Semua Bab Mawar Hitam Sang Presdir: Bab 31 - Bab 40

72 Bab

31. Amarah Jovan Membuncah

"Jovan...." Rex menatap Jovan dan Bibi Grave silih berganti. "Ada apa ini?" tanyanya kepada Jovan. "Jangan membentak Bibi Grace," ucapnya, menegus Jovan pelan tetapi tegas. "Ayah menyuruh Bibi Grace menyingkirkan foto Ibu? Sungguh?" balas Jovan, bertanya balik pada Rex. Nadanya marah, dan ia tampak seperti orang yang akan menangis. Rex mengangguk pelan. "Ya, Ibu sudah hampir dua tahun meninggalkan kita dan tinggal di luar negeri," jawab Rex, dengan tenang. "Jangankan pulang, menelepon pun tidak pernah bahkan hanya untuk sekali saja. Sepertinya, dia sudah tak berniat untuk kembali ke rumah ini. Jadi, ya, Ayah pikir—" "Teganya Ayah menyingkirkannya? Apa hak Ayah memindahkan barang Ibu? Kalian bahkan belum bercerai. Kenapa memindahkannya?! Ini baru hampir dua tahun," sarkas Jovan pada ayahnya. "Jika kalian benar-benar akan berpisah, lakukan semua ini setelah kalian resmi bercerai. Atau, setidaknya bicarakan soal ini kepadaku dan Jovan dahulu. AtauAyah pun
Baca selengkapnya

32. Jovan Kabur Dari Rumah!

Wendy meletakkan kuas make up di atas meja rias lalu bangkit dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan suaminya. "Tadi Jovan mengamuk karena barang-barang ibunya hilang," ungkap Wendy, pelan sementara wajahnya tampak sedih kembali. "Astaga." Jay membelalak, terkejut. "Jadi, Kak Rex menyingkirkan fotonya dari rumah?" "Ya," jawab Wendy sambil mengangguk dan mata indahnya sedikit membelalak. Ia sama terkejutnya dengan Jay. "Aku juga tidak mengerti. Tapi dia menyingkirkannya. Mungkinkah karena sudah saatnya mereka berpisah?" "Kupikir juga begitu," balas Jay. Wajahnya terlihat kesal saat ia teringat kembali akan gelagat istrinya Rex. "Lalu Jovan memarahi ayahnya karena menyingkirkannya dan menuduhnya punya pacar," terang Wendy lagi. "Anak itu sangat menakutkan saat dia marah," imbuhnya. Selagi Wendy dan suaminya membicarakan Jovan di kamar tidur mereka, Rosella berteriak—nadanya panik. "Jovan menghilang. Dia tak ada di mana-mana."
Baca selengkapnya

33. Air Mata Presdir Dan Putranya

Kontan Rosella mengatupkan mulutnya setelah ia tidak dengan sengaja bicara terus terang kepada Presdir Rex soal Jovan yang mengalami perundungan di sekolah. "Nona Rosella, cepat katakan. Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi sampai sekujur tubuhnya memar?" cerca Rex. Ia menekan Rosella. "Begini...." kata Rosella. Namun kemudian, wanita 40an ini menghentikan bicaranya dan menggeleng tegas. "Aku tidak bisa bilang. Aku sudah berjanji kepada Jovan. Aku merasa kasihan kepada anak-anak," jelasnya, lirih. Namun, rupanya penuturan Rosella itu membuat Rex marah besar. Ia melangkah mendekat kepada Rosella dan menatapnya tajam. "Nona Rosella, katakan sekarang!" Rex membentak Rosella. Rosella yang tersentak lantas menutup mulutnya dengan satu tangannya sementara air matanya terus saja mengalir deras di pipinya. "Hanya saja... Jovan—" Tiba-tiba Rosella membelalak dan menghentikan bicaranya ketika ia melihat Jovan berjalan seorang diri di belakang mereka, sambil menund
Baca selengkapnya

