah dalam ruangan tertutup. Lokasi pertemuan pindah dari lokasi yang telah disepakati di awal saat mas
“Tidak pernah, Pak, tapi saya pernah melihat Pak Rashid beberapa kali datang ke kantor untuk menemui ibu Abigail.” Komar memberitahu dengan hati-hati.“Kata siapa dia datang untuk menemui ibu Abigail?”“Saya pernah menanyainya langsung saat menunggu di ruang tunggu ketika ibu Abigail sedang rapat dengan pengusaha lain yang berasal dari Inggris.”Hans membisu sambil mengernyitkan dahi dan memikirkan tujuan Rashid Omar Nadim mendatangi ibunya kesekian kali. ‘Apakah tujuan dia masih sama seperti dulu? Atau semakin parah dengan mengancam ibu?’ batin Hans penasaran.Hans beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan tim yang masih ingin berdiskusi dengannya. Sorot mata tertuju padanya karena sikap yang tak pernah terjadi padanya.“Aku mau ke toilet dulu, udah kebelet dari tadi.”Tiwi ikut beranjak dari kursi dengan alasan pergi ke toilet pada awalnya, tetapi tujuan itu berubah saat melihat arah Hans menuju ruangan pemilik atau CEO perusahaan sehingga diikuti olehnya secara diam-diam karena
“Saya kembali ke ruangan kerja saya dulu,” pamit Galih lalu keluar ruangan.Rekan kerja bagian keuangan meninggalkan ruangan keuangan untuk pengerjaan laporan dan audit sedang berlangsung. Ruangan keuangan tersisa rekan timnya. Tiwi mengalihkan kue tart di kulkas. Hans tidak ingin membahas dirinya sehingga mengganti topik pembicaraan dengan menanyakan kebingungan mereka terkait temuan di rumah Rashid. Semua rekan tim mengambil berkas, laptop dan buku catatan untuk membahas masalah audit yang belum terselesaikan karena terduga diusahakan untuk tidak tertangkap.“Saya ingat bahwa salah satu dari kalian naik ke atas saat mendengar langkah kaki yang turun dari tangga. Siapa dia? Apakah dia wanita atau pria?” tanya Hans santai sambil menatap rekan timnya satu per satu.“Dia adalah seorang pria karena saat suaranya mengerang dan saat kita keluar dari kamar rahasia mewah tanpa sengaja lampu senter milik Mira menyoroti wajah pria itu.”“Kami tidak tahu siapa dan berpikir bahwa dia adalah p
“Ibu juga belum tahu siapa dia, tapi dia sering pergi dengan Ayah Adnan dan mendampinginya ke mana pun pergi.”Hans memperhatikan foto pria yang tubuhnya tegap dan kekar dengan senyuman yang terdapat lesung pipi. Jika dia sering mendampingi Ayah Adnan ke mana pun pergi hanya memiliki dua arti. Kemungkinan dia bekerja sebagai Asisten atau Ajudannya. Tugas dua jabatan itu hampir sama, tetapi memiliki perbedaan. Ia belum pernah melihat dengan dua matanya terkait pria yang sedang dicari dan masih tanda tanya. “Aku akan cari tahu dia.”“Hati-hati, Nak. Ibu juga mencari tahu siapa dia.”“Apakah pria yang mengurus warisan Ayah untukku tahu dia?” tanya Hans tiba-tiba kepikiran pria yang memberitahu sosok mereka terkait hubungan dengan ayahnya. “Sepertinya tahu.”“Oke. Aku mau berangkat kerja dan Adnan tidak boleh lolos dari jeratan hukum dengan kasus penggelapan dana.” Hans memasukkan foto ke dalam dashboard dan bersiap untuk berangkat ke kantor.Tangan memegang pengatur perpindahan laju
Hans tidak mendengar pertanyaan dari Putri, tetapi Arman mendengarnya dan dibalas anggukan olehnya. Hans memasuki pesawat dan duduk seorang diri dengan kelas pesawat yang mewah. Ia merebahkan badan sambil menonton film untuk menikmati perjalanan dari Korea Selatan menuju Indonesia.Puluhan jam berlalu, Hans dan tiga pengawal tiba di Bandara Indonesia. Hans naik taksi menuju rumahnya dengan wajah yang kembali normal. Ia tiba di malam hari sehingga mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya. Hans telah beristirahat bekerja hampir satu bulan. Beberapa jam berlalu, hari telah berganti dan memasuki pagi hari. Ia bersiap-siap menuju kantor untuk bekerja.Hans menuruni anak tangga untuk berangkat kerja, tetapi disuguhkan pemandangan Haedar dan ibunya yang sedang duduk di meja makan dengan makanan yang telah siap untuk disantap.“Sarapan dulu.”Hans sarapan bersama ibu dan Haedar. Ia merasakan tatapan kedua orang di hadapannya mengarah kepadanya tanpa berkedip.“Jangan lupa berkedip saat meliha
