Tidak ada yang berbicara satu pun. Ruang keuangan hanya dipenuhi oleh suara pendingin ruangan selama lima menit.“Keuangan perusahaan sedang tidak baik-baik saja beberapa tahun yang lalu,” jawab Adnan dengan menundukkan kepala lalu menatapnya lamat.Keheningan dipecahkan oleh pendapat Manajer keuangan mengenai keuangan perusahaan yang pasang surut beberapa tahun terakhir.Keuangan perusahaan memang pernah mengalami pasang surut, tetapi tidak semakin merosot untuk keuntungan perusahaan. Adnan hanya menjelaskan keadaan keuangan tanpa memberi penyebabnya.Pembeberan seorang Manajer Keuangan terlihat dibuat-buat untuk menutupi sesuatu.Hans hanya tersenyum miring sambil mendengus dan menggeleng pelan. Alasan itu sangat tidak masuk akal.Keuangan perusahaan sedang tidak baik-baik saja seharusnya dilakukan audit keuangan bukan malah membiarkannya. Bagaimana bisa seorang Manajer memutuskan hal demikian ketika keuangan perusahaan sedang memburuk?“Tidak masuk akal untukku,” jawab Hans singkat
Haedar menghela napas panjang lalu tersenyum setelah ekspresinya menegang beberapa detik. Dia tampak sesuatu yang tidak diketahui olehnya. Dia mengeluarkan sebuah makanan yang masih terbungkus dari kantong jasnya.Hans bingung dengan sikap tangan kanannya yang tiba-tiba memberikan roti dengan senyuman panjang. Ia terdiam selama satu menit sembari mengamati pandangannya yang terlihat khawatir akan sesuatu.Hans mengambil roti itu dengan senyuman lebar lalu membuka dan memakannya dengan lahap di depannya.“Jangan ke parkiran karena rekan kerja Tuan muda sedang mengawasi dari lantai dua kantin.”Hans meringis sambil mengangguk dan mengunyah. “Baiklah. Aku mengerti. Terima kasih rotinya, Pak.”Hans menepuk pundak Haedar seperti seseorang yang sudah mengenal dekat dengannya. Ia pergi meninggalkan ke depan perusahaan untuk mencegah ojek yang memangkal di sekitar kantornya.Bola mata merayap ke arah Wulan secepat kilat dan masih mengawasinya dengan tatapan tajam dan alis yang bertautan. Dia
“Tidak? Apa maksudnya?” tanya Hans bingung. Ia kembali duduk dengan dahi mengernyit.Naufal tertunduk dengan memeras kedua tangannya beberapa kali. Dia kembali terdiam setelah mengatakan tidak dengan keras.Hans mengernyitkan dahi sambil menatapnya. Kesabarannya sudah di ujung dan sedari tadi mengatakan informasi yang tidak lengkap.“Tidak ada jawaban? Baiklah, saya bawa ini ke atasan dan segera meminta untuk menangkap Anda!” Hans mengancamnya dengan menekan.“Pria itu ada di perusahaan pangan Pak Cody. Saya tidak tahu motifnya apa, tapi saya yakin bahwa dia punya niat jahat terhadap atasan dan ingin menjadi pemegang saham nomor satu di perusahaan.”“Maksudnya?”“Seorang pria yang sering dipanggil Misternot.”“Misternot?”“Dia adalah seorang pria yang menyuruh saya untuk memanipulasi laporan keuangan selama tiga tahun terakhir dan memberikan tawaran yang menggiurkan melalui anak buahnya. Anak buahnya merupakan seorang wanita kalau dilihat dari tubuhnya saat berdiri.”“Jadi, maksud And
“Tanpa kujawab, kamu sudah tahu jawabannya.”Hans pergi dari rumah Naufal sembari melambaikan tangan kepada mereka selama tiga detik. Ia harus bergerak lebih cepat dari mereka agar mendapatkan informasi yang akurat.Penjahat dalam kantor tidak boleh lolos dan harus bertanggung jawab atas pekerjaannya. Hans tidak masalah jika tidak ada yang mendukung.Rekan kerja dalam satu divisi tampak tidak menyukai kehadirannya dalam ruangan keuangan. Tatapan, gestur dan lisan yang dikeluarkan untuknya pun sangat berbeda dari yang lain.Hans tetap pada pendiriannya untuk membuktikan bahwa dugaan sementara yang melakukan penggelapan uang di perusahaan adalah Adnan yang dibantu oleh orang lain.Hans menyalin dan menyimpan rekamannya dengan Naufal di sebuah perangkat keras dan mikro kartu memori. Tidak hanya itu, ia juga menyimpan di Cloud Microsoft untuk arsip atau saat kehilangan bukti untuk bisa membuktikan mereka adalah penjahat.Hans juga menggandakan dokumen asli dari divisi produksi tentang buk
