"Tidak mungkin, Bibi Grace," balas Rhea. Nadanya terdengar pongah. "Pimpinan tidak mungkin mengabaikan keinginan orangtuanya. Secara khusus orang tua Pimpinan memintaku menjaganya dan anak-anaknya. Dan Pimpinan sangat menghormati orangtuanya. Cintanya pada mereka sangat besar," beber Rhea lugas. "Menurutmu apa artinya itu?" Rhea menatap Bibi Grace. Yang ditanya dan ditatap hanya diam saja. "Bukankah itu artinya aku harus menjadi istrinya berikutnya?" tanya asisten Rex ini lagi."Begitukah? Apakah kau merekam pembicaraan itu?" ucap Bibi Grace, balik bertanya kepada Rhea alih-alih menjawab pertanyaan asistennya Rex itu."Aku tidak merekamnya, tetapi Pimpinan juga ada di sana saat orangtuanya membicarakan hal itu," ungkap Rhea lugas. "Jadi, jangan mengkhawatirkan apa pun mulai sekarang," pinta wanita ini kepada Bibi Grace tegas. Bibi Grace hanya mengangguk pelan. Wanita tua itu kemudian bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur.Tidak berselang lama setelah kepergian Bibi Grace ke dapur,
Sesaat setelah Rex berlalu dari hadapannya, sang Tutor dan Pengasuh tinggal baru keluarga Alba naik ke lantai dua, ia mencoba pergi ke kamar tidur Jovan untuk memeriksa keadaan salah satu putra kembar Rex itu. "Apa maumu?!" Jovan mengernyit. Ia menatap Rosella bingung saat wanita itu masuk ke kamar tidurnya setelah mengetuk pintunya dahulu. "Jovan... Apa ada masalah? Aku melihat ada tanah di seragammu, dan keliman di baju juga celanamu koyak," ucap Rosella dengan tenang. "Apa kau jatuh?" tanyanya, lembut. "Jangan hiraukan aku, dan tutup pintunya saat kau keluar," balas Jovan, dingin. Ia yang duduk di depan meja belajarnya kemudian bangkit dari duduknya dan berbaring di kasurnya. "Baik, aku akan melakukannya." Rosella menatap Jovan yang berbaring di kasur dengan memunggunginya. Setelah itu, wanita ini meninggalkan Jovan sendirian di kamar tidurnya. "Apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika aku dipecat?" gumam Rosella selagi ia berdiri
Setelah mengantar Jiro sekolah, Rosella langsung pulang ke rumah keluarga Alba. Saat tiba di rumah, wanita 40an itu pergi ke dapur untuk mengambil minum.Namun, di dapur, Rosella bertemu dengan Bibi Grace yang baru selesai membuat sarapan untuk tuan rumah—Rex Alba juga adik perempuan dan saudara iparnya alias suaminya Wendy, serta para pekerja yang bekerja untuk keluarga mereka."Nona Rosella, bisa bantu aku bawakan Geotjeori ini kepada Pak Taylor di paviliun?" tanya Bibi Grace selagi ia menutup kotak makan berisi Geotjeori di hadapannya. Yang diajak bicara beringsut dari depan kulkas ke arahnya. "Kau bisa sekalian menyapa. Kalian berdua belum bertemu, bukan?" imbuh ART keluarga Alba ini.Rosella mengangguk dan tersenyum lebar. "Tentu, aku akan melakukannya," balasnya pada Bibi Grace pelan juga lembut dan ramah seperti biasanya. Mendengar itu, Bibi Grace lantas mengangsurkan kotak makan itu kepada Rosella. Dan, Rosella pun mengambilnya lalu ia bergegas per
