Abigail membungkam mulutnya dengan melepaskan tangan Hans dari tangannya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Dia terlihat tidak ingin memberitahu tentang pelaku atas kematian Ayah dan adiknya.Kesekian kali, Abigail tidak ingin bicara tentang sosok pelaku itu. Tatapan dan sikap bungkam itu membuat Hans curiga terhadap ibunya.Hans berpikir bahwa ibunya tahu tentang pembunuhan itu, tetapi tidak ingin membicarakannya dengan alasan takut terjadi pada anaknya.Hans menghela napas panjang. “Ada apa, Bu? Apakah ada seseorang yang mengancam Ibu?” tanya Hans sembari mempersiapkan handphone untuk merekam percakapannya dengan Abigail dan diletakkan di kantong jasnya.Abigail menoleh ke arah Hans secepat kilat. “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” tanya Abigail dengan intonasin penekanan.“Aku hanya bertanya bukan berarti berpikiran seperti itu karena ibu mengalihkan pandangan dan melepas tangan Hans seakan tidak ingin membeberkan sosok pelaku yang membunuh Ayah dan adik. Jika ibu mengetahui
Abigail terdiam kembali.“Sampai kapan ibu diam? Hans tanya sekali lagi, Apakah selingkuhan Ibu adalah Rashid Omar Nadim?” tanya Hans dengan menautkan barisan gigi atas ke bawah.“Iya. Selingkuhan Ibu adalah dia. Ibu tidak tahu kalau dia adalah pengusaha terkenal karena pertama kali bertemu dengannya tidak menyebutkan latar belakang dan mengaku belum menikah, tetapi saat bertemu dengannya yang kedua kali membawa istrinya.”Hans berdecak saat Abigail mengaku mendua dengan Rashid Omar Nadim. Pria brengsek yang tak punya malu dan hidung belang.Dia juga berselingkuh dengan wanita lain selain Abigail. Bahkan, dia terlihat sangat ingin sekali bermain dengan para wanita untuk menyalurkan hasratnya.“Apakah dia pernah datang ke ruangan ibu dan meminta untuk menyerahkan seluruh kekayaan ayah kepadanya?” tanya Hans dengan menahan nada bicara.“Bagaimana bisa kamu tahu hal itu?” tanya Abigail terkejut.“Pak Haedar yang memberitahuku. Dia pernah melihat seorang pria yang tidak asing baginya, tet
“Dia menggunakan website untuk menyimpan uang dari hasil curian yang berasal dari ....”“Lanjutkan.”Ucapan Brad tiba-tiba terhenti. Hans meminta untuk melanjutkannya dengan informasi yang didapatkan dengan sebenar-benarnya.“Dari perusahaan pangan ternama di Indonesia dengan nama pemilik Cody Ruth. Mereka melakukan penggelapan uang yang di mana uang itu disebar ke berbagai akun website gelap dan ditarik sebanyak tiga puluh lima juta pada dua hari yang lalu, jam lima sore.”Pemilik akun menarik uang dari website gelap jam lima sore. Jam krusial di jalanan dan karyawan pulang kerja. Apakah dia adalah Adnan? Apakah dugaannya selama ini benar?“Siapa saja yang menggunakan akun tersebut? Jam berapa dan di mana dia mengakses website itu?” tanya Hans dengan meningkatkan kecepatan mengemudi.Hans melihat pesan notifikasi pesan masuk dari grup pesan timnya untuk bertemu di sebuah restoran mewah dalam ruangan tertutup. Lokasi pertemuan pindah dari lokasi yang telah disepakati di awal saat mas