“Ciri-cirinya itu tinggi sekitar seratus delapan puluh sentimeter, putih dan bertubuh atletis. Dia mirip Sandria dan pria satunya bertubuh kekar, tinggi, rambut cepak seperti potongan tentara atau polisi dan terlihat cerdas.”Hans mengernyitkan dahi saat mendengar ciri-ciri dua pria yang salah satunya tidak asing baginya. Ciri-ciri pertama masuk ke Ryan. Namun, ia penasaran dengan ciri-ciri pria kedua.Hans mengambil handphone lalu menghubungi Haedar. Dia siapa tau mengetahui ciri-ciri fisik pria yang disebutkan oleh Arman.“Halo, Pak.”“Tuan muda. Bagaimana keadaan Tuan muda? Apakah semuanya baik-baik saja?”“Baik-baik saja, Pak. Bapak tenang saja.”“Syukurlah.” Haedar terdengar lega mendengar kabar darinya.“Saya mendapatkan informasi dari Arman, Pak.”“Informasi tentang apa, Tuan muda?”“Arman pernah melihat sosok pria bertubuh kekar di acara bergengsi bersama Ryan keluar dari ruangan sebelah. Ciri-cirinya adalah bertubuh kekar, tinggi, berambut cepak seperti potongan seorang ten
“Dia ada di rumah sakit dan terbaring di ranjang. Lee belum bisa berbicara dengan kalian karena keadaannya yang belum membaik.” “Apakah kami boleh melihatnya sebentar saja?”“Kamu berada di kamarnya, kan?”Arman membisu dan merayapkan bola mata ke arah Hans secara perlahan. Hans mendengar permintaan rekan timnya hanya mengangguk sembari merebahkan badan dan berpura-pura memejamkan matanya. Arman mendekati Hans yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan mengarahkan kamera kepada Hans yang tertidur di ranjangnya.“Astaga, Pak Lee,” sontak Tiwi nada sedih.“Sayangku. Kenapa kamu bisa seperti itu, Pak? Ada apa dengan wajah tampanmu?” Mira khawatir akan keselamatan Lee.“Apa yang terjadi kepada Pak Lee? Kenapa wajahnya diperban?” cecar Agustinus.“Saya belum tau kronologinya. Dia pasti cerita kepada kalian.”“Di mana rumah sakitnya?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Apakah dia bisa dikunjungi?”“Maaf, saya tidak bisa memberitahu kalian karena Lee tidak mengatakan apa pun kepada s
“Jika itu dia maka lebih mudah untuk menangkapnya karena seseorang yang bekerja sama dengan kepolisian telah diketahui identitasnya dan siapa pun yang bekerja sama dengannya pasti ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.”“Bagaimana jika kita tidak melibatkan kepolisian?”“Apa maksudmu?”“Aku ingin mereka mati dengan cara yang lebih mengenaskan dari pada Ayah.”“Apa maksud dari mati yang lebih mengenaskan dari suamiku?”Hans turun dari ranjang sembari membawa infus berjalan ke luar kamar VIP untuk berbicara dengan ibunya.Ia belum membicarakan temuan apa pun yang berhubungan dengan kematian ayahnya. Kematian seorang Raja bisnis yang sangat disegani, dihormati dan disayang oleh banyak orang sangat mengenaskan.“Intinya adalah Ayah meninggal disiksa secara berkeroyok lalu ditembak dari kejauhan di hotel bintang lima. Kaca besar yang bisa digunakan untuk memandangi indahnya lampu kota berlubang dan sengaja dilubangi untuk bisa menembak Ayah tanpa menimbulkan suara apa pun.” Hans menjelaskan
Arman menggeleng cepat sambil merapatkan kedua telapak tangan dan sedikit membungkukkan badan kepadanya. Dia tampak enggan dekat dengan seorang wanita yang memiliki masa lalu dan keluarga yang berbahaya serta berhubungan dengan jasad yang bisa menyeret namanya.Hans terkekeh melihat ekspresi pengawalnya yang sudah tidak mau berurusan dengannya setelah tidur dengannya sampai terdengar menikmati dari rekamannya. “Saya harap kamu mendapatkan pendamping yang baik dan penyayang. Jauh-jauh dari wanita seperti Sandria.”“Aamiin. Bagaimana ceritanya Tuan muda bertemu dengan wanita seperti itu?”“Kamu tahu kalau saya pernah bersama dengannya?”“Tahu. Kami yang mencari keberadaan Tuan muda. Wajah tampan Tuan muda rusak dan bekerja sebagai kurir hanya karena tidak mengungkapkan identitas Tuan muda. Apakah alasannya karena Tuan besar dan adiknya?”“Saya tidak ingin merusak niat baiknya yang menyembunyikan kedua anaknya dari hadapan media atau siapa pun itu. Ayah hanya memperkenalkanku dan dia k
Arman memberikan kamera pengawas dan alat perekam suara kepada Hans. “Tuan muda lebih baik mendengarkan dari kedua alat itu karena saya takut tidak percaya dengan perkataan saya. Saya sudah berusaha mencoba untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya.”Hans menerima kedua alat itu lalu mengambil kartu memori dari setiap barang yang ada di tangannya. Ia memasang kartu memori di sebuah alat yang menggabungkan kamera memori ke laptopnya untuk membaca data yang ada dalam kedua kartu memori itu. Ia menyalin video bercinta mereka dan dipindahkan ke laptop dengan sebuah folder yang bernama Arman. Setelah menyalin dari kamera pengawas, harddisk terpasang.Hans tidak lupa menyalin dan menempelkan rekaman audio mereka saat berbicara ke dalam sebuah folder yang sama. “Kamu bicara dengan Sandria berapa menit saat bercinta dengannya?”“Sepertinya menit keenam belas karena dia bercinta sambil minum alkohol dan saya dipaksa untuk minum dan menjilat di gunung besarnya karena dia sengaja menumpahka