"Tentang ini... Aku akan mendiskusikannya dengan Nona Rhea dahulu." Rosella mengambil napas. "Berpura-puralah tak tahu apa-apa untuk saat ini," terang wanita ini saat menatap Taylor. "Seperti kata Bibi...." Ia mengalihkan pandangannya pada istri Taylor. "Aku tak mau kita dipecat. Kita tak punya rumah lagi," jelasnya tegas lalu meletakkan kotak makan yang dibawanya di atas meja di dekat pintu masuk. Usai meletakkan kotak makan, Rosella melangkah ke arah pintu masuk, berencana untuk pergi dari paviliun. Namun kemudian, ia berhenti tepat di depan pintu masuk dan berbalik ke belakang, menatap paman dan bibinya. "Omong-omong, sedang apa Bibi di sini?" tanya Rosella pada istrinya Taylor. Nadanya bingung sementara dahinya berkerut dan netranya menatap sang bibi tajam. Alih-alih menjawab rasa penasaran Rosella, wanita yang tak lagi muda itu justru diam membisu. Dengan raut wajah datar, ia lalu menunduk sambil menggigit bibir dan memilin ujung bajunya. Melihat bahasa tubu
Seketika saja Taylor terkejut setelah ia mendengar penuturan sang istri. Ia kemudian beralih menatap Rosella. "Zetta... Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyanya pada Tutor dan Pengasuh tinggal baru keluarga Alba itu. Nadanya cemas. Baru saja Rosella akan menjawab pertanyaan Taylor, Sofia, sudah lebih dulu buka suara. "Kau masih tanya?" ujar Sofia kepada Taylor sedikit ketus. "Daripada keduanya dipecat, lebih baik salah satu mempertahankan pekerjaan," jelas wanita ini. "Apa?!" Taylor dan Rosella berseru serentak sambil membelalak ke arah Sofia. "Iya...." Sofia mengangguk. "Tidak ada pilihan lain. Zetta, kau harus berhenti dari pekerjaanmu saat ini," ucap Sofia tegas. Penuturan Sofia itu kontan membuat telinga dan wajah Rosella terasa panas dan menjadi merah padam. "Kenapa Bibi menyuruhku berhenti? Kenapa bukan Paman saja yang harus berhenti dari pekerjaannya?" cerca wanita 40an ini pada bibinya, ketus. "Jika Pamanmu berhenti bekerja, kami tidak punya t
Setelah bercerita, malam itu, Jovan menemui lagi geng murid laki-laki yang menindasnya. Tentunya kali ini ia datang dengan membawa Guru Rosella. Guru Rosella datang berpakaian training kuning ala si jago silat, dan memperkenalkan dirinya sebagai noona yang artinya adalah kakak perempuan bagi Jovan. "Hey! Apa kalian berandal yang merundung Jovan selama ini?!" ujar Rosella sinis tatkala ia menatap nyalang geng murid laki-laki di hadapannya silih berganti. Bukannya menjawab pertanyaan Rosella, geng murid laki-laki itu justru tersenyum miring, meremehkan Rosella. "Kalian semua...." Tanpa rasa takut dan ragu-ragu, Rosella menunjuk geng murid laki-laki yang berdiri tepat di depannya dan Jovan. "Kemarilah!" katanya, tegas. "Ck!" Salah satu murid laki-laki yang berdiri paling depan dan mengenakan jaket hitam berdecak. Rupanya, ia merupakan ketua dari geng murid laki-laki yang meninda
Rex yang duduk di samping ranjang bibinya sambil menggenggam tangan wanita paruh baya itu hanya diam dan menangis. "Berjanjilah kepadaku, Rex," sambung Bibinya Rex. Nadanya memohon. Dengan cepat Rex mengangguk. "Ya. Aku berjanji, Bibi." Presdir Rex Alba memahami betul maksud wasiat mendiang bibinya. Jadi, saat ia tiba di rumah, meski berat hati, ia berusaha move on dari wanita yang pernah dicintai dan dinikahinya untuk waktu yang tak sebentar dengan menyingkirkan barang dan foto istrinya yang sebentar lagi akan ia ceraikan dari ruang keluarga dan ruang kerjanya. *** "Bibi Grace...." Rosella yang baru saja tiba di anak tangga terakhir lantai satu bertemu Bibi Grace yang akan pergi ke dapur. Mendengar namanya dipanggil, Bibi Grace kontan menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang. "Oh, Nona Rosella... Ada apa kau memanggilku?" tanya wanita ini. Nadanya penasaran. "Buk