“Pak Tono pernah memergoki Pak Adnan mengakses sebuah situs yang mencurigakan dan menggunakan laptop pribadi saat mengakses website itu lalu ditutup langsung olehnya saat Pak Tono berdiri di sampingnya dan mau meminta file yang berkaitan dengan pekerjaan,” jelas Komar.“Apakah itu benar, Pak? Apa saja yang Anda lihat?” tanya Hans penasaran.Hans menunggu jawaban dari Tono atas sebuah website yang dilihat olehnya saat Adnan mengakses website tersebut. “Benar. Saya melihat dia sedang memasukkan sebuah angka kepada sebuah nama Sandria. Nama yang tidak asing bagi saya.”“Sandria siapa? Apakah namanya Sandria Anastasia Risky Nadim?” tanya Hans penasaran dan mencoba untuk menebak nama yang dikenal olehnya.Hans kepikiran dengan satu nama perempuan yang pernah berhubungan dengan Adnan dan memiliki sifat serakah.“Betul. Bagaimana kamu bisa tahu?” tanya Tono terkejut sembari merapikan posisi duduk. Semua rekan kerja ikut terkejut dengan tatapan yang tidak percaya kepadanya.“Aku hanya meneba
“Coba kalian amati dan analisa kembali. Jangan hanya melihat dari sudut pandang sebanyak sekali,” jawab Hans tegas sambil menatap tim.Adnan memiliki hak akses yang lengkap sampai penarikan dan pengiriman dana ke nomor akun yang tertera pada website itu. Sedangkan, Misternot hanya bisa melihat laporan dan penarikan dana yang dipindahkan ke rekening pribadi. Hak akses itu membuat pikiran Hans berpikir keras karena Naufal dan beberapa saksi berkata bahwa dia melakukan perintah dari Misternot. Pengakuan Naufal saat ditemui oleh Adnan adalah perintah dari Misternot. Tidak ada satu pun yang tahu sosok Misternot. Misternot adalah seorang pria yang tidak menyukai Cody Ruth berkuasa di dunia dan jumlah kekayaan berada di atasnya. Dia juga merupakan selingkuhan dari ibunya.Rashid Omar Nadim adalah Misternot. Dia memberikan perintah kepada Adnan untuk menguras habis uang dari bisnisnya dan dimasukkan ke dalam sebuah website gelap, serta mengirim sejumlah uang kepadanya dengan nominal yang s
Komar diam-diam menghanyutkan. Hans bersyukur memiliki tim yang punya pemikiran yang licik dan culas demi kebaikan tim dan perusahaan. Selain itu, ia juga bangga bahwa memiliki tim yang bisa merayu perempuan sampai memberikan berkas laporan yang asli.“Apakah Bapak menidurinya?” tukas Agustinus.“Iya, dong. Aku mumpung belum menikah dan masih sendiri. Jadi, aku rayu dulu dengan dibelikan jam tangan mahal lalu menidurinya. Upahnya adalah laporan asli dari divisi produksi, pemasaran dan penjualan. Laporan ini tidak hanya berisi laporan perusahaan, saya memiliki bukti rekaman dia membujuk dan menyuap karyawan untuk tidak jujur sekaligus rekaman video dari kamera pengawas di sebuah gudang.”“Mantap,” kata rekan kerja serentak sambil bertepuk tangan. Hans hanya tersenyum lebar sambil menatap Komar yang ternyata memiliki cara sendiri untuk mendapatkan bukti. Seorang Auditor harus memiliki bukti yang kuat untuk memecahkan kasus dan menangkap pelaku. Bukti yang dimiliki masih kurang kuat k
Tono mengangguk sambil melipat kedua tangan di depan dada.Mira dan rekan kerja yang lain melongo sambil berdesis saat mendengar fakta dari keluarga Adnan dan yang pernah diperbuat olehnya. Hans terus berputar otak saat rekan kerja membisu. Mereka juga tidak percaya bahwa pimpinan dalam divisinya pernah membuat kasus melengserkan atasannya dengan cara yang tidak adil.“Wah, berarti atasan yang selama ini kita banggakan adalah orang yang salah dan jahat.” Mira menyesal lalu bersandar di kepala kursi.“Betul. Aku juga menyesal.” Tiwi menyusul turut menyesal yang telah membanggakan orang yang salah.“Tapi, bagaimana Pak Lee dan Tono?” tanya Komar bingung sembari menatap mereka secara bergantian.Hans reflek menoleh ke arah Tono seraya merapikan posisi duduk. Ketahuan Hans tentang Adnan diketahui oleh Komar karena Hans termasuk karyawan baru, tetapi banyak hal yang diketahui olehnya tentang Adnan.“Saya berteman dengannya saat pertama kali masuk dan hanya sebatas rekan kerja. Lalu, saya
