"Baik," balas Rosella pelan. Ia kemudian berjalan di belakang Rhea yang membawanya ke ruang makan.
Di ruang makan, Rhea dan Rosella duduk dengan saling berhadapan di meja makan. Sementara, Bibi Grace menyeduh teh di island di belakang meja makan. "Nona Rosella, aku tak peduli betapa takutnya Jiro, seharusnya kau tidak membiarkan Jiro tidur denganmu," kata Rhea tegas saat ia menegur Rosella. Rosella yang duduk di hadapan Rhea dengan raut wajah bersalah melipat bibirnya ke dalam dan sedikit menunduk. "Ya, aku memang tidak bijaksana, Nona Rhea," akunya. "Hhhhh...." Rhea yang kesal mendengus kasar usai mendengar penuturan Rosella itu. "Setidaknya kau harus meneleponku," ucap Rhea saat ia menatap Rosella, sinis, sementara nada bicaranya marah. "Mulai sekarang hubungi aku jika terjadi sesuatu pada anak-anak baik larut malam atau dini hari," tegasnya. Rosella lantas mengangguk tegas. ""Ini bonus," jawab Rex. Mendengar itu, dengan cepat Rhea mengalihkan pandangannya dari amplop putih di tangannya kepada sang Presdir di hadapannya. "Nona Rhea, kau telah melakukan tugas Tutor selama lebih dari sebulan. Kau melakukan banyak hal untuk kami. Dan, kau juga sering lembur," bebernya secara runut. Sekali lagi, Rhea menggeleng pada Rex. Kemudian, ia menyodorkan amplop putih yang dipegangnya kembali kepada sang Presdir. "Tidak apa-apa, Pak Rex. Kau tidak perlu melakukan ini," katanya, tak enak hati. "Jangan menolaknya, Nona Rhea," tegas Rex. "Aku akan merasa lebih baik dengan melakukan ini," ungkapnya. "Kalau begitu...." Sambil tersenyum, Rhea menarik kembali amplop putih itu. "Aku akan menerimanya dengan senang hati." "Aku ingin memberimu istirahat selama tiga pekan. Tapi hal itu harus menunggu sampai Tutor dan Pengasuh baru terbiasa. Jadi... Nona Rhea, tolong lebih berhati-hati agar Nona Rosella bisa segera beradaptasi," pinta Rex.Usai mendengar penuturan sang Presd
"Tidak mungkin, Bibi Grace," balas Rhea. Nadanya terdengar pongah. "Pimpinan tidak mungkin mengabaikan keinginan orangtuanya. Secara khusus orang tua Pimpinan memintaku menjaganya dan anak-anaknya. Dan Pimpinan sangat menghormati orangtuanya. Cintanya pada mereka sangat besar," beber Rhea lugas. "Menurutmu apa artinya itu?" Rhea menatap Bibi Grace. Yang ditanya dan ditatap hanya diam saja. "Bukankah itu artinya aku harus menjadi istrinya berikutnya?" tanya asisten Rex ini lagi."Begitukah? Apakah kau merekam pembicaraan itu?" ucap Bibi Grace, balik bertanya kepada Rhea alih-alih menjawab pertanyaan asistennya Rex itu."Aku tidak merekamnya, tetapi Pimpinan juga ada di sana saat orangtuanya membicarakan hal itu," ungkap Rhea lugas. "Jadi, jangan mengkhawatirkan apa pun mulai sekarang," pinta wanita ini kepada Bibi Grace tegas. Bibi Grace hanya mengangguk pelan. Wanita tua itu kemudian bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur.Tidak berselang lama setelah kepergian Bibi Grace ke dapur,
Sesaat setelah Rex berlalu dari hadapannya, sang Tutor dan Pengasuh tinggal baru keluarga Alba naik ke lantai dua, ia mencoba pergi ke kamar tidur Jovan untuk memeriksa keadaan salah satu putra kembar Rex itu. "Apa maumu?!" Jovan mengernyit. Ia menatap Rosella bingung saat wanita itu masuk ke kamar tidurnya setelah mengetuk pintunya dahulu. "Jovan... Apa ada masalah? Aku melihat ada tanah di seragammu, dan keliman di baju juga celanamu koyak," ucap Rosella dengan tenang. "Apa kau jatuh?" tanyanya, lembut. "Jangan hiraukan aku, dan tutup pintunya saat kau keluar," balas Jovan, dingin. Ia yang duduk di depan meja belajarnya kemudian bangkit dari duduknya dan berbaring di kasurnya. "Baik, aku akan melakukannya." Rosella menatap Jovan yang berbaring di kasur dengan memunggunginya. Setelah itu, wanita ini meninggalkan Jovan sendirian di kamar tidurnya. "Apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika aku dipecat?" gumam Rosella selagi ia berdiri
