All Chapters of DINIKAHI PRIA PLAYBOY: Chapter 11 - Chapter 19

19 Chapters

011 - Deg-Degan Saat Berdua

Entah kenapa aku mendadak deg-degan melihat ada Ryan yang duduk di kursi tunggu. Kira-kira dia mau ketemu sama siapa? Semua boss besar nggak ada di kantor saat ini. Bahkan aku mengabaikan Mbak Sila yang tengah menatapku dengan penuh tanda tanya. “Ada apa?” tanya Mbak Sila kembali. “Itu ada arsitek yang aku ceritain Mbak, dia yang duduk di sana sendirian.” Mbak Sila langsung menoleh dan memperhatikan Ryan kembali. Bahkan bisa aku lihat kalau mata ganjen Mbak Sila udah mulai beraksi. “Itu cakep banget, Ki. Udah pepet aja sih.” “Apaan sih, Mbak.” Aku merasa kalau Sofi, Priyo, bahkan Bang Rinto yang berjalan di depan pun ikutan berhenti dan menoleh ke arahku dan Mbak Sila. “Kalian bisik-bisik apaan sih?” tanya Priyo yang merasa curiga terhadapku dan Mbak Sila. “Ada cowok ganteng,” ceplos Mbak Sila yang bikin aku memejamkan mata. Sumpah ini mulut Mbak Sila mirip banget sama keran bocor. “Mana?” tanya Priyo kembali. “Itu yang lagi duduk di kursi tunggu,” kata Mbak Sila. Kini semu
Read more

012 - Paling Malas Kondangan Ditanya Kapan Nyusul

Saat ini kakiku tengah ragu melangkah ke dalam gedung resepsi pernikahan teman SMA—Cantika—Dia ternyata nikah sama Abangnya Ryan. Setelah hasil googling kemarin dan tahu silsilah mengenai keluarga Anggara ternyata memang benar yang menikah itu kakak kandungnya Ryan.“Hai, Ki,” sapa salah satu teman SMA-ku yang datang sama suaminya. Bahkan suaminya tengah menggendong balita usia setahunan gitu.“Hai,” balasku sambil meringis. Perasaanku mendadak nggak enak setelah saling sapa-sapaan. Apalagi temanku seperti mencari-cari seseorang di samping tubuhku.“Sendirian aja? Mana calonnya nih!?”Nah kan. Benar dugaanku. Males banget kalau datang ke kondangan itu ditanya masalah pasangan. Bisa nggak, sih, ngertiin perasaan jomlo sedikit saja. Meski kadang senyum, tapi jujur hatinya perih tahu.“Belum ada, Rat,” jawabku apa adanya.“Aduh kasihan banget, sih. Panji aja udah punya anak lho s
Read more

013 - Kondangan Yang Bikin Pusing

Jujur aja aku nggak nyangka banget bakalan bisa ketemu sama Kak Doni diacara kondangan seperti ini. Lagian terakhir ketemu pas dia main ke rumah habis itu nggak ada kontekan sama sekali.“Kok, kamu di sini, Ki?”“Lagi kondangan. Kak Doni ngapain di sini?”“Ya, aku juga kondangan.”Aku mengangguk paham. Mungkin Kak Doni itu temannya Surya, mempelai laki-laki. Tapi, ada hal yang bikin aku terkejut saat Kak Doni menyapa Ryan.“Hai, bro, kenapa di sini? Bukannya di sana sama keluarga.”“Males ah. Entar ditanya sama Ibu kapan nikah.”“Whoa, cocok nih,” seru Doni yang justru langsung menarik lenganku dan menghadapkan ke arah Ryan. Sumpah aku masih nggak paham dengan semua ini. “Kiki juga jomlo.”“Kak, apaan sih,” ketusku sewot sama Kak Doni.“Hahaha, ini lho, Ki. Teman yang aku ceritain sama kamu itu.”“Hah, maksudnya? Cowok bangsad yang suka gangguin istri sahabat Kak Doni?”Aku mendengar R
Read more

014 - Skenarionya Nggak Gini Harusnya

Aku melihat Panji berjalan mendekat ke arahku. Namun, tampak dia tak membawa anaknya. Entah ke siapa Panji menitipkan anaknya itu. “Ki.”“Ya.”“Bisa bicara sebentar?”“Bicara aja.”“Nyari tempat yang enak, mau?”Hah, nyari tempat yang enak? Apa nih maksudnya? Kenapa ambigu begini ucapannya.“Di depan sana ada kafe, mau?”Reflek kepalaku menatap ke arah kafe di seberang jalan gedung. Entah kenapa aku langsung mengangguk setuju.Dan di sinilah aku dan Panji saat ini, duduk berdua di dalam kafe. Kita berdua pun masih saling diam-diaman satu sama lain. Bahkan aku bisa melihat kalau Panji tengah berpikir saat ini.“Ki, sebelumnya aku minta maaf sama kamu. Beberapa tahun lalu aku—““Nggak usah dibahas.”“Tapi aku perlu bahas ini ....”“Kenapa? Kenapa bahas sesuatu yang sudah berlalu?”“Hidupku nggak tenang. Kepikiran kamu.”Hah! Omong kosong. Hidup nggak
Read more

015 - Kenapa Jadi Gini, Sih!?

