“Coba kalian amati dan analisa kembali. Jangan hanya melihat dari sudut pandang sebanyak sekali,” jawab Hans tegas sambil menatap tim.Adnan memiliki hak akses yang lengkap sampai penarikan dan pengiriman dana ke nomor akun yang tertera pada website itu. Sedangkan, Misternot hanya bisa melihat laporan dan penarikan dana yang dipindahkan ke rekening pribadi. Hak akses itu membuat pikiran Hans berpikir keras karena Naufal dan beberapa saksi berkata bahwa dia melakukan perintah dari Misternot. Pengakuan Naufal saat ditemui oleh Adnan adalah perintah dari Misternot. Tidak ada satu pun yang tahu sosok Misternot. Misternot adalah seorang pria yang tidak menyukai Cody Ruth berkuasa di dunia dan jumlah kekayaan berada di atasnya. Dia juga merupakan selingkuhan dari ibunya.Rashid Omar Nadim adalah Misternot. Dia memberikan perintah kepada Adnan untuk menguras habis uang dari bisnisnya dan dimasukkan ke dalam sebuah website gelap, serta mengirim sejumlah uang kepadanya dengan nominal yang s
Komar diam-diam menghanyutkan. Hans bersyukur memiliki tim yang punya pemikiran yang licik dan culas demi kebaikan tim dan perusahaan. Selain itu, ia juga bangga bahwa memiliki tim yang bisa merayu perempuan sampai memberikan berkas laporan yang asli.“Apakah Bapak menidurinya?” tukas Agustinus.“Iya, dong. Aku mumpung belum menikah dan masih sendiri. Jadi, aku rayu dulu dengan dibelikan jam tangan mahal lalu menidurinya. Upahnya adalah laporan asli dari divisi produksi, pemasaran dan penjualan. Laporan ini tidak hanya berisi laporan perusahaan, saya memiliki bukti rekaman dia membujuk dan menyuap karyawan untuk tidak jujur sekaligus rekaman video dari kamera pengawas di sebuah gudang.”“Mantap,” kata rekan kerja serentak sambil bertepuk tangan. Hans hanya tersenyum lebar sambil menatap Komar yang ternyata memiliki cara sendiri untuk mendapatkan bukti. Seorang Auditor harus memiliki bukti yang kuat untuk memecahkan kasus dan menangkap pelaku. Bukti yang dimiliki masih kurang kuat k
Tono mengangguk sambil melipat kedua tangan di depan dada.Mira dan rekan kerja yang lain melongo sambil berdesis saat mendengar fakta dari keluarga Adnan dan yang pernah diperbuat olehnya. Hans terus berputar otak saat rekan kerja membisu. Mereka juga tidak percaya bahwa pimpinan dalam divisinya pernah membuat kasus melengserkan atasannya dengan cara yang tidak adil.“Wah, berarti atasan yang selama ini kita banggakan adalah orang yang salah dan jahat.” Mira menyesal lalu bersandar di kepala kursi.“Betul. Aku juga menyesal.” Tiwi menyusul turut menyesal yang telah membanggakan orang yang salah.“Tapi, bagaimana Pak Lee dan Tono?” tanya Komar bingung sembari menatap mereka secara bergantian.Hans reflek menoleh ke arah Tono seraya merapikan posisi duduk. Ketahuan Hans tentang Adnan diketahui oleh Komar karena Hans termasuk karyawan baru, tetapi banyak hal yang diketahui olehnya tentang Adnan.“Saya berteman dengannya saat pertama kali masuk dan hanya sebatas rekan kerja. Lalu, saya
