Semua Bab Mawar Hitam Sang Presdir: Bab 11 - Bab 20

119 Bab

11. Serangan Kecil Untuk Guru Rosella

"Guru Rosella, kau habis dari mana?" tanya Jovan. Nadanya lebih lembut dari beberapa saat lalu.Rosella yang mengira sikap Jovan mulai berubah menjadi lebih baik kepadanya lantas tersenyum. "Aku tadi pergi untuk mengambil barangku agar aku bisa pindah ke sini," jawab gadis ini.Jovan pun mengangguk mengerti. Ia lalu dengan canggung menawarkan bantukan pada Rosella. Bocah ini mengulurkan satu tangannya ke arah Rosella tanpa bicara.Melihat itu, kening Rosella lantas berkerut sedang netranya menatap Jovan bingung. "Ada apa, Jovan?" ujar wanita ini.Alih-alih menjawab pertanyaan tutor dan pengasuh barunya, Jovan justru menunjuk strap bahu sebelah kanan tas Rosella, dan kemudian beberapa kali mengetuk strap bahu tersebut dengan jari telunjuknya pelan."Apa yang kau lakukan?" tanya Rosella pada Jovan."Biar kubantu kau membawa barangmu ke kamar." Jovan tersenyum tipis pada tutor dan pengasuh barunya itu.Dengan tegas Rosella menggelengkan kepalanya. "Oh tak pe
Baca selengkapnya

12. Hantu Di Dapur Keluarga Alba

Saat Jovan juga Jiro dan keempat sepupu mereka tertawa, Rosella yang berdiri di tepi kolam renang sambil menatap keenam bocah laki-laki tampan itu memicingkan matanya sementara kedua tangannya mengepal kuat, lalu wajahnya merah padam juga terasa panas, dan kepalanya seperti keluar asap."Bye-bye penyihir...." Jovan dan Mark melambaikan tangan pada Rosella. Lalu detik berikutnya, mereka masuk ke dalam rumah—meninggalkan Tutor dan Pengasuh baru mereka yang menggeram dengan menggertakan giginya sementara rahangnya mengeras saat ia melihat mereka melambaikan tangan kepadanya."Sampai jumpa, penyihir...." timpal Riku dan Riyu disertai dengan senyum mereka yang lebar. Anak kembar Wendy ini juga melambaikan tangan kepada Rosella, dan kemudian mereka menyusul Jovan juga Mark."Semangat, penyihir...." seru Jiro dan Chio kepada Rosella dengan senyum lebar dan raut wajah senang juga. Tampaknya duo bungsu ini menganggap sang Tutor dan Pengasuh baru itu sebagai taman bermain baru mer
Baca selengkapnya

13. Setelah Memandang Bintang Malam

Untuk sesaat Rosella tercekat setelah mendengar penuturan si bungsu, Jiro. Namun kemudian, wanita 40an ini berkedip dan berdeham. "Beruang suka memakan anak kecil," ucap Rosella, mengulangi kalimat Jiro dengan nada rendah. Ia kemudian mengangguk mengerti dan tersenyum pada putra bungsu Rex itu. "Ya, aku mengerti. Beruang itu suka makan anak kecil. Pasti sangat menakutkan karena kau masih kecil. Lupakan perkataanku tadi. Maaf," jelasnya.Alih-alih menjawab permintaan maaf Rosella, Jiro justru mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Lalu ia sadar bahwa saat itu ia sedang berada di dapur. "Hhhhhh..." Jiro menghela napas. "Aku tidur berjalan lagi," katanya."Begitu rupanya." Sekali lagi, samar-samar Rosella mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, di mana kamarmu? Aku akan mengantarmu ke kamar," terangnya pelan juga lembut dan dengan tenang. Tak ada raut wajah dan nada bicara kesal seperti beberapa saat sebelumnya."Di lantai atas. Tapi aku ingin bertemu dengan Ibu dulu," jawa
Baca selengkapnya

