"Kk—kalian tidak perlu repot-repot begini. Lagi pula aku memang tidak lapar. Dan, sebentar lagi juga makan malam, bukan?" ujar Rosella sedikit terbata-bata, dan masih dengan ekspresi jijik bercampur mual.
Jovan dan Mark kemudian menggeleng tegas secara serentak. "Tidak repot sama sekali, Guru Rosella," jawab Jovan. "Kita tidak pernah berbicara secara langsung dengan baik sebelumnya," kata salah satu putra kembar Rex ini. Dan, Rosella pun mengangguk membenarkan kata-kata Jovan itu. "Dan... Karena kau adalah Tutor juga Pengasuh tinggal baru kami—""Lantas?" potong Rosella cepat dan lugas."Kami ingin memberimu hadiah perdamaian," ucap Mark kini. Dan kemudian, Jovan mengangguk tegas."Jadi, aku dan Kak Mark—kami membuat roti lapis ini untukmu," terang Jovan disertai dengan bibirnya yang melengkung ke atas, membentuk bulan sabit yang indah. Ia tampak ramah dan sopan saat berbicara dengan sang Tutor dan Pengasuh tinggal baru.Kontan kedua mata coklat gelap Rosella memSeketika saja netra Rosella membola besar usai mendengar penuturan Jovan. Namun kemudian, wanita ini mendengus kasar. "Anak-anak... Jangan melanggar janji kalian!" tegasnya sambil melotot ke arah Jovan juga Mark, Riku, Riyu, dan Chio silih berganti.Kelima bocah tampan itu pun mengangguk tegas. "Tidak akan!" balas Mark, tidak kalah tegas dari Rosella.Lalu detik berikutnya, dengan gugup Rosella mulai memasukkan roti lapis ke dalam mulut dan menggigitnya secara perlahan. Sebagai reaksinya, kelima bocah tampan dari keluarga kaya yang melihat itu berpura-pura dengan mengernyitkan wajah sembari menutup hidung mancung mereka dengan telapak tangan."Ini adalah selai kacang dengan almon jenis yang kasar," ungkap Rosella—makan sambil bicara—pada Mark, Riku, Riyu, Chio dan Jovan. "Aku menyukainya," imbuhnya. Mendengar itu, kelima bocah tampan itu lantas menatap Rosella terkejut, tak percaya, dan bercampur kesal."Ini sangat lezat." Rosella menggigit roti lapis selai kacang it
Rosella melebarkan senyumnya dan mengangguk. "Sudah jelas, Jovin, kau mencari alasan untuk mengusirku dari sini," balasnya. Jovin mengusap dagu sambil membuang muka ke arah lain lain. "Tidak kuakui dan bantah," jawab bocah laki-laki ini tanpa menatap Rosella. "Baiklah—" "Kau akan pergi? Bagus! Pintu keluar ada di lantai satu. Kau bisa pergi dari rumah ini sendiri, bukan? Atau mau kutunjukkan jalannya?" potong Jovin cepat. "Aku akan tampil di acara ulang tahun Nenekmu," jelas Rosella tegas. Seketika saja Jovin terbahak-bahak setelah ia mendengar Rosella dengan tegas mengatakan bahwa ia akan tampil di acara perayaan ulang tahun neneknya. "Kau akan tampil di acara ulang tahun Nenekku? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Jovin. Mendengar itu, kening Rosella lantas berkerut dan netranya menatap Jovin bingung. "Kenapa memangnya?" tanya wanita 40an ini pada salah satu anak asuhnya itu. "Kau tidak boleh tampil." Jovin memandang sang Tutor dan Pengasuh tinggal baru di hadapannya i
Rupanya saat itu Wendy mengajak Rosella ke walk in closet di salah satu kamar yang tak berpenghuni tetapi rapi dan bersih. Entah kamar siapa itu tapi Rosella melihat banyak sekali pakaian bagus, memesona, dan modern di walk in closet di kamar tidur itu. Selera fesyennya sangat bagus, pikir Rosella. "Nona Rosella, silakan melihat-lihat dan tentukan pilihanmu," jelas Wendy, tenang, santai dan ramah seperti biasanya. Ia bahkan tidak lupa dengan senyumnya kepada Rosella. Rosella mengangguk seraya membalas senyuman Wendy. "Akan kulakukan, Nyonya Wendy. Tapi, kalau tidak ada...." Mata Rosella terbelalak saat ia melihat beberapa pakaian di lemari adalah baju yang ia butuhkan. Karena itu, Dengan wajah terkejut bercampur senang, Rosella berlari cepat ke arah baju tersebut. "Astaga ... hebat! Ini tampak seperti pakaian dari kabaret," kata Rosella saat ia melihat dan memegang salah satu baju di depan matanya. "Nyonya Wendy...." Wanita 40an ini berbalik menatap Wendy yang berdiri dan tertawa d