“Ish, iya juga,” jawab Agustinus.“Katakan yang sesungguhnya karena Ibu Abigail adalah istri dari Raja bisnis. Raja bisnis adalah orang yang paling berpengaruh di dunia ini sehingga bisa membantu untuk membuka jalan oleh kepolisian bahwa ada pejabat polisi yang melindungi anaknya dari kejahatan. Tidak hanya itu, dia bisa mengatakan apa pun yang melibatkan Pimpinan Negara,” cerocos Mira dengan nada yakin.“Kasus yang sedang kita kerjakan tidak semudah yang kita bicarakan secara diskusi seperti ini. Ini adalah kasus besar, meskipun lingkup dalam perusahaan. Kita juga tidak bisa melibatkan pimpinan negara karena dia tidak tahu hal apa pun yang sedang kita kerjakan, Mira,” balas Hans dengan intonasi penekanan.“Sungguh? Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sedangkan, dia punya Ayah yang melindunginya dalam hal apa pun?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Kita bisa melakukan dengan cara cerdas tanpa harus melibatkan orang luar. Saya masih memikirkannya dan jika kalian punya ide bisa disa
“Berikan aku sebuah identitas baru, tempat tinggal yang aman dengan fasilitas yang memadai dan pekerjaan yang sama, tetapi di London. Saya ingin bekerja di sebuah perusahaan media ternama di sana.” Alan mengutarakan imbalan yang diinginkan olehnya untuk menukar sebuah memori yang berkapasitas tinggi.“Saya memberikan itu semua ketika memori itu ada di tangan saya dan terbukti memiliki bukti kuat seperti yang kamu bicarakan.” Hans membalas perkataan Alan dengan tegas. “Baiklah.” Alan menyetujui kesepakatan yang telah dibuat sembari mengulurkan tangan kepada Hans.Hans menjabat dan mengayunkan tangannya. “Sip. Nanti ada perjanjian di atas kertas hitam putih.”“Kenapa harus menggunakan itu?” tanya Alan Muskion bingung.“Karena untuk melindungimu dan bukti bahwa ucapanmu bisa dipegang.”“Baiklah.”“Di mana kamu menyimpan memori yang berkapasitas tinggi itu? Apakah ada padamu?” tanya Hans sambil menatap lamat. Alan Muskion terlihat sedang memikirkan sesuatu sambil mengusap dagunya dan me
Hans bertanya sambil berlari menuju rumah Alan Muskion. Ia membuka pagar dengan lebar dan disuguhkan pemandangan halaman depan rumah yang barang berserakan di mana-mana dan beberapa pot tanaman pecah. Tidak hanya itu, sekop dan wadah berbentuk kotak berwarna merah juga terlihat telah digunakan olehnya karena posisi yang tergeletak dan tanah yang berada di dekat pohon yang diberi batu bata warna putih berantakan. Pintu rumah juga terbuka lebar. Ia memeriksa barang yang berada di dalam rumah dan disuguhkan pemandangan yang banyak barang berada di lantai dan air tumpah dan menetes dari panci. Hans hanya tersenyum tipis saat melihat pemandangan yang berserakan di mana-mana. Mereka terlihat mencari sesuatu, tetapi tidak menemukannya.Hans bergegar membongkar batu bata warna putih dengan dibantu oleh dua pengawal. Sedangkan, satu pengawal berjaga di dekat pagar dengan posisi pagar tertutup rapat tanpa dikunci.Ia bergegas dengan sekuat tenaga sebelum ada seseorang yang datang ke rumah Al
“Aku tidak tahu. Aku hanya satu yang pasti.”“Pasti? Apakah maksudmu ada seseorang yang melaporkan ke seseorang atau media setelah mendengar tembakan?” tanya Hans yang mencoba untuk menebak yang ada di kepala Alan.“Rekan kerjaku yang pertama kali menghubungi kantor. Dia mengatakan bahwa mendengar suara tembakan di sebuah hotel mewah, kamar tipe suites dengan nomor tiga ratus lima puluh lima saat melewati kamar itu seorang diri dengan suara yang bergetar.”Hans mengernyitkan dahi dan berusaha untuk mencerna yang dibicarakan oleh Alan. Rekan kerja menghubungi kantor dan dia mendengar semua yang dikatakan olehnya.Apakah itu masuk akal? Atau dia saat sedang berada dalam lingkup ruangan yang menjadi tugasnya sebagai Jurnalis?“Apakah rekan kerjamu selalu memperbesar suara di hadapan banyak orang ketika ada telpon masuk?” tanya Hans pelan.“Tentu. Telepon yang ada di kantor dan saat memperbesar suara penelepon masuk digunakan untuk bekerja. Sumber yang didapatkan dari seseorang saat memil
