“Ish, iya juga,” jawab Agustinus.“Katakan yang sesungguhnya karena Ibu Abigail adalah istri dari Raja bisnis. Raja bisnis adalah orang yang paling berpengaruh di dunia ini sehingga bisa membantu untuk membuka jalan oleh kepolisian bahwa ada pejabat polisi yang melindungi anaknya dari kejahatan. Tidak hanya itu, dia bisa mengatakan apa pun yang melibatkan Pimpinan Negara,” cerocos Mira dengan nada yakin.“Kasus yang sedang kita kerjakan tidak semudah yang kita bicarakan secara diskusi seperti ini. Ini adalah kasus besar, meskipun lingkup dalam perusahaan. Kita juga tidak bisa melibatkan pimpinan negara karena dia tidak tahu hal apa pun yang sedang kita kerjakan, Mira,” balas Hans dengan intonasi penekanan.“Sungguh? Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sedangkan, dia punya Ayah yang melindunginya dalam hal apa pun?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Kita bisa melakukan dengan cara cerdas tanpa harus melibatkan orang luar. Saya masih memikirkannya dan jika kalian punya ide bisa disa
“Berikan aku sebuah identitas baru, tempat tinggal yang aman dengan fasilitas yang memadai dan pekerjaan yang sama, tetapi di London. Saya ingin bekerja di sebuah perusahaan media ternama di sana.” Alan mengutarakan imbalan yang diinginkan olehnya untuk menukar sebuah memori yang berkapasitas tinggi.“Saya memberikan itu semua ketika memori itu ada di tangan saya dan terbukti memiliki bukti kuat seperti yang kamu bicarakan.” Hans membalas perkataan Alan dengan tegas. “Baiklah.” Alan menyetujui kesepakatan yang telah dibuat sembari mengulurkan tangan kepada Hans.Hans menjabat dan mengayunkan tangannya. “Sip. Nanti ada perjanjian di atas kertas hitam putih.”“Kenapa harus menggunakan itu?” tanya Alan Muskion bingung.“Karena untuk melindungimu dan bukti bahwa ucapanmu bisa dipegang.”“Baiklah.”“Di mana kamu menyimpan memori yang berkapasitas tinggi itu? Apakah ada padamu?” tanya Hans sambil menatap lamat. Alan Muskion terlihat sedang memikirkan sesuatu sambil mengusap dagunya dan me
Hans bertanya sambil berlari menuju rumah Alan Muskion. Ia membuka pagar dengan lebar dan disuguhkan pemandangan halaman depan rumah yang barang berserakan di mana-mana dan beberapa pot tanaman pecah. Tidak hanya itu, sekop dan wadah berbentuk kotak berwarna merah juga terlihat telah digunakan olehnya karena posisi yang tergeletak dan tanah yang berada di dekat pohon yang diberi batu bata warna putih berantakan. Pintu rumah juga terbuka lebar. Ia memeriksa barang yang berada di dalam rumah dan disuguhkan pemandangan yang banyak barang berada di lantai dan air tumpah dan menetes dari panci. Hans hanya tersenyum tipis saat melihat pemandangan yang berserakan di mana-mana. Mereka terlihat mencari sesuatu, tetapi tidak menemukannya.Hans bergegar membongkar batu bata warna putih dengan dibantu oleh dua pengawal. Sedangkan, satu pengawal berjaga di dekat pagar dengan posisi pagar tertutup rapat tanpa dikunci.Ia bergegas dengan sekuat tenaga sebelum ada seseorang yang datang ke rumah Al