Setelah mengantar Jiro sekolah, Rosella langsung pulang ke rumah keluarga Alba. Saat tiba di rumah, wanita 40an itu pergi ke dapur untuk mengambil minum.Namun, di dapur, Rosella bertemu dengan Bibi Grace yang baru selesai membuat sarapan untuk tuan rumah—Rex Alba juga adik perempuan dan saudara iparnya alias suaminya Wendy, serta para pekerja yang bekerja untuk keluarga mereka."Nona Rosella, bisa bantu aku bawakan Geotjeori ini kepada Pak Taylor di paviliun?" tanya Bibi Grace selagi ia menutup kotak makan berisi Geotjeori di hadapannya. Yang diajak bicara beringsut dari depan kulkas ke arahnya. "Kau bisa sekalian menyapa. Kalian berdua belum bertemu, bukan?" imbuh ART keluarga Alba ini.Rosella mengangguk dan tersenyum lebar. "Tentu, aku akan melakukannya," balasnya pada Bibi Grace pelan juga lembut dan ramah seperti biasanya. Mendengar itu, Bibi Grace lantas mengangsurkan kotak makan itu kepada Rosella. Dan, Rosella pun mengambilnya lalu ia bergegas per
"Tentang ini... Aku akan mendiskusikannya dengan Nona Rhea dahulu." Rosella mengambil napas. "Berpura-puralah tak tahu apa-apa untuk saat ini," terang wanita ini saat menatap Taylor. "Seperti kata Bibi...." Ia mengalihkan pandangannya pada istri Taylor. "Aku tak mau kita dipecat. Kita tak punya rumah lagi," jelasnya tegas lalu meletakkan kotak makan yang dibawanya di atas meja di dekat pintu masuk. Usai meletakkan kotak makan, Rosella melangkah ke arah pintu masuk, berencana untuk pergi dari paviliun. Namun kemudian, ia berhenti tepat di depan pintu masuk dan berbalik ke belakang, menatap paman dan bibinya. "Omong-omong, sedang apa Bibi di sini?" tanya Rosella pada istrinya Taylor. Nadanya bingung sementara dahinya berkerut dan netranya menatap sang bibi tajam. Alih-alih menjawab rasa penasaran Rosella, wanita yang tak lagi muda itu justru diam membisu. Dengan raut wajah datar, ia lalu menunduk sambil menggigit bibir dan memilin ujung bajunya. Melihat bahasa tubu
Seketika saja Taylor terkejut setelah ia mendengar penuturan sang istri. Ia kemudian beralih menatap Rosella. "Zetta... Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyanya pada Tutor dan Pengasuh tinggal baru keluarga Alba itu. Nadanya cemas. Baru saja Rosella akan menjawab pertanyaan Taylor, Sofia, sudah lebih dulu buka suara. "Kau masih tanya?" ujar Sofia kepada Taylor sedikit ketus. "Daripada keduanya dipecat, lebih baik salah satu mempertahankan pekerjaan," jelas wanita ini. "Apa?!" Taylor dan Rosella berseru serentak sambil membelalak ke arah Sofia. "Iya...." Sofia mengangguk. "Tidak ada pilihan lain. Zetta, kau harus berhenti dari pekerjaanmu saat ini," ucap Sofia tegas. Penuturan Sofia itu kontan membuat telinga dan wajah Rosella terasa panas dan menjadi merah padam. "Kenapa Bibi menyuruhku berhenti? Kenapa bukan Paman saja yang harus berhenti dari pekerjaannya?" cerca wanita 40an ini pada bibinya, ketus. "Jika Pamanmu berhenti bekerja, kami tidak punya t