34. Ikut Presdir Ke Ruang Kerjanya

Keesokan harinya, Rosella yang baru bangun tidur teringat dan tersadar akan sikapnya semalam yang memarahi dan mengkritik Presdir Rex Alba. "Lalu, apa yang kau tahu tentang dia? Apakah kau peduli padanya? Bisakah kau menganggap dirimu sebagai ayahnya? Kau hanya menerima laporan tentang mereka? Apa hanya itu tugasmu?!" cerca Rosella, membentak sang Presdir. Bentakannya kepada Presdir Rex kontan membuat Rosella panik bukan main. "Astaga!" Rosella membelalak dengan terengah-engah saat ia masih duduk di kasurnya. "Rosella, apa yang kau lakukan?! Kau benar-benar sudah gila!" Rosella merutuki dirinya sambil memukul kepalanya pelan. "Apa hakmu memarahi Pimpinan seperti itu?" sesalnya. "Habislah riwayatku." Beberapa kali Rosella memukul mulutnya pelan karena telah lancang memarahi Presdir Rex. Setelah memarahi dirinya, Rosella pun bangkit dari kasur dan pergi ke kamar mandi. Tak berapa lama, wanita itu keluar mandi dengan penampilan kasual seperti biasa. Ia kemudian turu
Baca selengkapnya

35. Presdir Butuh Bantuan Rosella

Sekian detik setelah Rhea pergi, Presdir Rex Alba beralih menatap Rosella yang duduk di hadapannya dan ia tersenyum kepadanya. "Nona Rosella, silakan minum tehnya," ujar Presdir Rex lembut saat mempersilakan Rosella minum teh yang dibawakan Rhea. "Ba—baiklah," jawab Rosella terbata-bata. Rupanya ia masih gugup. Lalu detik berikutnya, Rosella minum teh dengan cepat. Melihat itu, Presdir Rex lantas tertawa kecil. "Tidak perlu gugup, Nona Rosella," ujar Presdir Rex setelah ia selesai tertawa kecil. "Aku bukan membawamu kemari untuk mengkiritikmu," terangnya, yang kemudian membuat dahi Rosella berkerut dan matanya menatapnya bingung. Presdir Rex mengatur napasnya dahulu kemudian ia mulai bicara. "Nona Rosella, terima kasih," ungkap ayah tiga anak ini, tulus dan sungguh-sungguh. Seketika saja mulut Rosella menganga. Ia terkejut setelah mendengar sang Presdir menyatakan rasa terima kasihnya kepadanya. "Jika bukan karen
Baca selengkapnya

36. Undangan Makan Malam

Predir Rex Alba sudah mengatakan rencananya untuk makan malam dengan Rosella secara terbuka, dan ia mengharapkan Rosella untuk menyetujui ajakannya itu. Dan anehnya, Rosella amat bersemangat dengan prospek makan malam dengan sang Presdir. Oh tidak! Rosella bukan hanya bersemangat, tetapi bahkan saat ia memikirkan makan malam hanya berdua dengan Presdir Rex, getaran kegembiraan pun menjalar ke seluruh tubuhnya. Rosella yang tidak dapat menahan dirinya saat itu lantas mengangkat telepon dan menelepon Joy. Dan, Joy pun mengangkat teleponnya hanya dalam hitungan detik. "Hai, Rosella," kata Joy. Suaranya terdengar agak teredam. "Joy! Kau tidak akan percaya apa yang terjadi hari ini," balas Rosella selagi ia duduk di tepi kasurnya. "Mungkin saja kalau kau memberitahuku, Ro." Joy terkekeh. "Rex Alba mengundangku makan malam," ungkap Rosella sementara jantungnya berdegup kencang seakan ingin melompat keluar da
Baca selengkapnya

37. Gaun Malam Di Rumah Mewah

Rosella tersenyum miring lalu mengangguk. "Nona Rhea, kau mungkin benar. Aku masih muda dan lamban. Tapi aku cukup dewasa untuk bisa mengerti arti tanggung jawab. Aku adalah Tutor dan Pengasuh tinggal anak-anak, dan mereka adalah klienku. Jadi, sudah pasti aku-lah yang akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada mereka. Dan, dengan usiaku saat ini, aku cukup tahu kepada siapa aku harus melaporkan semua hal mengenai anak-anak itu. Tentu saja kepada Pimpinan Rex karena dia ayah mereka. Jadi, kupikir aku tak harus melaporkan kepadamu semua hal mengenai anak-anak. Karena kau bukan ibu mereka," balas Rosella tegas, sehingga membuat Rhea bergeming. Ia kemudian tersenyum pahit kepada asistennya Rex itu, dan melenggang pergi dari hadapannya. "Hhhhhhh ...." Rhea menghela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya usai mendengar penuturan Rosella yang sangat berani itu. "Aku kira dia seseorang yang naif dan masih harus banyak belajar. Tetapi rupanya
Baca selengkapnya