“Aku tidak tahu. Aku hanya satu yang pasti.”“Pasti? Apakah maksudmu ada seseorang yang melaporkan ke seseorang atau media setelah mendengar tembakan?” tanya Hans yang mencoba untuk menebak yang ada di kepala Alan.“Rekan kerjaku yang pertama kali menghubungi kantor. Dia mengatakan bahwa mendengar suara tembakan di sebuah hotel mewah, kamar tipe suites dengan nomor tiga ratus lima puluh lima saat melewati kamar itu seorang diri dengan suara yang bergetar.”Hans mengernyitkan dahi dan berusaha untuk mencerna yang dibicarakan oleh Alan. Rekan kerja menghubungi kantor dan dia mendengar semua yang dikatakan olehnya.Apakah itu masuk akal? Atau dia saat sedang berada dalam lingkup ruangan yang menjadi tugasnya sebagai Jurnalis?“Apakah rekan kerjamu selalu memperbesar suara di hadapan banyak orang ketika ada telpon masuk?” tanya Hans pelan.“Tentu. Telepon yang ada di kantor dan saat memperbesar suara penelepon masuk digunakan untuk bekerja. Sumber yang didapatkan dari seseorang saat memil
Hans membuka video rekaman di ruang tunggu dan terlihat lima pria mengenakan kemeja, kaos oblong yang berbeda, tetapi topi yang dikenakan oleh mereka sangat mirip mulai dari warna dan logo topi.“Apa yang aneh?”Logo yang tidak terlihat menggunakan brand ternama. Logo yang terdiri dari huruf S besar dalam lingkaran dan ditindas bintang. Logo yang dilihat oleh Hans adalah logo komunitas pemuda yang tidak memiliki banyak uang dan berbagai macam kejahatan dilakukan olehnya. Logo yang memiliki arti kenikmatan paling klimaks yang paling utama untuk memuaskan satu sama lain antara perbedaan dan persamaan genre. Hal itu yang dilakukan oleh komunitas itu.Tidak hanya itu, mereka juga memperdagangkan manusia dan menjual obat-obatan terlarang dalam berbagai jenis. Kebebasan sangat lekat pada komunitas itu hingga melakukan pembunuhan. Empat orang terlihat sedang mengawasi keadaan di sekitar dan tidak jarang bahwa salah satu dari mereka melihat ke atas sambil menggaruk leher dan terlihat sedan
“Kita coba saja dulu.” Hans berkata optimis.“Coba dengan cara membujuk?” tanya Alan menekan.Hans berdebat dengan Alan sebelum berangkat menuju hotel yang menjadi peristiwa tragis yang terjadi pada keluarga konglomerat dan dikenal sebagai Raja bisnis. Hans bersikeras untuk harus datang dan memeriksa sesuatu yang aneh pada kamar hotel itu di kaca. Namun, Alan tidak ingin keberadaannya diketahui oleh siapa pun karena menjadi buronan bagi siapa pun yang memiliki kepentingan untuk menghapus bukti yang ada padanya.“Tidak.”“Lalu?”Hans berpikir sejenak sambil menggerakkan jari telunjuk di meja selama lima belas detik.“Saya datang bersama teman wanita untuk cek in. Setelah itu, kamu masuk setelah lima menit saya masuk ke kamar hotel itu.”“Wah, idemu luar biasa gila. Aku tidak pernah terpikirkan soal itu.”“Itu cara yang harus dilakukan agar bisa mendapat informasi.” Hans membeberkan cara yang harus dilakukan olehnya demi mendapatkan informasi.“Lalu? Apa yang akan menjadikan itu sebaga
Karyawan resepsionis itu mengangguk cepat dengan urat leher yang menonjol disertai dengan keringat bercucuran dengan deras.“Bi-bisa, Pak.”“Bagaimana kalau sampai informasi ini bocor ke orang lain sampai ada yang mengetahuinya? Apa yang harus saya lakukan kepadamu?” tanya Hans dengan nada mengancam.“Tidak akan sampai bocor, Pak karena saya masih harus memberi makan dan menafkahi keluarga saya.”Hans tersenyum miring saat mendengar alasan klise yang dilontarkan oleh karyawan resepsionis hotel. Alasan yang sering didengar olehnya ketika dia sedang terdesak dalam situasi yang tidak bisa membuatnya mengelak atau menghindar dari siapa pun.“Yakin?”“Tentu, Pak. Jika ada seseorang yang tahu maka itu menjadi tanggung jawab saya dan ... menerima atas risiko yang akan saya dapatkan.”“Oke. Saya pegang janjimu.”“Ba-baik, Pak.”Hans merogoh sejumlah uang dari kantong celana yang sudah disiapkan olehnya lalu diberikan kepada karyawan resepsionis dan diminta untuk dimasukkan ke kantong pakaian