Setelah bercerita, malam itu, Jovan menemui lagi geng murid laki-laki yang menindasnya. Tentunya kali ini ia datang dengan membawa Guru Rosella. Guru Rosella datang berpakaian training kuning ala si jago silat, dan memperkenalkan dirinya sebagai noona yang artinya adalah kakak perempuan bagi Jovan. "Hey! Apa kalian berandal yang merundung Jovan selama ini?!" ujar Rosella sinis tatkala ia menatap nyalang geng murid laki-laki di hadapannya silih berganti. Bukannya menjawab pertanyaan Rosella, geng murid laki-laki itu justru tersenyum miring, meremehkan Rosella. "Kalian semua...." Tanpa rasa takut dan ragu-ragu, Rosella menunjuk geng murid laki-laki yang berdiri tepat di depannya dan Jovan. "Kemarilah!" katanya, tegas. "Ck!" Salah satu murid laki-laki yang berdiri paling depan dan mengenakan jaket hitam berdecak. Rupanya, ia merupakan ketua dari geng murid laki-laki yang meninda
Rex yang duduk di samping ranjang bibinya sambil menggenggam tangan wanita paruh baya itu hanya diam dan menangis. "Berjanjilah kepadaku, Rex," sambung Bibinya Rex. Nadanya memohon. Dengan cepat Rex mengangguk. "Ya. Aku berjanji, Bibi." Presdir Rex Alba memahami betul maksud wasiat mendiang bibinya. Jadi, saat ia tiba di rumah, meski berat hati, ia berusaha move on dari wanita yang pernah dicintai dan dinikahinya untuk waktu yang tak sebentar dengan menyingkirkan barang dan foto istrinya yang sebentar lagi akan ia ceraikan dari ruang keluarga dan ruang kerjanya. *** "Bibi Grace...." Rosella yang baru saja tiba di anak tangga terakhir lantai satu bertemu Bibi Grace yang akan pergi ke dapur. Mendengar namanya dipanggil, Bibi Grace kontan menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang. "Oh, Nona Rosella... Ada apa kau memanggilku?" tanya wanita ini. Nadanya penasaran. "Buk
Rosella memberitahu Chris tentang kesepakatan Park Hill. Ia mengambil file yang disimpan dan melampirkannya sebelum ia menghapus jejak informasi apa pun dari ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Rasa bersalah mulai menggerogoti Rosella.Rasa bersalah itu menyusup dari sekeliling Rosella. Rasa bersalah terhadap Rimba dan tidak bisa menjaga performanya. Rasa bersalah atas apa yang mungkin ia lakukan pada Hugo Kenyataan.Rex berkata dulu itu perusahaannya adalah milik ayahnya. Dan yang mengejutkan Rosella, bagian yang paling membuatnya merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa ia mengkhianati Rex.Rosella seharusnya tidak merasa bersalah atas hal itu, tetapi ia merasa bersalah. Tidak peduli seberapa sering ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang membalas kematian Rimba, rasa bersalah itu tetap ada.Rosella meraih handuk untuk menyeka wajahnya. Satu-satunya saat rasa bersalah dan amarah itu tidak mencoba menguasainya adalah ketika Rex memeganginya. Kendali yan
Rosella menatap ke bawah ke set catur, dan jantungnya mulai berdebar. Ia mengusap telapak tangannya yang berkeringat di pahanya, mencoba mencari tahu bagaimana ia akan keluar dari situasi ini. Rasa bersalah yang seharusnya tidak ia rasakan seketika menyerangnya. "Ini indah," Rosella mengakui, mengambil ratu dari Rex. "Kenapa Joy dan Chris harus meletakkan ini di resumeku yang dibuat-buat?" Rosella menggerutu dalam hati. Rosella sama sekali tidak tahu apa-apa tentang catur. Biasanya tidak butuh waktu lama bagi Rosella untuk mengingat sesuatu dengan ingatannya, tetapi dalam hal ini, ia sama sekali tidak tahu. Rosella harus mengalihkan perhatian Rex sehingga Rex tidak sadar kalau ia tidak tahu apa yang ia lakukan.Rosella bahkan tidak tahu nama separuh bidaknya, apalagi cara memainkannya. Rosella mencoba mencari di otaknya untuk melihat apakah ia dapat mengingat momen saat orang lain bermain di dekatnya. Kalau saja ia dapat mengingatnya, setidaknya ia dapat mengambil bebe