"Jovan...." Rex menatap Jovan dan Bibi Grave silih berganti. "Ada apa ini?" tanyanya kepada Jovan. "Jangan membentak Bibi Grace," ucapnya, menegus Jovan pelan tetapi tegas. "Ayah menyuruh Bibi Grace menyingkirkan foto Ibu? Sungguh?" balas Jovan, bertanya balik pada Rex. Nadanya marah, dan ia tampak seperti orang yang akan menangis. Rex mengangguk pelan. "Ya, Ibu sudah hampir dua tahun meninggalkan kita dan tinggal di luar negeri," jawab Rex, dengan tenang. "Jangankan pulang, menelepon pun tidak pernah bahkan hanya untuk sekali saja. Sepertinya, dia sudah tak berniat untuk kembali ke rumah ini. Jadi, ya, Ayah pikir—" "Teganya Ayah menyingkirkannya? Apa hak Ayah memindahkan barang Ibu? Kalian bahkan belum bercerai. Kenapa memindahkannya?! Ini baru hampir dua tahun," sarkas Jovan pada ayahnya. "Jika kalian benar-benar akan berpisah, lakukan semua ini setelah kalian resmi bercerai. Atau, setidaknya bicarakan soal ini kepadaku dan Jovan dahulu. AtauAyah pun
"Rex di sini," gertak Rex di telepon."Rex, aku minta maaf—""Kau belum menemukannya?" Rex menyela.Connor mendesah. "Tidak. Kami masih mengerjakannya, tetapi aku harus memberitahumu bahwa kesepakatan Park Hill—""Connor, aku tidak peduli tentang kesepakatan Park Hill—"“Kita kalah,” kata Connor. Itu menarik perhatian Rex. “Tunggu, apa?”“Kita kalah,” ulang Connor. “Bagaimana kita bisa kalah? Kesepakatan sudah dilakukan. Tangan sudah berjabat tangan. Janji diberikan,” kata Rex, terkejut tidak percaya. “Kontrak tidak ditandatangani,” jelas Connor. “Kata-kata seseorang adalah miliknya—”“Bos, aku tahu. Tapi Joe Rees mendapat tawaran menit terakhir, dan itu sekitar dua persen lebih tinggi darimu, jadi dia menerimanya,” beber Connor. “Dua persen?”“Ya, aku tahu. Itu margin yang sangat kecil. Hampir seperti mereka tahu berapa banyak yang kau tawarkan dan kemudian menaikkannya cukup untuk membuat Rees membatalkannya.”“Itu men
"Apa yang coba kau katakan?" tanya Rosella pada Chris. "Jangan seperti anak kecil. Aku akan menunggu informasi lebih lanjut besok." Chris mengakhiri panggilan. Rosella menyeka pipinya, tidak menyadari bahwa ia mulai menangis. Rosella pikir bahwa ia harus keluar. Pergi. Tapi ke mana ia akan pergi? Ke mana pun lebih baik daripada penjara, ia rasa.Rosella memeriksa tasnya, memastikan setidaknya ia membawa dompet. Ia bisa meninggalkan semua yang lain. Ia berputar kembali saat matahari mulai terbenam. Ia yakin semua orang sudah menjauh dari pandangan sekarang. Bahkan Rex. Ia bertanya-tanya apakah Rex keluar mencarinya atau apakah Rex kembali ke rumah.Butuh waktu hampir satu jam untuk kembali; kaki Rosella mulai sakit. Satu-satunya cahaya datang dari bulan purnama saat ia mendekati gedung itu. Rosella memeriksa sekeliling gedung dan mencetak skor saat ia melihat kayu di atas celah yang kemungkinan akan mereka pasang pintu. Rosella menyelinap masuk, dan ia berkeliaran di tem