Lima detik kemudian, benda berwarna silver mekanik terlepas dari kaca hotel yang besar hingga terlihat bentukan dan lubang berukuran tujuh sentimeter. Hans dan Alan saling bertatapan dengan membulat dan mulut terbuka lebar. Hasil pengamatan dan analisisnya menunjukkan kebenaran tentang sesuatu yang dilihat olehnya.“Kamu benar, Lee.”“Dia atau penembak itu pasti mengarahkan pistolnya ke arah sini dan posisi Pak Cody bisa jadi berada di depan lubang ini dengan mengesamping atau membelakanginya.” Hans berkata sambil membayangkan posisi kejadian ayahnya. “Bisa jadi.”Hans berbalik badan ke arah kaca hotel yang terbentang lebar dengan pemandangan bangunan tinggi yang berada di dekat dan jauh dari posisinya saat ini.Satu menit berlalu, ia menemukan bangunan yang lebih tinggi dari hotel mewah itu dengan jarak ratusan meter. Hans meletakkan mata di lubang kecil dengan menyipitkan mata untuk bisa melihat jarak gedung yang lebih tinggi dari hotel dan ternyata terdapat rooftop kosong yang b
“Dia adalah mantan kekasih Adnan yang ditinggal demi Nyonya Sandria karena harta yang berlimpah dan mendengar akan dijadikan sebagai Raja saat orang tuanya bekerja sama dengan Pak Rashid Omar Nadim.” Pengawal pribadi Hans menjelaskan dengan lembut. Hans mengernyitkan dahi sambil menatap lamat. “Seorang wanita yang kukencani demi menipu adalah wanita yang ahli dalam hal begituan dan berpura-pura polos?”Pengawal pribadinya mengangguk pelan dengan menundukkan kepala.“Apakah dia tidak pernah berhubungan lagi dengannya?”“Tidak pernah, sejak ditinggalkan oleh Adnan dalam kondisi mengandung, ibu sakit dan dia lebih memilih menggugurkan kandungannya.”“Bagaimana bisa kamu berhubungan dengannya sampai mengetahui informasi tentang kehidupannya secara detail?” tanya Hans penasaran.Bola mata dia terbelalak saat diberi pertanyaan mudah dengan bibir mengatup. Bola mata bergerak ke arah mana pun dan mengeluarkan keringat dingin di dahi.Tatapan dan pergerakan tangan yang saling mengusap sambil
“Benda berwarna hijau yang kamu lihat di atas mesin bergerak menuju mesin besar adalah buah hijau yang berbentuk seperti rambutan,” jelas Hans pelan.“Lalu?”“Buah itu mengandung zat adiktif yang bisa membuat pengguna atau siapa pun yang pernah memakannya menjadi ketergantungan. Buah itu dimanfaatkan oleh mereka dan dimanfaatkan sebagai sumber cuan dengan dalil obat penyembuh setres.” Hans menerangkan kepada Carlos secara perlahan.Hans melangkah dengan penglihatan waspada di sekitarnya untuk melindungi diri dari serangan berbagai arah dan memastikan bahwa identitasnya aman.Ia tidak luput mengambil cara kerja di sebuah laboratorium milik Rashid dan Ayah Adnan dari awal hingga proses produksi. “Siapa kalian?!” sentak nada bariton di belakang Hans.Hans belum selesai merekam semua aktivitas di dalam laboratorium telah kedatangan seorang pria bernada bariton keras dan berat. Sontak, ia mematikan dan menyimpan rekaman itu lalu handphone dimasukkan ke bagian kantong jaket. Hans dan Car
