Tono mengangguk sambil melipat kedua tangan di depan dada.Mira dan rekan kerja yang lain melongo sambil berdesis saat mendengar fakta dari keluarga Adnan dan yang pernah diperbuat olehnya. Hans terus berputar otak saat rekan kerja membisu. Mereka juga tidak percaya bahwa pimpinan dalam divisinya pernah membuat kasus melengserkan atasannya dengan cara yang tidak adil.“Wah, berarti atasan yang selama ini kita banggakan adalah orang yang salah dan jahat.” Mira menyesal lalu bersandar di kepala kursi.“Betul. Aku juga menyesal.” Tiwi menyusul turut menyesal yang telah membanggakan orang yang salah.“Tapi, bagaimana Pak Lee dan Tono?” tanya Komar bingung sembari menatap mereka secara bergantian.Hans reflek menoleh ke arah Tono seraya merapikan posisi duduk. Ketahuan Hans tentang Adnan diketahui oleh Komar karena Hans termasuk karyawan baru, tetapi banyak hal yang diketahui olehnya tentang Adnan.“Saya berteman dengannya saat pertama kali masuk dan hanya sebatas rekan kerja. Lalu, saya
“Ish, iya juga,” jawab Agustinus.“Katakan yang sesungguhnya karena Ibu Abigail adalah istri dari Raja bisnis. Raja bisnis adalah orang yang paling berpengaruh di dunia ini sehingga bisa membantu untuk membuka jalan oleh kepolisian bahwa ada pejabat polisi yang melindungi anaknya dari kejahatan. Tidak hanya itu, dia bisa mengatakan apa pun yang melibatkan Pimpinan Negara,” cerocos Mira dengan nada yakin.“Kasus yang sedang kita kerjakan tidak semudah yang kita bicarakan secara diskusi seperti ini. Ini adalah kasus besar, meskipun lingkup dalam perusahaan. Kita juga tidak bisa melibatkan pimpinan negara karena dia tidak tahu hal apa pun yang sedang kita kerjakan, Mira,” balas Hans dengan intonasi penekanan.“Sungguh? Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sedangkan, dia punya Ayah yang melindunginya dalam hal apa pun?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Kita bisa melakukan dengan cara cerdas tanpa harus melibatkan orang luar. Saya masih memikirkannya dan jika kalian punya ide bisa disa
“Berikan aku sebuah identitas baru, tempat tinggal yang aman dengan fasilitas yang memadai dan pekerjaan yang sama, tetapi di London. Saya ingin bekerja di sebuah perusahaan media ternama di sana.” Alan mengutarakan imbalan yang diinginkan olehnya untuk menukar sebuah memori yang berkapasitas tinggi.“Saya memberikan itu semua ketika memori itu ada di tangan saya dan terbukti memiliki bukti kuat seperti yang kamu bicarakan.” Hans membalas perkataan Alan dengan tegas. “Baiklah.” Alan menyetujui kesepakatan yang telah dibuat sembari mengulurkan tangan kepada Hans.Hans menjabat dan mengayunkan tangannya. “Sip. Nanti ada perjanjian di atas kertas hitam putih.”“Kenapa harus menggunakan itu?” tanya Alan Muskion bingung.“Karena untuk melindungimu dan bukti bahwa ucapanmu bisa dipegang.”“Baiklah.”“Di mana kamu menyimpan memori yang berkapasitas tinggi itu? Apakah ada padamu?” tanya Hans sambil menatap lamat. Alan Muskion terlihat sedang memikirkan sesuatu sambil mengusap dagunya dan me
Hans bertanya sambil berlari menuju rumah Alan Muskion. Ia membuka pagar dengan lebar dan disuguhkan pemandangan halaman depan rumah yang barang berserakan di mana-mana dan beberapa pot tanaman pecah. Tidak hanya itu, sekop dan wadah berbentuk kotak berwarna merah juga terlihat telah digunakan olehnya karena posisi yang tergeletak dan tanah yang berada di dekat pohon yang diberi batu bata warna putih berantakan. Pintu rumah juga terbuka lebar. Ia memeriksa barang yang berada di dalam rumah dan disuguhkan pemandangan yang banyak barang berada di lantai dan air tumpah dan menetes dari panci. Hans hanya tersenyum tipis saat melihat pemandangan yang berserakan di mana-mana. Mereka terlihat mencari sesuatu, tetapi tidak menemukannya.Hans bergegar membongkar batu bata warna putih dengan dibantu oleh dua pengawal. Sedangkan, satu pengawal berjaga di dekat pagar dengan posisi pagar tertutup rapat tanpa dikunci.Ia bergegas dengan sekuat tenaga sebelum ada seseorang yang datang ke rumah Al
