Sekian detik setelah Rhea pergi, Presdir Rex Alba beralih menatap Rosella yang duduk di hadapannya dan ia tersenyum kepadanya.
"Nona Rosella, silakan minum tehnya," ujar Presdir Rex lembut saat mempersilakan Rosella minum teh yang dibawakan Rhea. "Ba—baiklah," jawab Rosella terbata-bata. Rupanya ia masih gugup. Lalu detik berikutnya, Rosella minum teh dengan cepat. Melihat itu, Presdir Rex lantas tertawa kecil. "Tidak perlu gugup, Nona Rosella," ujar Presdir Rex setelah ia selesai tertawa kecil. "Aku bukan membawamu kemari untuk mengkiritikmu," terangnya, yang kemudian membuat dahi Rosella berkerut dan matanya menatapnya bingung. Presdir Rex mengatur napasnya dahulu kemudian ia mulai bicara. "Nona Rosella, terima kasih," ungkap ayah tiga anak ini, tulus dan sungguh-sungguh. Seketika saja mulut Rosella menganga. Ia terkejut setelah mendengar sang Presdir menyatakan rasa terima kasihnya kepadanya. "Jika bukan karenPredir Rex Alba sudah mengatakan rencananya untuk makan malam dengan Rosella secara terbuka, dan ia mengharapkan Rosella untuk menyetujui ajakannya itu. Dan anehnya, Rosella amat bersemangat dengan prospek makan malam dengan sang Presdir. Oh tidak! Rosella bukan hanya bersemangat, tetapi bahkan saat ia memikirkan makan malam hanya berdua dengan Presdir Rex, getaran kegembiraan pun menjalar ke seluruh tubuhnya. Rosella yang tidak dapat menahan dirinya saat itu lantas mengangkat telepon dan menelepon Joy. Dan, Joy pun mengangkat teleponnya hanya dalam hitungan detik. "Hai, Rosella," kata Joy. Suaranya terdengar agak teredam. "Joy! Kau tidak akan percaya apa yang terjadi hari ini," balas Rosella selagi ia duduk di tepi kasurnya. "Mungkin saja kalau kau memberitahuku, Ro." Joy terkekeh. "Rex Alba mengundangku makan malam," ungkap Rosella sementara jantungnya berdegup kencang seakan ingin melompat keluar da
Rosella tersenyum miring lalu mengangguk. "Nona Rhea, kau mungkin benar. Aku masih muda dan lamban. Tapi aku cukup dewasa untuk bisa mengerti arti tanggung jawab. Aku adalah Tutor dan Pengasuh tinggal anak-anak, dan mereka adalah klienku. Jadi, sudah pasti aku-lah yang akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada mereka. Dan, dengan usiaku saat ini, aku cukup tahu kepada siapa aku harus melaporkan semua hal mengenai anak-anak itu. Tentu saja kepada Pimpinan Rex karena dia ayah mereka. Jadi, kupikir aku tak harus melaporkan kepadamu semua hal mengenai anak-anak. Karena kau bukan ibu mereka," balas Rosella tegas, sehingga membuat Rhea bergeming. Ia kemudian tersenyum pahit kepada asistennya Rex itu, dan melenggang pergi dari hadapannya. "Hhhhhhh ...." Rhea menghela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya usai mendengar penuturan Rosella yang sangat berani itu. "Aku kira dia seseorang yang naif dan masih harus banyak belajar. Tetapi rupanya
Rosella berusaha untuk tak menggigil melihat rasa lapar yang membara di mata Presdir Rex. Sambil menelan ludah, ia mengalihkan pandangan darinya dan memilih menilai hidangan lezat yang tercium di hidungnya. Hidangan lezat tersebut membuat Rosella berpikir bahwa ia diundang ke pesta, bukan makan malam. Ia tahu itu akan menjadi jamuan makan tiga hidangan. "Haruskah aku menyewa pelatih pribadi setelah ini?" Rosella bertanya lalu cekikikan dari dalam hati. Usai cekikikan dalam hati, Rosella menatap sang Presdir, yang matanya perlahan mengamati wajahnya nan cantik. Rasa lapar yang tidak terkendali, yang pertama ia lihat, kini tampak lebih terkendali. "Aku sangat senang kau datang," kata Presdir Rex dengan seringai lebar. Pria tampan ini terlihat jauh lebih hangat dari sebelumnya. Karena itulah, Rosella tidak ragu untuk memberinya senyum lebar yang sama lebarnya.