Semua menoleh ke arah Alan sambil menunggu jawabannya. Hans berharap semua yang dikatakan mereka adalah benar.“Mereka adalah salah satu orang yang menghampiriku dengan meminta bukti yang kumiliki. Perkataan Adnan benar, Ajudan dia hendak membunuhku, tetapi niat itu diurungkan dan memilih melanggar perintah dari atasannya dengan membuat perjanjian di antara mereka.”“Perjanjian apa itu?” tanya Hans menekan.“Aku juga tidak tahu perjanjian apa yang mereka bicarakan karena bicara di luar rumahku.”Hans mengalihkan pandangannya ke arah lantai dengan mengingat rekaman yang dijeda olehnya. Adnan berkata bahwa Ajudannya yang menghentikan pembunuhan terhadap Alan, apakah dia memiliki sisi sadar dalam membunuh seseorang atau ada sesuatu di balik itu semua?Semua berkaitan dengan kematian Cody Ruth dan adiknya. Ajudan dan Adnan menemui Alan dengan meminta bukti dimiliki oleh Alan. Hans mendapat titik terang berupa petunjuk dari rekaman video. Ia memutar rekaman itu kembali dan mendengarkan
Abigail terdiam saat ditembak pertanyaan tentang Rashid dirawat di rumah sakit. Hans tersenyum miring sambil menghela napas dan menggeleng pelan. “Ibu tahu.”Hans hendak membuka pintu ruangan Abigail terhenti dengan tangan mungil yang sudah tidak muda lagi dan jemari dipenuhi oleh perhiasan yang melingkar di sana.Bola mata Hans merayap perlahan ke arah ibunya. Ia menatap lamat dengan mulut tertutup lalu menyingkirkan tangan ibunya perlahan. “Aku tidak ingin membahas dia lagi.” Hans menolak secara halus.Tatapan Abigail menunjukkan ada sebuah rahasia yang harus diberitahu kepadanya. Namun, jika itu membahas Rashid maka tidak ingin lagi mendengar dan memperhatikannya.Kedua kali hendak membuka pintu, lagi dan lagi pandangannya teralihkan dengan perkataan ibunya.“Penyakit ibu tidak sembuh.”Hans menyingkirkan tangan dari pegangan pintu. “Apa maksudnya?”“Operasi kemarin berjalan lancar, tapi tidak bisa mengangkat akarnya karena sudah menyebar di beberapa anggota tubuh ibu. Ibu memin
“Kenapa terkejut seperti itu, Pak? Apakah bapak mengenal saya?” tanya Hans meledek dengan senyuman iblisnya yang memperhatikan tubuh Rashid yang tampak sehat bugar.“Tidak. Saya tidak mengenalmu.” Rashid terbata-bata dan berusaha menghindar kontak mata darinya. Lagi dan lagi, kebiasaan keluarga Rashid ketika berbuat salah atau menyembunyikan sesuatu maka berpaling dari lawan bicaranya dan berusaha menutupi apa pun yang diketahui olehnya. Ciri khas itu sudah dipelajari olehnya, sama halnya ketika dia menyuntikkan benda cair ke dalam tubuhnya lalu kolaps hingga dipanggil oleh Dokter yang menanganinya. Dokter yang menangani Rashid adalah dokter yang bekerja di rumah sakit Internasional dan telah berbicara yang sesungguhnya bahwa dia kecanduan obat terlarang sehingga membuka bisnis demi melancarkan pengedaran obat terlarang.“Sungguh? Bukankah Anda mengenal saya, Pak Rashid Omar Nadim?” tanya Hans santai sambil melangkah mendekatinya. Rashid menjauh perlahan dengan kedua tangan yang m
Hans duduk di depan kamar VIP yang jaraknya dua dari kamar Rashid Omar Nadim. Ia bersandar di dinding sambil bermain handphone dan mendengarkan pembicaraan mereka. Sandria tertawa dengan seorang pria yang terlihat seperti Ryan. Ia berusaha fokus terhadap pembicaraan mereka yang terdengar samar.“Ayah sungguh luar biasa.”“Saat mengetahui liputan dari Alan seorang Jurnalis handal yang terpercaya di negara ini, langsung bertindak,” kata Sandria sambil menepuk pundak pria itu. Hans terus menundukkan kepala dengan sibuk di layar handphone sembari berpura-pura menghubungi keluarga yang berada di dalam kamar itu. Mata Hans tidak luput dari pandangan ke arah Sandria dan pria itu. Senyuman Sandria masih terlihat sumringah dan tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Hans perlahan mengarahkan handphone ke Sandria dan pria itu untuk merekam kegiatan dan pembicaraannya. Namun, Sandria menyadari aktivitas Hans yang sengaja merekam perkataan dan aktivitasnya. Ia menggerakkan handphone ke sega