Rosella yang terdiam sejenak sambil menatap Jiro bingung kemudian tersenyum sambil mengangguk samar. "Permintaan apa? Katakan saja," ucap Rosella pelan dan lembut. Ia begitu ramah pada putra bungsu Rex itu. "Nona Rosella... Tolong jangan beritahu siapapun tadi aku menangis. Jika kakak-kakakku tahu, mereka akan meledekku karena cengeng. Aku bukan bayi," ungkap Jiro tegas. Seketika saja Rosella tersenyum dan mengangguk tegas pada Jiro. "Baik. Aku tidak akan memberitahu siapa pun," balasnya, memahami perasaan Jiro. Mendengar itu, Jiro lantas melebarkan senyumnya kepada Rosella. "Janji?" Jiro mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Rosella. Dan, Rosella yang masih tersenyum dengan cepat menganggukkan kepalanya tegas. Wanita 40an itu kemudian mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Jiro, dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Jiro. "Petir membuatku takut. Jadi, aku hanya menangis sedikit. Bukan karena aku merindukan Ibuku," terang
"Mungkinkah Jiro tidur sambil berjalan sampai ke luar rumah, dan di luar saat hujan?!" Bibi Grace terbelalak saat ia menatap Rex, Wendy dan suaminya silih berganti. "Bibi Grace, jangan mengatakan hal menakutkan!" tegas Wendy, memperingatkan si ART. "Jiro belum pernah melakukan hal seperti itu," ujar Rex pada Bibi Grace, datar. "Hhhhh..." Jovin mendengus kasar dan menggeleng heran. "Ada apa denganmu, Bibi Grace?" tanya Jovin, sinis. "Hm... Aku hanya khawatir, itu saja," balas si ART keluarga Alba ini. "Bibi Grace, bisa periksa kamar tidur Nona Rosella? Hanya itu yang belum kuperiksa," ucap Rex. Segera, Bibi Grace melaksanakan perintah sang Presdir. "Kalau dipikir-pikir, kenapa Nona Rosella tidak juga keluar saat ada keributan?" kata Jovin, bergumam setelah Bibi Grace meninggalkan kamar tidur Jovan dan pergi ke kamar tidur Rosella, yang kemudian disusul oleh Wendy juga suaminya dan Rex Alba. "Hey, ayo!" Jovin meng
"Baik," balas Rosella pelan. Ia kemudian berjalan di belakang Rhea yang membawanya ke ruang makan. Di ruang makan, Rhea dan Rosella duduk dengan saling berhadapan di meja makan. Sementara, Bibi Grace menyeduh teh di island di belakang meja makan. "Nona Rosella, aku tak peduli betapa takutnya Jiro, seharusnya kau tidak membiarkan Jiro tidur denganmu," kata Rhea tegas saat ia menegur Rosella. Rosella yang duduk di hadapan Rhea dengan raut wajah bersalah melipat bibirnya ke dalam dan sedikit menunduk. "Ya, aku memang tidak bijaksana, Nona Rhea," akunya. "Hhhhh...." Rhea yang kesal mendengus kasar usai mendengar penuturan Rosella itu. "Setidaknya kau harus meneleponku," ucap Rhea saat ia menatap Rosella, sinis, sementara nada bicaranya marah. "Mulai sekarang hubungi aku jika terjadi sesuatu pada anak-anak baik larut malam atau dini hari," tegasnya. Rosella lantas mengangguk tegas. "
"Ini bonus," jawab Rex. Mendengar itu, dengan cepat Rhea mengalihkan pandangannya dari amplop putih di tangannya kepada sang Presdir di hadapannya. "Nona Rhea, kau telah melakukan tugas Tutor selama lebih dari sebulan. Kau melakukan banyak hal untuk kami. Dan, kau juga sering lembur," bebernya secara runut. Sekali lagi, Rhea menggeleng pada Rex. Kemudian, ia menyodorkan amplop putih yang dipegangnya kembali kepada sang Presdir. "Tidak apa-apa, Pak Rex. Kau tidak perlu melakukan ini," katanya, tak enak hati. "Jangan menolaknya, Nona Rhea," tegas Rex. "Aku akan merasa lebih baik dengan melakukan ini," ungkapnya. "Kalau begitu...." Sambil tersenyum, Rhea menarik kembali amplop putih itu. "Aku akan menerimanya dengan senang hati." "Aku ingin memberimu istirahat selama tiga pekan. Tapi hal itu harus menunggu sampai Tutor dan Pengasuh baru terbiasa. Jadi... Nona Rhea, tolong lebih berhati-hati agar Nona Rosella bisa segera beradaptasi," pinta Rex.Usai mendengar penuturan sang Presd
"Tidak mungkin, Bibi Grace," balas Rhea. Nadanya terdengar pongah. "Pimpinan tidak mungkin mengabaikan keinginan orangtuanya. Secara khusus orang tua Pimpinan memintaku menjaganya dan anak-anaknya. Dan Pimpinan sangat menghormati orangtuanya. Cintanya pada mereka sangat besar," beber Rhea lugas. "Menurutmu apa artinya itu?" Rhea menatap Bibi Grace. Yang ditanya dan ditatap hanya diam saja. "Bukankah itu artinya aku harus menjadi istrinya berikutnya?" tanya asisten Rex ini lagi."Begitukah? Apakah kau merekam pembicaraan itu?" ucap Bibi Grace, balik bertanya kepada Rhea alih-alih menjawab pertanyaan asistennya Rex itu."Aku tidak merekamnya, tetapi Pimpinan juga ada di sana saat orangtuanya membicarakan hal itu," ungkap Rhea lugas. "Jadi, jangan mengkhawatirkan apa pun mulai sekarang," pinta wanita ini kepada Bibi Grace tegas. Bibi Grace hanya mengangguk pelan. Wanita tua itu kemudian bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur.Tidak berselang lama setelah kepergian Bibi Grace ke dapur,