Hans membuka video rekaman di ruang tunggu dan terlihat lima pria mengenakan kemeja, kaos oblong yang berbeda, tetapi topi yang dikenakan oleh mereka sangat mirip mulai dari warna dan logo topi.“Apa yang aneh?”Logo yang tidak terlihat menggunakan brand ternama. Logo yang terdiri dari huruf S besar dalam lingkaran dan ditindas bintang. Logo yang dilihat oleh Hans adalah logo komunitas pemuda yang tidak memiliki banyak uang dan berbagai macam kejahatan dilakukan olehnya. Logo yang memiliki arti kenikmatan paling klimaks yang paling utama untuk memuaskan satu sama lain antara perbedaan dan persamaan genre. Hal itu yang dilakukan oleh komunitas itu.Tidak hanya itu, mereka juga memperdagangkan manusia dan menjual obat-obatan terlarang dalam berbagai jenis. Kebebasan sangat lekat pada komunitas itu hingga melakukan pembunuhan. Empat orang terlihat sedang mengawasi keadaan di sekitar dan tidak jarang bahwa salah satu dari mereka melihat ke atas sambil menggaruk leher dan terlihat sedan
Hans memandangi televisi yang menyuguhkan pemandangan Rashid, Ayah Adnan, Adnan, Sandria, Ryan dan ajudan Ayah Adnan tertangkap dengan kedua tangan diborgol ke belakang bersama istri Rashid yang menutupi proses penyelidikan selama ini. Otak dari kematian Raja bisnis adalah Rashid Omar Nadim karena keserakahannya sehingga mendekati istri Pak Cody Ruth untuk bisa mendapatkan kekayaannya. Tidak hanya itu, Rashid juga pemarah sehingga membunuh anak lelaki dengan cara yang sama, seperti sudah direncanakan. Beruntung, Ibu Abigail tidak tertipu dengan rayuan maut yang dilakukan olehnya karena seorang lelaki yang selalu mengingatkan dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang tidak rampung karena permainan orang dalam pihak berwajib. Siapakah dia yang selama ini berada di sampingnya? Apakah kekasih baru atau yang lain? Kita belum tahu dan tunggu kabar selanjutnya.“Apakah bapak memberitahu rekan kerja yang membantu kita untuk menyelesaikan kasus ini?” tanya Hans datar sembari memandangi
“Kekasih pengawal pribadimu,” jawab Agustinus santai.“Di mana dia sekarang?““Dia ada di halaman belakang bersama wanita itu karena aku tadi bertanya kepada pengawal lainnya.”“Suruh mereka ke sini. Aku ingin mendengarnya secara langsung.”Agustinus menyampaikan seruan dari Hans kepada pengawal yang berjaga di ruang tamu untuk meminta mereka memasuki ruangannya. Satu menit berlalu, mereka telah tiba di ruangan diskusi dengan menatap Hans dan lainnya yang bingung dan datar. “Ada apa?”“Terima kasih untuk semuanya.”“Tidak perlu khawatir, aku melakukan semua ini demi hidupku sendiri dan masa depanku kelak jika tinggal bersama dengan kekasihku.”“Apa yang kalian inginkan dariku? Aku ingin memberi hadiah untuk kalian.”“Tidak ada.”“Kalian mendapatkan pernikahan mewah di hotel mewah. Semua ditanggung olehku, jadi katakan kapan kalian menikah,” kata Hans santai.Wanita itu dan pengawal pribadi melongo saat mendengar hadiah darinya lalu bersalaman dengannya sebagai tanda terima kasih.“T