Rex berhenti sejenak karena Rosella kesal, yang membuatnya terkejut. Rex pikir mereka akan segera bertemu, tetapi cara Rosella menuduh Rex bersikap mencurigakan, membuatnya bertanya-tanya apakah Rosella atau seseorang yang ia kenal kehilangan uang dalam transaksi tanah spekulatif.“Tidak. Itu penting. Ada beberapa orang yang kacau dalam bisnis real estat dan jika ada seseorang yang menurutku tidak mampu, aku mencoba memperingatkan mereka. Tetapi banyak orang tidak menginginkan bantuan, Rosella. Seperti beberapa minggu atau bulan yang lalu, seseorang bunuh diri setelah menginvestasikan seluruh tabungan hidupnya dalam skema investasi untuk membeli properti hotel ini. Orang yang menjalankan skema itu tidak memiliki cukup uang untuk tawaran minimum. Alih-alih memberi tahu investornya, dia kabur membawa uangnya,” beber Rex. “Tempat ini? Yang sedang kita lihat?” Rosella berputar pelan di tengah lobi yang penuh debu. Kaca untuk unit ritel sedang dipasang, dan meja resepsionis marm
Rosella memberitahu Chris tentang kesepakatan Park Hill. Ia mengambil file yang disimpan dan melampirkannya sebelum ia menghapus jejak informasi apa pun dari ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Rasa bersalah mulai menggerogoti Rosella.Rasa bersalah itu menyusup dari sekeliling Rosella. Rasa bersalah terhadap Rimba dan tidak bisa menjaga performanya. Rasa bersalah atas apa yang mungkin ia lakukan pada Hugo Kenyataan.Rex berkata dulu itu perusahaannya adalah milik ayahnya. Dan yang mengejutkan Rosella, bagian yang paling membuatnya merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa ia mengkhianati Rex.Rosella seharusnya tidak merasa bersalah atas hal itu, tetapi ia merasa bersalah. Tidak peduli seberapa sering ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang membalas kematian Rimba, rasa bersalah itu tetap ada.Rosella meraih handuk untuk menyeka wajahnya. Satu-satunya saat rasa bersalah dan amarah itu tidak mencoba menguasainya adalah ketika Rex memeganginya. Kendali yan
Rosella menatap ke bawah ke set catur, dan jantungnya mulai berdebar. Ia mengusap telapak tangannya yang berkeringat di pahanya, mencoba mencari tahu bagaimana ia akan keluar dari situasi ini. Rasa bersalah yang seharusnya tidak ia rasakan seketika menyerangnya. "Ini indah," Rosella mengakui, mengambil ratu dari Rex. "Kenapa Joy dan Chris harus meletakkan ini di resumeku yang dibuat-buat?" Rosella menggerutu dalam hati. Rosella sama sekali tidak tahu apa-apa tentang catur. Biasanya tidak butuh waktu lama bagi Rosella untuk mengingat sesuatu dengan ingatannya, tetapi dalam hal ini, ia sama sekali tidak tahu. Rosella harus mengalihkan perhatian Rex sehingga Rex tidak sadar kalau ia tidak tahu apa yang ia lakukan.Rosella bahkan tidak tahu nama separuh bidaknya, apalagi cara memainkannya. Rosella mencoba mencari di otaknya untuk melihat apakah ia dapat mengingat momen saat orang lain bermain di dekatnya. Kalau saja ia dapat mengingatnya, setidaknya ia dapat mengambil bebe
"Dokumen untuk kesepakatan Park Hill hampir selesai, dan aku akan mengirimkannya kepadamu sore ini. Kami memiliki beberapa petunjuk tentang SUV hitam yang kami incar. Polisi tidak banyak membantu, tetapi orang yang memiliki perusahaan teknologi di lantai atas, Maxim, sedang mengerjakan semacam pengenalan karakter. Aku tidak begitu memahaminya, tetapi dia berpikir bahwa dengan melapisi foto-foto dari CCTV dan membandingkan bentuk-bentuk piksel dengan basis data gambar, kita akan dapat mengidentifikasi pelat nomor SUV tersebut. Aku tidak berpikir itu dapat dilakukan, tetapi dia cukup yakin. Itu berarti kita seharusnya dapat kembali ke kantor sekitar minggu depan mungkin,” beber Cannor. “Tidak perlu terburu-buru,” kata Rex pada Connor. “Kita tidak terburu-buru.”“Kurang dari 24 jam yang lalu kau marah karena kita bekerja di rumah dan ingin mengembalikan hukuman rajam,” Cannor berteriak.“Aku lapar. Aku sudah lama tidak makan, dan emosiku menguasai diriku. Jangan terburu-bu