“Sekitar sebelas orang dalam ruangan ini tahu bahwa Anda tidak berhak ikut campur dalam menangani audit ini. Bahkan, Anda hanya bisa memberi masukan tanpa harus membuat strategi untuk kami. Kami merupakan sebagian orang pasti pernah mengaudit dan saya sebagai orang baru bisa belajar dari rekan kerja.”Hans menjelaskan posisi Adnan saat ini. Dia tidak berhak untuk memberi strategi dan ikut campur dalam urusan audit setelah tidak diizinkan untuk mengaudit oleh Galih Cahyadi.Semua orang dalam ruang keuangan membisu dan situasi cukup menegangkan.Hans merupakan karyawan baru, tetapi berani berargumentasi tentang yang tidak disukai dan setuju atas sikapnya. Jabatan dia memang Manajer dan hanya memberikan saran ketika tidak diizinkan bertugas.“Setuju, ada yang sepemikiran dengan Pak Hans?” Tono menjawab dan bertanya dengan lantang kepada rekan kerjanya.Hans memperhatikan mereka satu per satu yang menatapnya dan Adnan secara bergantian. Sorot matanya terlihat bahwa mereka takut pada Manaj
“Apa pun yang memiliki peran penting dalam pekerjaan semestinya ditulis. Saya seharusnya tidak memberitahu Anda karena nanti dikatain merasa benar.”Hans sedari tadi berargumentasi tentang strategi yang dijelaskan oleh Adnan. Seorang Manajer Keuangan tidak menulis hal penting dalam strateginya.Apakah itu yang dinamakan strategi? Bagaimana bisa memecahkan dan membuat solusi yang terbaik dari permasalahan yang ada?Adnan terdiam dengan rahang yang mengeras dan tangannya mengepal erat. Namun, kebisuan dibuyarkan oleh Sabrina yang memukul mejanya dengan keras.Braaak!“Apa maksudmu bicara seperti itu kepada Pak Adnan? Apakah kamu tidak tahu sopan santun?” cecar Sabrina dengan intonasi penekanan.“Jika tim ini punya orang yang kepala keras dan meninggikan tanpa mendengarkan pendapat dari siapa pun maka pekerjaan ini tidak akan pernah selesai dan menemukan titik terang dalam setiap kasusnya.”“Kamu yang memulai!” bentak Sabrina sambil memukul meja.Hans berdiri secepat kilat dan menatap ta
“Kita mulai dari divisi produksi. Mewawancarai bagian produksi ada dua orang. Aku dan Mira. Lalu, bagian penjualan untuk mewawancarai stafnya adalah Tiwi, bagian sales itu Agustinus.”“Aku bagian sales?” tanya Agustinus sambil membulatkan bola mata dan memandangi semua rekan kerjanya.“Iya, lo pintar ngerayu dan gunakan keahlian untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya,” jawab Mira sambil mencolek lengannya.“Baiklah. Serahkan itu padaku,” balas Agustinus merasa bangga sambil menepuk dada.“Oke, lanjut. Bagian pemasaran itu Pak Tono,” kata Hans.“Saya bagian apa?” tanya Komar bingung.“Bapak jago komputer. Jadi, bisa melacak IP yang mereka gunakan,” jawab Mira sambil menepuk pundaknya.“Saya nanti membantu Bapak untuk melacak IP divisi yang berkaitan tadi. Namun, harus membaginya terlebih dahulu. Bagaimana?”Hans melakukan tugas untuk mewawancarai divisi produksi dan melacak IP komputer yang digunakan oleh pejabat kantor. Semua orang patut dicurigai ketika melakukan audit.
“Yup, keributan tadi karena pendanaan produk baru.” Agustinus menjawab secepat kilat sembari menjetikkan jemarinya.“Terus? Ada lagi gak?” tanya Tiwi penasaran sambil menatap Mira dan Agustinus.Agustinus dan Mira tersenyum miring lalu berdecak.“Arizal dituduh menggelapkan uang pendanaan produk baru ketika dia mencurigai Pak Sahrul yang memanipulasi laporan dan mengambil produk untuk keperluan pribadi yang digunakan sebagai percobaan pelanggan untuk dipamerkan di sebuah Mall baru.”“Sungguh? Apakah Pak Sahrul ada bukti untuk menuduhnya?” tanya Hans menekan.“Aku kurang tahu karena ruangan Bu Abigail sangat tertutup dan memang digunakan untuk menegur seseorang yang melakukan kesalahan atau ketahuan mencuri,” jawab Mira kecewa.Nada dering singkat berbunyi. Hans mengeluarkan handphone dan mendapat pesan dari Haedar. Ia membuka dan membacanya.[Sepertinya pelaku sementara mengajak beberapa orang untuk membuat bingung karena perusahaan sedang melakukan audit.]Hans membisu sambil berpiki