Rosella menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Aku lebih suka menundanya, tolong. Perutku sudah kenyang dan rasanya aku akan jatuh terkapar jika aku mencoba berjalan santai di sepanjang rumah besar ini," balasnya. "Baiklah, kau bisa melakukan tur sepenuhnya pada kunjunganmu ke sini berikutnya." Presdir Rex menerima keinginan Rosella saat mereka mulai menaiki tangga.Seketika saja Rosella menundukkan kepala malu-malu karena ia sendiri bahkan tidak menyadari bahwa ia ingin berkunjung lagi ke rumah mewah itu. Sampai Presdir Rex menunjukkannya melalui ucapannya kepadanya. Tidak berselang lama, Rosella dan Presdir Rex tiba di tempat yang tampak seperti lantai pertama dan mulai berjalan menyusuri lorong yang remang-remang.Di waktu ini, Rosella diam-diam bertanya-tanya ke mana Presdir Rex akan membawanya, tetapi rupanya ia tal bertanya kepadanya. Lebih tepatnya, ia bertanya pada dirinya sendiri dari dalam hati. Sekian detik kemudian, Rosella dan Presdir Rex mencap
"Kau sangat mengingatkanku pada orang itu," kata Presdir Rex lembut. "Dasar gadis kecil berambut merah yang pemberani."Rosella hanya diam. Sejujurnya, ia tidak tahu harus berpikir apa mengenai dirinya yang dibandingkan dengan seseorang, yang mungkin saja sudah tiada. Sekian detik berikutnya, Rosella tercekat ketika ia merasakan jari-jari sang Presdir jatuh ke rahangnya dan membelainya lebih jauh ke bawah arteri lembut yang memompa darah ke lehernya. Namun kemudian, Rosella berkedip terbuka saat tangan-tangan panjang Presdir Rex itu dengan sangat ahli melingkari lehernya. Pada waktu ini, mata Rosella terkunci pada mata Presdir Rex, yang telah berubah gelap sehingga tampak hampir keemasan dalam cahaya redup.Melihat itu, Rosella lantas merasa seperti sedang melihat seseorang yang lebih seperti dewa daripada manusia."Katakan padaku untuk berhenti," kata Presdir Rex. Bicaranya serak. Sementara, pandangan lapar mentah di matanya kembali. Ia tampak seperti sed
Rosella menoleh pada Presdir Rex di pintu, dan ia menemukan mata indah Presdri Rex menatapnya. Melihat itu, ia lantas tidak bisa menahan diri untuk tidak memberi sang Presdir senyum. "Aku bersenang-senang bersamamu, Rosella," aku Rosella, yang membuat alis Presdir Res terangkat. Ketika melihat itu, Rosella lantas tersadar bahwa ada yang salah dari kata-katanya. Karena itu, ia tersipu malu, dan segera ia mengalihkan pandangan saat mulai tergagap."Maksudku, senang bisa makan malam denganmu, dan menghabiskan waktu bersamamu malam ini," imbuh Rosella. Penjelasan Rosella itu kontan membuat Presdir Rex tertawa. Tawanya dalam dan pelan. "Rosella, senang bisa menghabiskan waktu bersamamu malam ini," jawab pria ini, matanya berbinar karena tawa. Rosella tahu ia menggodanya. Kendati begitu, wanita 40an tersebut tak bisa memikirkan apa pun untuk menjawabnya. "Rosella, biarkan supirku mengantarmu," tambah Presdir Rex saat Rosella mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi.
Setelan gagal membujuk Jiro, Rhea keluar kamar bocah itu dan kembali ke ruang makan. Di sana, dengan hati-hati ia memberi tahu Presdir Rex bahwa putra bungsu kesayangannya menolak makan bersamanya. "Apakah Jiro sungguh bilang dia tidak mau makan denganku lagi?" tanya Presdir Rex pada Rhea, membentak. Sementara, Rosella hanya diam dan berdiri di balik kitchen island bersama Bibi Grace. Rhea mengangguk pelan. "Ya. Kurasa kalian harus makan tanpa dia. Tapi jangan khawatir, akan kupastikan dia makan nanti. Setelah mood-nya lebih baik," jelasnya. "Hhhhhh ...." Presdir Rex menghela napaa panjang sambil memijat pelipisnya pelan. Ia kemudian menatap Jovan dan Jovin silih berganti dan berkata, "Jovan, Jovin... Mari makan."Dengan cepat, Jovan dan Jovin mengangguk pada ayah mereka tanpa berkomentar apa pun. Setelah selesai makan malam bersama Jovan dan Jovin, Presdir Rex dengan tenang dan sambil tersenyum memasuki kamar Jiro. Saat ia masuk, Jiro sedang duduk di tempat
Presdir Rex mengangguk tegas sambil tersenyum kepada Jiro yang lagi makan sambil menatapnya. "Baiklah. Ini kesepakatan antar pria. Tapi, kau tidak boleh bermain lebih dari dua kali sepekan." Ia mengulurkan tangan pada putranya tersebut. "Baiklah. Ini kesepakatan antar pria." Jiro dengan raut wajah gembira menyambut uluran tangan sang ayah, dan menjabatnya. Mereka bersalaman sambil tertawa. Selagi Presdir Rex, Jiro dan Rosella tertawa, Bibi Grace datang membawakan segelas air minum untuk Jiro. "Kesepakatan antar pria?" timpal wanita dengan bandana di kepala, yang menjadi ciri khasnya."Senang rasanya bisa mendengar tawa setelah sekian lama," kata Bibi Grace saat meletakkan air minum di depan Jiro. Setelah itu, sejenak ia menatap Presdir Rex dan Jiro silih berganti, lalu ia kembali ke dapur. Sesaat usai Bibi Grace meninggalkan ruang makan, Rosella membuka sebuah kotak kecil berisi vitamin anak di atas meja makan di hadapannya."Baiklah. Karena sudah selesai maka