“Ish, iya juga,” jawab Agustinus.“Katakan yang sesungguhnya karena Ibu Abigail adalah istri dari Raja bisnis. Raja bisnis adalah orang yang paling berpengaruh di dunia ini sehingga bisa membantu untuk membuka jalan oleh kepolisian bahwa ada pejabat polisi yang melindungi anaknya dari kejahatan. Tidak hanya itu, dia bisa mengatakan apa pun yang melibatkan Pimpinan Negara,” cerocos Mira dengan nada yakin.“Kasus yang sedang kita kerjakan tidak semudah yang kita bicarakan secara diskusi seperti ini. Ini adalah kasus besar, meskipun lingkup dalam perusahaan. Kita juga tidak bisa melibatkan pimpinan negara karena dia tidak tahu hal apa pun yang sedang kita kerjakan, Mira,” balas Hans dengan intonasi penekanan.“Sungguh? Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sedangkan, dia punya Ayah yang melindunginya dalam hal apa pun?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Kita bisa melakukan dengan cara cerdas tanpa harus melibatkan orang luar. Saya masih memikirkannya dan jika kalian punya ide bisa disa
“Tidak pernah, Pak, tapi saya pernah melihat Pak Rashid beberapa kali datang ke kantor untuk menemui ibu Abigail.” Komar memberitahu dengan hati-hati.“Kata siapa dia datang untuk menemui ibu Abigail?”“Saya pernah menanyainya langsung saat menunggu di ruang tunggu ketika ibu Abigail sedang rapat dengan pengusaha lain yang berasal dari Inggris.”Hans membisu sambil mengernyitkan dahi dan memikirkan tujuan Rashid Omar Nadim mendatangi ibunya kesekian kali. ‘Apakah tujuan dia masih sama seperti dulu? Atau semakin parah dengan mengancam ibu?’ batin Hans penasaran.Hans beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan tim yang masih ingin berdiskusi dengannya. Sorot mata tertuju padanya karena sikap yang tak pernah terjadi padanya.“Aku mau ke toilet dulu, udah kebelet dari tadi.”Tiwi ikut beranjak dari kursi dengan alasan pergi ke toilet pada awalnya, tetapi tujuan itu berubah saat melihat arah Hans menuju ruangan pemilik atau CEO perusahaan sehingga diikuti olehnya secara diam-diam karena
“Saya kembali ke ruangan kerja saya dulu,” pamit Galih lalu keluar ruangan.Rekan kerja bagian keuangan meninggalkan ruangan keuangan untuk pengerjaan laporan dan audit sedang berlangsung. Ruangan keuangan tersisa rekan timnya. Tiwi mengalihkan kue tart di kulkas. Hans tidak ingin membahas dirinya sehingga mengganti topik pembicaraan dengan menanyakan kebingungan mereka terkait temuan di rumah Rashid. Semua rekan tim mengambil berkas, laptop dan buku catatan untuk membahas masalah audit yang belum terselesaikan karena terduga diusahakan untuk tidak tertangkap.“Saya ingat bahwa salah satu dari kalian naik ke atas saat mendengar langkah kaki yang turun dari tangga. Siapa dia? Apakah dia wanita atau pria?” tanya Hans santai sambil menatap rekan timnya satu per satu.“Dia adalah seorang pria karena saat suaranya mengerang dan saat kita keluar dari kamar rahasia mewah tanpa sengaja lampu senter milik Mira menyoroti wajah pria itu.”“Kami tidak tahu siapa dan berpikir bahwa dia adalah p