Hans tiba di ruang diskusi di rumahnya dengan melepas jaket kulit dan diletakkan di sofa dengan tangan dan dada bagian kiri yang masih terasa nyeri dan sakit sehingga duduk perlahan.Semua rekan tim dan Haedar berada dalam ruangan itu sembari memperhatikannya yang tidak bisa dilarang ketika keinginan menggebu dalam dirinya.“Apakah anak buah dari Rashid dan Adnan masih ada dalam ruangan di rumah ini?” tanya Hans pelan.Lima pria bertato bulan dan bintang dan kepala tengkorak pernah ditangkap olehnya saat melakukan penyelidikan di sebuah gudang tua samping laboratorium mereka.“Masih ada, Tuan muda. Saya pindahkan ke ruang bawah tanah karena mereka berisik dan mengancam membunuh kami semua setelah mendengar kabar Tuan muda ditembak oleh anak dari tuannya dan menganggap mati.”“Aku dianggap mati oleh mereka?”Haedar dan seluruh rekan tim membisu saat ia menanyakan perihal kematian dirinya. Ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh mereka kepadanya.Semua rekan tim dan Haedar dua bulan la
“Anak dari pengusaha elektronik bebas dari jeratan hukum setelah dalam penjara dalam kasus penembakan wanita berambut pendek yang diduga wanita simpanan Rashid Omar Nadim.”Suara berita yang menggelegar berasal dari televisi merasuki telinga Hans yang mengalami koma selama dua bulan lamanya setelah kejadian penembakan di pemakaman ibunya. Hans mengalami peristiwa yang mengerikan demi mengungkapkan pelaku kejahatan penembakan dan penghilangan nyawa Raja bisnis dan anak laki-laki yang diduga tidak memiliki identitas. Hans membuka mata perlahan saat mengingat kejadian kematian ibunya yang tidak ada di sampingnya saat dibutuhkan dengan meneteskan air mata. Sesak sekali rasanya.Napas Hans terengah-engah dengan pemandangan langit kamar rumah sakit berwarna putih tanpa bersuara. Pandangan lurus ke atas dan tidak menyadari seseorang di sampingnya. “Hans.” Carlos memanggil namanya pelan. Haedar mendekati Hans dengan memegang tangan dan mengusap kepalanya sembari berkata, “Tuan muda, syuku
“Aku tidak mendua!” bentak Rashid sambil melotot ke arah Hans.Hans dan semua rekan tim memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam mulai dari atasan hingga sepatu sehingga tidak mengetahui sosok yang berada di balik kacamata hitam.“Sungguh? Apakah kamu bisa membuktikannya?” tanya Hans menantang. Rashid mengalihkan pandangan dengan menggerakkan tangan di depan dada sembari meremas dan mengeluarkan banyak keringat. Semua orang terpaku pada Hans hingga kamera perusahaan media menyorotinya tanpa membuka kacamata. Rashid terdiam.Hans mengeluarkan semua foto yang sudah dicetak olehnya sebelum berbicara dengan rekan tim lalu membuang semua foto yang terdiri dari lima belas lembar di depan wajah Rashid, Istri dan wanita berambut pendek. Hans pergi dari hadapan banyak wartawan dan keluarga cemara yang sedang dipermalukan oleh kepala keluarga yang dipandang hebat dan cinta kepada keluarga. “Ma, maafkan aku. Semua ini bukan karena aku.”“Halah, hidung belang. Kamu juga bilang bahwa ak
“Mohon maaf, ibu Abigail sudah mengembuskan napas terakhirnya. Beliau menyerah selama operasi berjalan.” Dokter menyampaikan berita duka dengan lembut.Sontak, Hans melotot dan kaki terasa lemah untuk berdiri setelah mendengar kabar duka dari ibunya. Pandangan Hans yang sedari tadi samar menjadi buram dan mengalirkan butiran bening dengan deras di pipi. Ia tidak percaya mendengar kabar duka sebelum menangkap pelaku kejahatan. Abigail melanggar janji yang dibuat bersama dengan Hans. Tangan Hans mengepal dengan erat sembari menenangkan diri di kursi besi panjang yang dingin.Hans terpukul mendengar kepergian sang ibu yang terakhir kali sempat berdebat dan kesal dengannya. Ia tidak akan berbuat seperti itu jika mengetahui semua sakit yang dirasakan oleh Abigail.Tuhan menghukum Hans dengan cara yang sangat menyakitkan. Tidak ada hukuman yang menyakitkan, seperti yang dialami olehnya saat ini.Hans masih terduduk di kursi besi yang panjang saat banyak orang berlalu lalang di depannya. B