“Saya masih berpegang teguh dengan pendirian apa pun itu. Walaupun pernah memiliki hubungan dengan saya.”“Lalu, apa penilaian bapak terkait hal ini? apakah semuanya akan berhubungan secara kebetulan atau sudah direncanakan oleh mereka hingga tidak menyelidiki kasus kematian Pak Cody, Raja bisnis. Semua dunia akan membicarakan berita ini.” Agustinus menekan.Hans membisu lalu meminum minum kopi dingin sambil menghela napas panjang.Ia tidak bisa menilai sebelum mengamati, mengetahui dan menganalisis hasil yang didapatkan dari usahanya bersama rekan tim. Musuh yang dihadapi oleh Hans bukanlah musuh kelas bawah, melainkan mereka adalah musuh kelas kakap. Musuh yang memiliki banyak orang yang digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang.Semua yang didapat olehnya seperti kebetulan dan atau bisa dikatakan dengan satu kata, yaitu takdir. Takdir yang mempertemukan Hans dengan keluarga Rashid dan Adnan yang memiliki niat buruk kepada keluarganya saat bertemu dengan seorang pria di London y
Tono mengangguk sambil tersenyum lebar. Semua menatap khawatir ke Tono yang berkorban untuk mencari tahu informasi penembak jitu ke dalam kandang yang berbahaya.“Maaf, Pak, Pak Tono lebih baik datang ke rumah Adnan saat saya melakukan liputan dengan alat yang dipasang karena ingin tahu ekspresi mereka ketika membahas malam tragis dan menyebut nama mereka.” Alan memberi saran kepada Pak Tono. Tono menoleh ke arah Hans dengan menatap lamat lalu Hans mengangguk. “Baiklah. Semangat,” kata Tono sambil mengepalkan tangan erat dan menggerakkannya dari atas ke bawah dengan senyuman lebar.Semua rekan tim mengikuti gerakan dia dengan senyuman lebar. “Aku sela,” potong Carlos.“Ada apa?” tanya Hans santai.“Kamu tadi bilang kalau ibu Abigail dan Pak Haedar mengawasi Alan yang meliput di depan hotel mewah, kan?” tanya Carlos menekan sambil mengusap dagu.“Iya. Kenapa?”“Sebaiknya, jangan. Jangan membawa ibumu ke hotel mewah karena mereka akan tahu keberadaannya.”“Lalu?” tanya Hans dengan in
“Aku melibatkan ibu agar Pak Presiden tahu bahwa seorang istri dari Raja bisnis juga membutuhkan keadilan,” jawab Hans menekan.“Maaf, Pak, boleh saya beri saran?” tanya Komar.“Silakan.”“Jika Bapak melibatkan ibu Abigail yang ada memperkeruh suasana karena Pak Presiden pasti mengabaikan hal itu. Posisi ibu Abigail juga berbahaya kalau berada di luar.”Hans membisu sambil menegangkan rahang dan mengepalkan tangannya dengan erat. Perkataan Komar ada benarnya. Banyak musuh yang masih berkeliaran di luar sana.“Baiklah. Alan saja yang meliput di luar sana di depan hotel Santorini yang di mana bisa dipantau oleh Pak Haedar dan ibu Abigail.”“Oke, setuju.”Hans menjelaskan strategi berikutnya di papan transparan yang terbuat dari kaca yang diterangi oleh lampu LED.Langkah selanjutnya adalah memancing pelaku yang terdeteksi dan paling menonjol ketika berita peliputan itu muncul. Alan sebagai umpan untuk memancing mereka ketika tidak terlihat lama di depan publik. Banyak masyarakat dan s