“Ibu juga belum tahu siapa dia, tapi dia sering pergi dengan Ayah Adnan dan mendampinginya ke mana pun pergi.”Hans memperhatikan foto pria yang tubuhnya tegap dan kekar dengan senyuman yang terdapat lesung pipi. Jika dia sering mendampingi Ayah Adnan ke mana pun pergi hanya memiliki dua arti. Kemungkinan dia bekerja sebagai Asisten atau Ajudannya. Tugas dua jabatan itu hampir sama, tetapi memiliki perbedaan. Ia belum pernah melihat dengan dua matanya terkait pria yang sedang dicari dan masih tanda tanya. “Aku akan cari tahu dia.”“Hati-hati, Nak. Ibu juga mencari tahu siapa dia.”“Apakah pria yang mengurus warisan Ayah untukku tahu dia?” tanya Hans tiba-tiba kepikiran pria yang memberitahu sosok mereka terkait hubungan dengan ayahnya. “Sepertinya tahu.”“Oke. Aku mau berangkat kerja dan Adnan tidak boleh lolos dari jeratan hukum dengan kasus penggelapan dana.” Hans memasukkan foto ke dalam dashboard dan bersiap untuk berangkat ke kantor.Tangan memegang pengatur perpindahan laju
Hans tidak mendengar pertanyaan dari Putri, tetapi Arman mendengarnya dan dibalas anggukan olehnya. Hans memasuki pesawat dan duduk seorang diri dengan kelas pesawat yang mewah. Ia merebahkan badan sambil menonton film untuk menikmati perjalanan dari Korea Selatan menuju Indonesia.Puluhan jam berlalu, Hans dan tiga pengawal tiba di Bandara Indonesia. Hans naik taksi menuju rumahnya dengan wajah yang kembali normal. Ia tiba di malam hari sehingga mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya. Hans telah beristirahat bekerja hampir satu bulan. Beberapa jam berlalu, hari telah berganti dan memasuki pagi hari. Ia bersiap-siap menuju kantor untuk bekerja.Hans menuruni anak tangga untuk berangkat kerja, tetapi disuguhkan pemandangan Haedar dan ibunya yang sedang duduk di meja makan dengan makanan yang telah siap untuk disantap.“Sarapan dulu.”Hans sarapan bersama ibu dan Haedar. Ia merasakan tatapan kedua orang di hadapannya mengarah kepadanya tanpa berkedip.“Jangan lupa berkedip saat meliha
“Ciri-cirinya itu tinggi sekitar seratus delapan puluh sentimeter, putih dan bertubuh atletis. Dia mirip Sandria dan pria satunya bertubuh kekar, tinggi, rambut cepak seperti potongan tentara atau polisi dan terlihat cerdas.”Hans mengernyitkan dahi saat mendengar ciri-ciri dua pria yang salah satunya tidak asing baginya. Ciri-ciri pertama masuk ke Ryan. Namun, ia penasaran dengan ciri-ciri pria kedua.Hans mengambil handphone lalu menghubungi Haedar. Dia siapa tau mengetahui ciri-ciri fisik pria yang disebutkan oleh Arman.“Halo, Pak.”“Tuan muda. Bagaimana keadaan Tuan muda? Apakah semuanya baik-baik saja?”“Baik-baik saja, Pak. Bapak tenang saja.”“Syukurlah.” Haedar terdengar lega mendengar kabar darinya.“Saya mendapatkan informasi dari Arman, Pak.”“Informasi tentang apa, Tuan muda?”“Arman pernah melihat sosok pria bertubuh kekar di acara bergengsi bersama Ryan keluar dari ruangan sebelah. Ciri-cirinya adalah bertubuh kekar, tinggi, berambut cepak seperti potongan seorang ten
“Dia ada di rumah sakit dan terbaring di ranjang. Lee belum bisa berbicara dengan kalian karena keadaannya yang belum membaik.” “Apakah kami boleh melihatnya sebentar saja?”“Kamu berada di kamarnya, kan?”Arman membisu dan merayapkan bola mata ke arah Hans secara perlahan. Hans mendengar permintaan rekan timnya hanya mengangguk sembari merebahkan badan dan berpura-pura memejamkan matanya. Arman mendekati Hans yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan mengarahkan kamera kepada Hans yang tertidur di ranjangnya.“Astaga, Pak Lee,” sontak Tiwi nada sedih.“Sayangku. Kenapa kamu bisa seperti itu, Pak? Ada apa dengan wajah tampanmu?” Mira khawatir akan keselamatan Lee.“Apa yang terjadi kepada Pak Lee? Kenapa wajahnya diperban?” cecar Agustinus.“Saya belum tau kronologinya. Dia pasti cerita kepada kalian.”“Di mana rumah sakitnya?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Apakah dia bisa dikunjungi?”“Maaf, saya tidak bisa memberitahu kalian karena Lee tidak mengatakan apa pun kepada s