38. Kelezatan Di Meja Makan Presdir

Rosella berusaha untuk tak menggigil melihat rasa lapar yang membara di mata Presdir Rex. Sambil menelan ludah, ia mengalihkan pandangan darinya dan memilih menilai hidangan lezat yang tercium di hidungnya. Hidangan lezat tersebut membuat Rosella berpikir bahwa ia diundang ke pesta, bukan makan malam. Ia tahu itu akan menjadi jamuan makan tiga hidangan. "Haruskah aku menyewa pelatih pribadi setelah ini?" Rosella bertanya lalu cekikikan dari dalam hati. Usai cekikikan dalam hati, Rosella menatap sang Presdir, yang matanya perlahan mengamati wajahnya nan cantik. Rasa lapar yang tidak terkendali, yang pertama ia lihat, kini tampak lebih terkendali. "Aku sangat senang kau datang," kata Presdir Rex dengan seringai lebar. Pria tampan ini terlihat jauh lebih hangat dari sebelumnya. Karena itulah, Rosella tidak ragu untuk memberinya senyum lebar yang sama lebarnya.
Baca selengkapnya

39. Ternyata Bukan Tur Biasa

Rosella menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Aku lebih suka menundanya, tolong. Perutku sudah kenyang dan rasanya aku akan jatuh terkapar jika aku mencoba berjalan santai di sepanjang rumah besar ini," balasnya. "Baiklah, kau bisa melakukan tur sepenuhnya pada kunjunganmu ke sini berikutnya." Presdir Rex menerima keinginan Rosella saat mereka mulai menaiki tangga.Seketika saja Rosella menundukkan kepala malu-malu karena ia sendiri bahkan tidak menyadari bahwa ia ingin berkunjung lagi ke rumah mewah itu. Sampai Presdir Rex menunjukkannya melalui ucapannya kepadanya. Tidak berselang lama, Rosella dan Presdir Rex tiba di tempat yang tampak seperti lantai pertama dan mulai berjalan menyusuri lorong yang remang-remang.Di waktu ini, Rosella diam-diam bertanya-tanya ke mana Presdir Rex akan membawanya, tetapi rupanya ia tal bertanya kepadanya. Lebih tepatnya, ia bertanya pada dirinya sendiri dari dalam hati. Sekian detik kemudian, Rosella dan Presdir Rex mencap
Baca selengkapnya

40. Mendarat Di Pangkuan Presdir

"Kau sangat mengingatkanku pada orang itu," kata Presdir Rex lembut. "Dasar gadis kecil berambut merah yang pemberani."Rosella hanya diam. Sejujurnya, ia tidak tahu harus berpikir apa mengenai dirinya yang dibandingkan dengan seseorang, yang mungkin saja sudah tiada. Sekian detik berikutnya, Rosella tercekat ketika ia merasakan jari-jari sang Presdir jatuh ke rahangnya dan membelainya lebih jauh ke bawah arteri lembut yang memompa darah ke lehernya. Namun kemudian, Rosella berkedip terbuka saat tangan-tangan panjang Presdir Rex itu dengan sangat ahli melingkari lehernya. Pada waktu ini, mata Rosella terkunci pada mata Presdir Rex, yang telah berubah gelap sehingga tampak hampir keemasan dalam cahaya redup.Melihat itu, Rosella lantas merasa seperti sedang melihat seseorang yang lebih seperti dewa daripada manusia."Katakan padaku untuk berhenti," kata Presdir Rex. Bicaranya serak. Sementara, pandangan lapar mentah di matanya kembali. Ia tampak seperti sed
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status