"Dokumen untuk kesepakatan Park Hill hampir selesai, dan aku akan mengirimkannya kepadamu sore ini. Kami memiliki beberapa petunjuk tentang SUV hitam yang kami incar. Polisi tidak banyak membantu, tetapi orang yang memiliki perusahaan teknologi di lantai atas, Maxim, sedang mengerjakan semacam pengenalan karakter. Aku tidak begitu memahaminya, tetapi dia berpikir bahwa dengan melapisi foto-foto dari CCTV dan membandingkan bentuk-bentuk piksel dengan basis data gambar, kita akan dapat mengidentifikasi pelat nomor SUV tersebut. Aku tidak berpikir itu dapat dilakukan, tetapi dia cukup yakin. Itu berarti kita seharusnya dapat kembali ke kantor sekitar minggu depan mungkin,” beber Cannor. “Tidak perlu terburu-buru,” kata Rex pada Connor. “Kita tidak terburu-buru.”“Kurang dari 24 jam yang lalu kau marah karena kita bekerja di rumah dan ingin mengembalikan hukuman rajam,” Cannor berteriak.“Aku lapar. Aku sudah lama tidak makan, dan emosiku menguasai diriku. Jangan terburu-bu
Rosella mengerang ketika merasakan batang Rex menekan pantatnya. Sementara, tangan Rex menyelinap untuk masuk ke dalam kemeja Rosella. Jari-jari Rex menelusuri perut Rosella hingga ia mencapai kancing celana panjangnya. Rex lalu menarik, melepaskan kancing sebelum mendorong celana Rosella ke bawah kakinya.“Apakah ini yang ada dalam pikiranmu? Ketika kau terus bicara, Rosella?” Kali ini ketika Rex menggerakkan tangannya ke perut Rosella, ia terus turun sampai ke antara kedua paha Rosella. Rosella menggigit bagian dalam pipinya ketika ia mendengar Rex mengeluarkan kutukan pelan di bawah napasnya. Rosella menutup matanya. Ia tidak yakin apakah itu malu atau bukan, tetapi tidak dapat disangkal sekarang bahwa ia terangsang. Celana dalamnya yang basah adalah semua bukti yang Rex butuhkan.“Jawab aku,” tuntut Rex. “Pergilah ke neraka.” Rosella menjerit kecil ketika tangan Rex turun ke pantatnya. Kejutan rasa sakit menghantamnya, entah bagaimana langsung menuju klitorisny
Rosella mengganggu. Rex tidak dapat melakukan apa pun karena ia berpikir apakah Rosella merasa hangat atau tidak cukup panas, apakah Rosella lapar atau ia harus pergi membeli makanan, apakah Rosella mengisap ujung penanya karena itu kebiasaan ataukah ia berfantasi tentang mulutnya di sekitar batangnya. Itu mungkin kebiasaan tapi sial, bibir Rosella akan terlihat sangat melar di atas batang Rex dengan gunung kembarnya keluar dan tangannya terkubur di antara kedua kakinya. Rex bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Rosella mencapai klimaks usai perang dingin yang terjadi pada mereka belakangan ini. Apakah Rosella cepat panas atau butuh waktu untuk menyalakan apinya? Rex senang dengan kedua hal itu."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Connor. Rex terkejut mendengar suaranya. Ia benar-benar lupa bahwa ia sedang menelepon asistennya. "Maaf. Aku sedikit terganggu di sana. Begini, kita harus menyelesaikan urusan Mason. Dari tinjauanku, tampak
