Share

014 - Skenarionya Nggak Gini Harusnya

Aku melihat Panji berjalan mendekat ke arahku. Namun, tampak dia tak membawa anaknya. Entah ke siapa Panji menitipkan anaknya itu.

“Ki.”

“Ya.”

“Bisa bicara sebentar?”

“Bicara aja.”

“Nyari tempat yang enak, mau?”

Hah, nyari tempat yang enak? Apa nih maksudnya? Kenapa ambigu begini ucapannya.

“Di depan sana ada kafe, mau?”

Reflek kepalaku menatap ke arah kafe di seberang jalan gedung. Entah kenapa aku langsung mengangguk setuju.

Dan di sinilah aku dan Panji saat ini, duduk berdua di dalam kafe. Kita berdua pun masih saling diam-diaman satu sama lain. Bahkan aku bisa melihat kalau Panji tengah berpikir saat ini.

“Ki, sebelumnya aku minta maaf sama kamu. Beberapa tahun lalu aku—“

“Nggak usah dibahas.”

“Tapi aku perlu bahas ini ....”

“Kenapa? Kenapa bahas sesuatu yang sudah berlalu?”

“Hidupku nggak tenang. Kepikiran kamu.”

Hah! Omong kosong. Hidup nggak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status