“Jika itu dia maka lebih mudah untuk menangkapnya karena seseorang yang bekerja sama dengan kepolisian telah diketahui identitasnya dan siapa pun yang bekerja sama dengannya pasti ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.”“Bagaimana jika kita tidak melibatkan kepolisian?”“Apa maksudmu?”“Aku ingin mereka mati dengan cara yang lebih mengenaskan dari pada Ayah.”“Apa maksud dari mati yang lebih mengenaskan dari suamiku?”Hans turun dari ranjang sembari membawa infus berjalan ke luar kamar VIP untuk berbicara dengan ibunya.Ia belum membicarakan temuan apa pun yang berhubungan dengan kematian ayahnya. Kematian seorang Raja bisnis yang sangat disegani, dihormati dan disayang oleh banyak orang sangat mengenaskan.“Intinya adalah Ayah meninggal disiksa secara berkeroyok lalu ditembak dari kejauhan di hotel bintang lima. Kaca besar yang bisa digunakan untuk memandangi indahnya lampu kota berlubang dan sengaja dilubangi untuk bisa menembak Ayah tanpa menimbulkan suara apa pun.” Hans menjelaskan
Arman menggeleng cepat sambil merapatkan kedua telapak tangan dan sedikit membungkukkan badan kepadanya. Dia tampak enggan dekat dengan seorang wanita yang memiliki masa lalu dan keluarga yang berbahaya serta berhubungan dengan jasad yang bisa menyeret namanya.Hans terkekeh melihat ekspresi pengawalnya yang sudah tidak mau berurusan dengannya setelah tidur dengannya sampai terdengar menikmati dari rekamannya. “Saya harap kamu mendapatkan pendamping yang baik dan penyayang. Jauh-jauh dari wanita seperti Sandria.”“Aamiin. Bagaimana ceritanya Tuan muda bertemu dengan wanita seperti itu?”“Kamu tahu kalau saya pernah bersama dengannya?”“Tahu. Kami yang mencari keberadaan Tuan muda. Wajah tampan Tuan muda rusak dan bekerja sebagai kurir hanya karena tidak mengungkapkan identitas Tuan muda. Apakah alasannya karena Tuan besar dan adiknya?”“Saya tidak ingin merusak niat baiknya yang menyembunyikan kedua anaknya dari hadapan media atau siapa pun itu. Ayah hanya memperkenalkanku dan dia k
Arman memberikan kamera pengawas dan alat perekam suara kepada Hans. “Tuan muda lebih baik mendengarkan dari kedua alat itu karena saya takut tidak percaya dengan perkataan saya. Saya sudah berusaha mencoba untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya.”Hans menerima kedua alat itu lalu mengambil kartu memori dari setiap barang yang ada di tangannya. Ia memasang kartu memori di sebuah alat yang menggabungkan kamera memori ke laptopnya untuk membaca data yang ada dalam kedua kartu memori itu. Ia menyalin video bercinta mereka dan dipindahkan ke laptop dengan sebuah folder yang bernama Arman. Setelah menyalin dari kamera pengawas, harddisk terpasang.Hans tidak lupa menyalin dan menempelkan rekaman audio mereka saat berbicara ke dalam sebuah folder yang sama. “Kamu bicara dengan Sandria berapa menit saat bercinta dengannya?”“Sepertinya menit keenam belas karena dia bercinta sambil minum alkohol dan saya dipaksa untuk minum dan menjilat di gunung besarnya karena dia sengaja menumpahka