14. Sepenggal Rahasia Keluarga Alba

Cerita Bibi Grace tentang apa yang terjadi kepada wanita yang menjadi Tutor dan Pengasuh di keluarga Alba sebelum Rosella seketika membuat rasa mual di perut Rosella semakin bergejolak. Dan, kali ini, ia juga bergedik ngeri. Namun kemudian, Rosella menghela napas panjang guna menetralisir perasaan buruk yang tengah mengintimidasinya saat itu. Setelah itu, bibirnya tersenyum kepada Bibi Grace. "Begini, Bibi Grace.. Memang aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan menghadapi anak-anak tampan itu. Tapi aku yakin jika kita memperlakukan mereka dengan baik, maka mereka juga akan melakukan hal yang sama," ujar Rosella, tegas. Bibi Grace pun mengangguk setuju. "Ya, itu benar, Nona Rosella," ucap Bibi Grace dengan tenang dan lembut seperti biasanya. "Nona Rosella mungkin tidak berniat menyakiti siapa pun. Tapi itu tidak berarti orang lain tidak berniat menyakitimu. Semoga kau selalu beruntung dengan apa yang kau lakukan, Nona Rosella." Bibi Grace beralih dari hadapan Rose
Baca selengkapnya

15. Mengenal Si Bungsu Lebih Dekat

Usai mengetahui di mana keberadaan Ibunya Jiro, Jovin dan Jovan, Rosella bersama Rhea bergegas pergi ke kamar tidur si bungsu Jiro. Di kamar tidur, Jiro duduk dengan tenang di meja belajarnya dengan didampingi oleh Rhea di sampingnya, sementara Rosella memperhatikan mereka dengan berdiri—tidak jauh—di belakang mereka sambil memegang notebook dan pena. Kedua benda tersebut akan Rosella gunakan untuk mencatat hal-hal penting saat ia melihat Rhea memeriksa tugas sekolah Jiro. "Jiro.." Rhea mengalihkan pandangannya dari buku pelajaran di tangannya ke Jiro yang duduk di sampingnya. "Kenapa kau tidak pelajari aksara Mandarin?" tanya wanita ini lembut saat bertatapan dengan putra bungsu Rex itu. "Aksara Mandarin terlalu sulit," keluh Jiro. "Aku tak mau mempelajarinya," terang bocah berwajah mungil dan bertubuh tinggi ini saat ia dan Rhea masih berpandangan. "Apa aku harus mempelajarinya?" tanyanya begitu polos. Sehingga, Rosella yang mendengarnya refleks tersenyum.
Baca selengkapnya

16. Hadiah Perdamaian Untuk Rosella

"Kk—kalian tidak perlu repot-repot begini. Lagi pula aku memang tidak lapar. Dan, sebentar lagi juga makan malam, bukan?" ujar Rosella sedikit terbata-bata, dan masih dengan ekspresi jijik bercampur mual.Jovan dan Mark kemudian menggeleng tegas secara serentak. "Tidak repot sama sekali, Guru Rosella," jawab Jovan. "Kita tidak pernah berbicara secara langsung dengan baik sebelumnya," kata salah satu putra kembar Rex ini. Dan, Rosella pun mengangguk membenarkan kata-kata Jovan itu. "Dan... Karena kau adalah Tutor juga Pengasuh tinggal baru kami—""Lantas?" potong Rosella cepat dan lugas."Kami ingin memberimu hadiah perdamaian," ucap Mark kini. Dan kemudian, Jovan mengangguk tegas."Jadi, aku dan Kak Mark—kami membuat roti lapis ini untukmu," terang Jovan disertai dengan bibirnya yang melengkung ke atas, membentuk bulan sabit yang indah. Ia tampak ramah dan sopan saat berbicara dengan sang Tutor dan Pengasuh tinggal baru.Kontan kedua mata coklat gelap Rosella mem
Baca selengkapnya

17. Tujuh Bocah Kematian

Seketika saja netra Rosella membola besar usai mendengar penuturan Jovan. Namun kemudian, wanita ini mendengus kasar. "Anak-anak... Jangan melanggar janji kalian!" tegasnya sambil melotot ke arah Jovan juga Mark, Riku, Riyu, dan Chio silih berganti.Kelima bocah tampan itu pun mengangguk tegas. "Tidak akan!" balas Mark, tidak kalah tegas dari Rosella.Lalu detik berikutnya, dengan gugup Rosella mulai memasukkan roti lapis ke dalam mulut dan menggigitnya secara perlahan. Sebagai reaksinya, kelima bocah tampan dari keluarga kaya yang melihat itu berpura-pura dengan mengernyitkan wajah sembari menutup hidung mancung mereka dengan telapak tangan."Ini adalah selai kacang dengan almon jenis yang kasar," ungkap Rosella—makan sambil bicara—pada Mark, Riku, Riyu, Chio dan Jovan. "Aku menyukainya," imbuhnya. Mendengar itu, kelima bocah tampan itu lantas menatap Rosella terkejut, tak percaya, dan bercampur kesal."Ini sangat lezat." Rosella menggigit roti lapis selai kacang it
Baca selengkapnya