Rosella bersumpah Rex Alba tampak seperti akan menciumnya. Rex mendapati Rosella, ia mencondongkan tubuhnya ke arahnya seolah ia menginginkan ciuman itu. Perut Rosella mengeluarkan suara keroncongan keras, dan ia jadi tidak yakin apakah ia ingin mengutuknya atau berterima kasih padanya karena telah mengganggunya dan Rex, tetapi ia tersenyum."Ayo kita makan."Rosella menganggukkan kepala karena sepertinya ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Rex melepaskan tangannya dan meraih tangan Rosella untuk menuntunnya menyusuri lorong. Rosella belum sempat melihat sekeliling, yang jelas rumah terasa sepi. Jadi, ia yakin anak-anak telah tidur dan ia hanya melihat apa yang bisa ia lihat saat mereka berdua menuju dapur.Rumah Rex mengingatkan Rosella pada saat kali pertama ia datang ke rumah itu. Suasana rumah itu juga mengingatkan Rosella pada salah satu rumah mewah di suatu tempat. Semuanya serasi, dan kau bisa tahu tidak ada yang murah. Tetapi tidak ada sentuhan pribadi la
“Aku hanya makan malam denganmu,” jawab Rosella. “Dan menghabiskan malam denganku,” kata Rex. “Tidur akan menghabiskan banyak energi? Apa kau punya tempat tidur getar? Tunggu. Jangan jawab itu. Mari kita bicarakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan apa yang terjadi di kepalamu,” balas Rosella. Rex mengernyitkan wajah. “Bagaimana mungkin?”“Apa kau benar-benar bekerja di rumah?” Rosella bersikeras, mengganti topik pembicaraan.Rex mengangguk. “Ya.”“Maksudmu, apakah kau punya komputer dan sebagainya?” tanya Rosella, asal. Ia bergalak seolah ia tak pernah tinggal di rumah Rex. "Hhhhh...." Rex mendengus lemah. "Bukankah kau sudah pernah melihat komputer di rumah?" tanyanya pada Rosella. "Lagi pula, semua orang pasti punya komputer di rumah mereka?”Rosella menggeleng tegas. “Tidak. Komputer itu mahal.”Di lampu merah, Rosella menoleh untuk melihat Leila, salah satu karyawan di perusahaan Rex, dengan saksama. Ia menginap di motel jangka panjang
"Kau sangat mengganggu," akhirnya Rex berkata, memecah kesunyian. "Itu sebabnya aku tak peduli dengan penampilanmu. Tak peduli apa niatmu padaku sekarang. Tak peduli dengan kekecewaanmu. Aku ingin mengubah kesakitan ini. Aku ingin menebus kesalahanku, mantan istriku dan orang tuaku padamu dan Rimba. Aku ingin menajagmu. Kau telah mengambil semua perhatianku, Rosella." Rex menggeram di bagian terakhir saat pikiran Rosella membungkus apa yang Rex katakan. "Tapi—" Rosella tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena Rex mencengkeramnya. Rex menarik Rosella ke tubuhnya, dan mulutnya turun ke mulutnya. Untuk sesaat Rosella bersandar pada Rex, dan menikmati kehangatan juga kenyamanan tubuhnya. Ia membiarkan semua yang lain terlepas saat Rex mendorong lidahnya ke dalam mulutnya. Ketukan di pintu membuat Rosella melompat mundur. Semuanya membanjiri kembali padanya tentang kenyataan tentang siapa Rex Alba juga bagaimana orang tuanya. Dan seberapa banyak yan
Rex memaksakan pandangannya ke depan. “Aku mengatakannya. Kau tak mendengarkan. Ada seseorang yang berlarian memotong ban mobilku di dekat kantor, dan kita harus meningkatkan keamanan. Kau karyawan baru di kantor hari ini, jadi aku di sini untuk memastikan kau sampai di tempat kerja dengan aman dan tidak ditikam saat masuk. Itu akan buruk untuk bisnisku, dan agen tenaga kerja sementara mungkin akan berhenti mengirimiku orang,” jelas Rex pada Rosella. “Kau tahu siapa yang melakukannya?” tanya Rosella pada Rex pelan.“Tidak, tapi aku akan tahu pada akhir hari dan siapa pun yang bertanggung jawab akan membayar mahal.” Rex meretakkan buku-buku jarinya. Orang itu bisa saja menusuk Jovan, Jovin, Jiro atau Rosella, jadi saat ia menemukan mereka, tentu saja mereka akan tenggelam dalam kehancuran. "Tidak ada ampun."***Apakah Rex mempermainkannya? Pasti begitu pikir Rosella. Jika tidak, kenapa Rex ada di sini menjemputnya? Gadis yang bahkan tidak tahan melihatnya. Tetap saja, Rosella tidak y