Ryan menoleh menatap ke arahku yang tengah terkejut. “Ganti baju.”“Hah, emang kenapa sama baju kamu?”“Bukan aku tapi kamu.” Ryan menunjuk ke arah gaunku yang terkena tumpahan es krim tadi. Sial. Em ... tapikan aku nggak bawa baju ganti. Terus ganti pakai baju siapa?“Em ... Ryan, aku nggak bawa baju ganti,” kataku pelan.“Beli nanti di depan apartemen.”“Hah, maksudnya?”“Depan apartemenku ada mall, nanti kita beli di sana.”“Emang apartemen kamu di mana?”“SCBD.”Aku mengangguk aja. Ryan bilang depan apartemennya itu mall. Berarti dia tinggal di Capital Sudirman. Gila! Itu sih apartemen orang-orang berduit. Setelah lumayan menempuh beberapa menit. Akhirnya aku pun sampai di apartemen Capital. Ryan menuntunku untuk berjalan ke arah pintu lift yang khusus langsung sampai ke unitnya.Tak membutuhkan waktu lama, aku kini berada di dalam apartemen milik Ryan. Hal pertama yang aku lihat,
Read more

016 - Kenapa Priyo Ngambek, Sih!?

Kantor Azekiel Grup. Entah kenapa pagi ini aku merasa begitu semangat datang ke kantor. Padahal sebelum-belumnya itu ada rasa malas duluan mengingat perjalanan dari selatan ke pusat yang memakan waktu lumayan lama. Ting. Ryan : Semangat bekerja. Satu buah chat yang kini bikin aku senyam-senyum sendiri. Terlebih sikap Ryan kemarin yang bikin aku sangat kagum dalam menghadapi segala ucapan ajaib mama. Kiki : Iya, kamu baru bangun? Ryan : Hmm. Habis dari rumah kamu lanjut kerja sampai subuh. Kadang kasihan juga sama Ryan. Waktunya tidur, dia justru kerja sampai pagi. Belum lagi nanti pagi atau siangnya ketemu klien. Benar-benar pekerja keras banget. Kiki : Oh. Ryan : Nunggu balesan lama kirain ngetik apaan ternyata ‘oh’ doang. Kiki : Hehehe. Ryan : Makan siang bareng, mau? Melihat ajakan Ryan bikin aku bingung. Ini kenapa dia nggak ada basa basinya. Ngegas aja terus. Kiki : Maaf ... nggak bisa. Aku mau ketemu EO buat urus acara baby shower gitu. Ryan : Siapa yang hamil? Kik
Read more

017 - Tumben Senin Semangat Kerja

Gue melihat wajah Priyo yang langsung berubah pias. Tak ingin adanya keributan antar gibah squad membuat gue langsung mengalihkan pembicaraan Mbak Sila itu.“Mbak, yakin nih mau resign misal ada lowongan dekat rumah?”Mbak Sila pun langsung menoleh ke arah gue. Hati gue bersukur karena bisa mengalihkan tatapan Mbak Sila yang dari tadi menatap ke arah Priyo.“Iya, Ki, tapi bingung  lagi nih gue.”“Udah lah, dikerjain pelan-pelan aja di sini.”“Betul apa kata Kiki,” sambar Bang Rinto.“Iya nih, nyari gaji yang lumayan zaman sekarang susah. Duh mumet akika,” oceh Mbak Sila dengan gaya khasnya yang memang sedikit rempong itu.Tak membutuhkan waktu lama, semua pesanan dari gibah squad datang. Mereka langsung menukar piring yang salah naruh tempat.“Ini coto punya lo nih Priyo,” kata gue sambil menyingkirkan mangkuk berisi coto pesanan Priyo. Sedangkan pesan
Read more

018 - Flasback

Gue pun bersiap untuk cerita kepada Mbak Sila mengenai Ryan saat mengantarkan  gue ke rumah. Dimana saat itu mama tengah berada di depan pintu.Flasback on.“Ada mama lagi,” kata gue yang masih bisa didengar oleh Ryan. Sebab tak lama Ryan justru menyahuti perkataan gue.“Kenapa? Yaudah aku silatuhrahmi aja sekalian.”“Ih, jangan deh. Ngeri nanti mamaku kalau ngomong ngaco.”“Ngaco gimana?”Di saat gue lagi debat sama Ryan, tiba-tiba aja mama udah ngetuk pintu penumpang yang terdapat gue. Lha, mampus mau ngusir malahan mama nyamperin ke sini.Tok. Tok. Tok.“Ki, Kiki, kan?”Gue pun menoleh ke Ryan sebentar sebelum membuka pintu penumpang. Bisa gue lihat senyum mama yang begitu mengembang.“Kamu pulang sama si—Masya Allah, kok tampan banget begini, Ki?” Mama langsung aja menatap ke arah Ryan. Beda sama gue yang justru memejamkan mata
Read more

019 - Sang Penolong

Merasa tak ada pilihan lain membuat gue terpaksa menghubungi Ryan. Asli Mbak Sila kejam banget turunin anak perawan tengah jalan begini.Tak ingin menjadi tatapan orang-orang pun, gue mencari ke arah pinggiran yang lumayan rame orang. Gue mendekati ke arah penjual mijon mijon.“Mijon Mbak?”“Enggak.” Gue mencari nomor kontak Ryan di hape dan langsung menekan lambang bentuk telepon. Seperti dugaan gue kalau Ryan begitu gercep angkat teleponnya.“Halo Shakira.”“Ryan ....”“Kamu di mana kok berisik banget sih?”“Aku di jalan.”“Owh ... pantes berisik. Udah sampai mana? Cilandak?”“Bukan, aku di Cawang.”“HAH! Kok bisa sih sampai nyasar ke Jakarta Timur gitu?”“Ceritanya panjang, aku bingung naik angkutan umum ke sana.”“Oke, kamu di mana posisinya?”&ld
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status