18. Janji Dengan Jovan

Rosella melebarkan senyumnya dan mengangguk. "Sudah jelas, Jovin, kau mencari alasan untuk mengusirku dari sini," balasnya. Jovin mengusap dagu sambil membuang muka ke arah lain lain. "Tidak kuakui dan bantah," jawab bocah laki-laki ini tanpa menatap Rosella. "Baiklah—" "Kau akan pergi? Bagus! Pintu keluar ada di lantai satu. Kau bisa pergi dari rumah ini sendiri, bukan? Atau mau kutunjukkan jalannya?" potong Jovin cepat. "Aku akan tampil di acara ulang tahun Nenekmu," jelas Rosella tegas. Seketika saja Jovin terbahak-bahak setelah ia mendengar Rosella dengan tegas mengatakan bahwa ia akan tampil di acara perayaan ulang tahun neneknya. "Kau akan tampil di acara ulang tahun Nenekku? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Jovin. Mendengar itu, kening Rosella lantas berkerut dan netranya menatap Jovin bingung. "Kenapa memangnya?" tanya wanita 40an ini pada salah satu anak asuhnya itu. "Kau tidak boleh tampil." Jovin memandang sang Tutor dan Pengasuh tinggal baru di hadapannya i
Baca selengkapnya

19. Saingan Guru Rosella

Rupanya saat itu Wendy mengajak Rosella ke walk in closet di salah satu kamar yang tak berpenghuni tetapi rapi dan bersih. Entah kamar siapa itu tapi Rosella melihat banyak sekali pakaian bagus, memesona, dan modern di walk in closet di kamar tidur itu. Selera fesyennya sangat bagus, pikir Rosella. "Nona Rosella, silakan melihat-lihat dan tentukan pilihanmu," jelas Wendy, tenang, santai dan ramah seperti biasanya. Ia bahkan tidak lupa dengan senyumnya kepada Rosella. Rosella mengangguk seraya membalas senyuman Wendy. "Akan kulakukan, Nyonya Wendy. Tapi, kalau tidak ada...." Mata Rosella terbelalak saat ia melihat beberapa pakaian di lemari adalah baju yang ia butuhkan. Karena itu, Dengan wajah terkejut bercampur senang, Rosella berlari cepat ke arah baju tersebut. "Astaga ... hebat! Ini tampak seperti pakaian dari kabaret," kata Rosella saat ia melihat dan memegang salah satu baju di depan matanya. "Nyonya Wendy...." Wanita 40an ini berbalik menatap Wendy yang berdiri dan tertawa d
Baca selengkapnya

20. Si Kecil, Jiro, Hilang?!

Rosella yang terdiam sejenak sambil menatap Jiro bingung kemudian tersenyum sambil mengangguk samar. "Permintaan apa? Katakan saja," ucap Rosella pelan dan lembut. Ia begitu ramah pada putra bungsu Rex itu. "Nona Rosella... Tolong jangan beritahu siapapun tadi aku menangis. Jika kakak-kakakku tahu, mereka akan meledekku karena cengeng. Aku bukan bayi," ungkap Jiro tegas. Seketika saja Rosella tersenyum dan mengangguk tegas pada Jiro. "Baik. Aku tidak akan memberitahu siapa pun," balasnya, memahami perasaan Jiro. Mendengar itu, Jiro lantas melebarkan senyumnya kepada Rosella. "Janji?" Jiro mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Rosella. Dan, Rosella yang masih tersenyum dengan cepat menganggukkan kepalanya tegas. Wanita 40an itu kemudian mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Jiro, dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Jiro. "Petir membuatku takut. Jadi, aku hanya menangis sedikit. Bukan karena aku merindukan Ibuku," terang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status