Rosella mengerang ketika merasakan batang Rex menekan pantatnya. Sementara, tangan Rex menyelinap untuk masuk ke dalam kemeja Rosella. Jari-jari Rex menelusuri perut Rosella hingga ia mencapai kancing celana panjangnya. Rex lalu menarik, melepaskan kancing sebelum mendorong celana Rosella ke bawah kakinya.“Apakah ini yang ada dalam pikiranmu? Ketika kau terus bicara, Rosella?” Kali ini ketika Rex menggerakkan tangannya ke perut Rosella, ia terus turun sampai ke antara kedua paha Rosella. Rosella menggigit bagian dalam pipinya ketika ia mendengar Rex mengeluarkan kutukan pelan di bawah napasnya. Rosella menutup matanya. Ia tidak yakin apakah itu malu atau bukan, tetapi tidak dapat disangkal sekarang bahwa ia terangsang. Celana dalamnya yang basah adalah semua bukti yang Rex butuhkan.“Jawab aku,” tuntut Rex. “Pergilah ke neraka.” Rosella menjerit kecil ketika tangan Rex turun ke pantatnya. Kejutan rasa sakit menghantamnya, entah bagaimana langsung menuju klitorisny
Rosella mengganggu. Rex tidak dapat melakukan apa pun karena ia berpikir apakah Rosella merasa hangat atau tidak cukup panas, apakah Rosella lapar atau ia harus pergi membeli makanan, apakah Rosella mengisap ujung penanya karena itu kebiasaan ataukah ia berfantasi tentang mulutnya di sekitar batangnya. Itu mungkin kebiasaan tapi sial, bibir Rosella akan terlihat sangat melar di atas batang Rex dengan gunung kembarnya keluar dan tangannya terkubur di antara kedua kakinya. Rex bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Rosella mencapai klimaks usai perang dingin yang terjadi pada mereka belakangan ini. Apakah Rosella cepat panas atau butuh waktu untuk menyalakan apinya? Rex senang dengan kedua hal itu."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Connor. Rex terkejut mendengar suaranya. Ia benar-benar lupa bahwa ia sedang menelepon asistennya. "Maaf. Aku sedikit terganggu di sana. Begini, kita harus menyelesaikan urusan Mason. Dari tinjauanku, tampak
Rosella bersumpah Rex Alba tampak seperti akan menciumnya. Rex mendapati Rosella, ia mencondongkan tubuhnya ke arahnya seolah ia menginginkan ciuman itu. Perut Rosella mengeluarkan suara keroncongan keras, dan ia jadi tidak yakin apakah ia ingin mengutuknya atau berterima kasih padanya karena telah mengganggunya dan Rex, tetapi ia tersenyum."Ayo kita makan."Rosella menganggukkan kepala karena sepertinya ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Rex melepaskan tangannya dan meraih tangan Rosella untuk menuntunnya menyusuri lorong. Rosella belum sempat melihat sekeliling, yang jelas rumah terasa sepi. Jadi, ia yakin anak-anak telah tidur dan ia hanya melihat apa yang bisa ia lihat saat mereka berdua menuju dapur.Rumah Rex mengingatkan Rosella pada saat kali pertama ia datang ke rumah itu. Suasana rumah itu juga mengingatkan Rosella pada salah satu rumah mewah di suatu tempat. Semuanya serasi, dan kau bisa tahu tidak ada yang murah. Tetapi tidak ada sentuhan pribadi la