“Tidak. Tetap menggunakan nomor itu karena tidak akan bisa mendeteksi lokasi dari pemilik nomor ponsel dan identitasnya.”Semua terdiam dengan ide gila yang keluar dari mulutnya. Mereka terlihat tidak percaya bahwa Hans memiliki ide yang berdampak besar untuknya jika ketahuan identitas yang sesungguhnya. “Apakah kamu lupa dengan misimu hingga akhir sebelum pelaku pembunuh Pak Cody dan adikmu tertangkap?” Komar bertanya dengan nada peringatan. “Aku tidak lupa.”“Lalu?”“Kalian takut akan identitasku terbongkar sebelum waktunya dan mengira aku gegabah dalam mengambil keputusan saat punya ide seperti itu?” tanya Hans dengan intonasi penekanan sambil menatap semua rekan tim.“Buk—”“Semua sudah terpikirkan olehku.”“Baiklah. Kalau kamu ingin seperti itu.”Hans duduk sambil memperhatikan laptop yang terbuka di meja kerjanya. Ia teringat dengan ibu yang berada di ruangan yang paling aman untuk sementara waktu lalu menelepon Haedar.Hans menunggu Haedar untuk menjawab panggilan keluarnya.
Hans meletakkan botol di meja balkon dengan santai dan bersandar di kursi santai yang terbuat dari kayu, berlubang dan bantal putih sebagai tempat duduk.Mira dan Alan mendekatinya setelah saling melempar tatapan. Hans masih mengendalikan emosi dan tidak memiliki gairah untuk menyelesaikan masalah yang ditugaskan dan diamanahkan oleh Abigail.“Kamu tidak ingin tahu beritanya?” tanya Mira nada pelan sembari sedikit membungkuk dan memegang bahunya. “Apakah kamu tidak tahu kalau saya ingin masih menyendiri di kamar ini sambil mengamati pemandangan kota besar di sore hari yang mendung dan terasa nyaman, tapi banyak penjahat yang berkeliaran di luar sana?”“Maaf,” balas Mira lalu menoleh ke arah Alan.Hans mendengar helaan napas Alan dan bertukar posisi dengan Mira. “Sampai kapan kamu begini? Sampai ibumu mati karena dipermalukan di sosial media?” cecar Alan nada pedas. Hans terbangun dari duduk dengan menghadap ke arah Alan sembari melotot dan tangan mengepal erat. Mira terkejut meliha
“Pak Cody membantu ayahku untuk memberantas pengedaran dan konsumsi obat terlarang dengan bantuan Pak Haedar.”Hans membisu dengan mengingat semua kejadian padanya mulai dari masih muda menempuh pendidikan di luar negeri dan melihat ibu mendua, pengakuan ibu, hubungan pernikahan yang kandas di tengah jalan dan keserakahan Rashid dan Ayah Adnan yang diketahui olehnya. Hans mendesis sembari menyeka rambut hitam yang lurus secara perlahan sambil memejamkan mata dan menghentakkan kepalan tangan erat ke meja kayu. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam dunia ini. Semua telah ditunjukkan oleh sang maha kuasa bahwa ada sesuatu yang diberantas dan dibersihkan. “Unggah dan sebar rekaman Rashid ke media sosial, buat kalimat yang mengajak masyarakat menganalisis,” kata Hans dengan kepala tertunduk dan tangan masih mengepal erat.“Kamu yakin mau menyebar itu sekarang?” tanya Carlos nada ragu.Hans menoleh ke arah Carlos dengan menatap tajam. “Aku sangat yakin dan tidak ada ampun untuknya.”“Ba