“Aku tidak tahu. Aku hanya satu yang pasti.”“Pasti? Apakah maksudmu ada seseorang yang melaporkan ke seseorang atau media setelah mendengar tembakan?” tanya Hans yang mencoba untuk menebak yang ada di kepala Alan.“Rekan kerjaku yang pertama kali menghubungi kantor. Dia mengatakan bahwa mendengar suara tembakan di sebuah hotel mewah, kamar tipe suites dengan nomor tiga ratus lima puluh lima saat melewati kamar itu seorang diri dengan suara yang bergetar.”Hans mengernyitkan dahi dan berusaha untuk mencerna yang dibicarakan oleh Alan. Rekan kerja menghubungi kantor dan dia mendengar semua yang dikatakan olehnya.Apakah itu masuk akal? Atau dia saat sedang berada dalam lingkup ruangan yang menjadi tugasnya sebagai Jurnalis?“Apakah rekan kerjamu selalu memperbesar suara di hadapan banyak orang ketika ada telpon masuk?” tanya Hans pelan.“Tentu. Telepon yang ada di kantor dan saat memperbesar suara penelepon masuk digunakan untuk bekerja. Sumber yang didapatkan dari seseorang saat memil
Hans membuka video rekaman di ruang tunggu dan terlihat lima pria mengenakan kemeja, kaos oblong yang berbeda, tetapi topi yang dikenakan oleh mereka sangat mirip mulai dari warna dan logo topi.“Apa yang aneh?”Logo yang tidak terlihat menggunakan brand ternama. Logo yang terdiri dari huruf S besar dalam lingkaran dan ditindas bintang. Logo yang dilihat oleh Hans adalah logo komunitas pemuda yang tidak memiliki banyak uang dan berbagai macam kejahatan dilakukan olehnya. Logo yang memiliki arti kenikmatan paling klimaks yang paling utama untuk memuaskan satu sama lain antara perbedaan dan persamaan genre. Hal itu yang dilakukan oleh komunitas itu.Tidak hanya itu, mereka juga memperdagangkan manusia dan menjual obat-obatan terlarang dalam berbagai jenis. Kebebasan sangat lekat pada komunitas itu hingga melakukan pembunuhan. Empat orang terlihat sedang mengawasi keadaan di sekitar dan tidak jarang bahwa salah satu dari mereka melihat ke atas sambil menggaruk leher dan terlihat sedan
“Kita coba saja dulu.” Hans berkata optimis.“Coba dengan cara membujuk?” tanya Alan menekan.Hans berdebat dengan Alan sebelum berangkat menuju hotel yang menjadi peristiwa tragis yang terjadi pada keluarga konglomerat dan dikenal sebagai Raja bisnis. Hans bersikeras untuk harus datang dan memeriksa sesuatu yang aneh pada kamar hotel itu di kaca. Namun, Alan tidak ingin keberadaannya diketahui oleh siapa pun karena menjadi buronan bagi siapa pun yang memiliki kepentingan untuk menghapus bukti yang ada padanya.“Tidak.”“Lalu?”Hans berpikir sejenak sambil menggerakkan jari telunjuk di meja selama lima belas detik.“Saya datang bersama teman wanita untuk cek in. Setelah itu, kamu masuk setelah lima menit saya masuk ke kamar hotel itu.”“Wah, idemu luar biasa gila. Aku tidak pernah terpikirkan soal itu.”“Itu cara yang harus dilakukan agar bisa mendapat informasi.” Hans membeberkan cara yang harus dilakukan olehnya demi mendapatkan informasi.“Lalu? Apa yang akan menjadikan itu sebaga
Karyawan resepsionis itu mengangguk cepat dengan urat leher yang menonjol disertai dengan keringat bercucuran dengan deras.“Bi-bisa, Pak.”“Bagaimana kalau sampai informasi ini bocor ke orang lain sampai ada yang mengetahuinya? Apa yang harus saya lakukan kepadamu?” tanya Hans dengan nada mengancam.“Tidak akan sampai bocor, Pak karena saya masih harus memberi makan dan menafkahi keluarga saya.”Hans tersenyum miring saat mendengar alasan klise yang dilontarkan oleh karyawan resepsionis hotel. Alasan yang sering didengar olehnya ketika dia sedang terdesak dalam situasi yang tidak bisa membuatnya mengelak atau menghindar dari siapa pun.“Yakin?”“Tentu, Pak. Jika ada seseorang yang tahu maka itu menjadi tanggung jawab saya dan ... menerima atas risiko yang akan saya dapatkan.”“Oke. Saya pegang janjimu.”“Ba-baik, Pak.”Hans merogoh sejumlah uang dari kantong celana yang sudah disiapkan olehnya lalu diberikan kepada karyawan resepsionis dan diminta untuk dimasukkan ke kantong pakaian