Rosella menoleh pada Presdir Rex di pintu, dan ia menemukan mata indah Presdri Rex menatapnya. Melihat itu, ia lantas tidak bisa menahan diri untuk tidak memberi sang Presdir senyum.
"Aku bersenang-senang bersamamu, Rosella," aku Rosella, yang membuat alis Presdir Res terangkat. Ketika melihat itu, Rosella lantas tersadar bahwa ada yang salah dari kata-katanya. Karena itu, ia tersipu malu, dan segera ia mengalihkan pandangan saat mulai tergagap."Maksudku, senang bisa makan malam denganmu, dan menghabiskan waktu bersamamu malam ini," imbuh Rosella.Penjelasan Rosella itu kontan membuat Presdir Rex tertawa. Tawanya dalam dan pelan. "Rosella, senang bisa menghabiskan waktu bersamamu malam ini," jawab pria ini, matanya berbinar karena tawa. Rosella tahu ia menggodanya. Kendati begitu, wanita 40an tersebut tak bisa memikirkan apa pun untuk menjawabnya."Rosella, biarkan supirku mengantarmu," tambah Presdir Rex saat Rosella mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi. <Setelan gagal membujuk Jiro, Rhea keluar kamar bocah itu dan kembali ke ruang makan. Di sana, dengan hati-hati ia memberi tahu Presdir Rex bahwa putra bungsu kesayangannya menolak makan bersamanya. "Apakah Jiro sungguh bilang dia tidak mau makan denganku lagi?" tanya Presdir Rex pada Rhea, membentak. Sementara, Rosella hanya diam dan berdiri di balik kitchen island bersama Bibi Grace. Rhea mengangguk pelan. "Ya. Kurasa kalian harus makan tanpa dia. Tapi jangan khawatir, akan kupastikan dia makan nanti. Setelah mood-nya lebih baik," jelasnya. "Hhhhhh ...." Presdir Rex menghela napaa panjang sambil memijat pelipisnya pelan. Ia kemudian menatap Jovan dan Jovin silih berganti dan berkata, "Jovan, Jovin... Mari makan."Dengan cepat, Jovan dan Jovin mengangguk pada ayah mereka tanpa berkomentar apa pun. Setelah selesai makan malam bersama Jovan dan Jovin, Presdir Rex dengan tenang dan sambil tersenyum memasuki kamar Jiro. Saat ia masuk, Jiro sedang duduk di tempat
Presdir Rex mengangguk tegas sambil tersenyum kepada Jiro yang lagi makan sambil menatapnya. "Baiklah. Ini kesepakatan antar pria. Tapi, kau tidak boleh bermain lebih dari dua kali sepekan." Ia mengulurkan tangan pada putranya tersebut. "Baiklah. Ini kesepakatan antar pria." Jiro dengan raut wajah gembira menyambut uluran tangan sang ayah, dan menjabatnya. Mereka bersalaman sambil tertawa. Selagi Presdir Rex, Jiro dan Rosella tertawa, Bibi Grace datang membawakan segelas air minum untuk Jiro. "Kesepakatan antar pria?" timpal wanita dengan bandana di kepala, yang menjadi ciri khasnya."Senang rasanya bisa mendengar tawa setelah sekian lama," kata Bibi Grace saat meletakkan air minum di depan Jiro. Setelah itu, sejenak ia menatap Presdir Rex dan Jiro silih berganti, lalu ia kembali ke dapur. Sesaat usai Bibi Grace meninggalkan ruang makan, Rosella membuka sebuah kotak kecil berisi vitamin anak di atas meja makan di hadapannya."Baiklah. Karena sudah selesai maka
"Kau tahu, Rosella" kata Rex Alba. "Jika kau takut, aku akan menghancurkanmu. Kau seharusnya lebih takut sekarang karena aku tak pernah takut mengejar apa yang kuinginkan," ungkapnya langsung. Lalu, ia dengan sengaja mengusap ibu jarinya di pergelangan tangan Rosella, dan menggeser jari-jarinya di telapak tangan wanita tersebut dengan sensual. "Kapan pun aku mau." Ia menarik Rosella lebih dekat kepadanya. "Dan, di mana pun aku mau," jelas pria ini, berbisik tepat di depan wajah sang Tutor. Agak sulit dipercaya bahwa Rosella telah tergoda oleh Rex dengan mudah dan sepenuhnya. Namun, kini ia berada di bawah mantranya, seolah-olah akan merangkak dengan kedua tangan serta lututnya jika pria tampan satu itu meminta itu padanya. Mata Rex Alba telah menggelap, dan bintik-bintik emas yang mengelilingi bola matanya yang berkilau itu telah berubah warna menjadi madu, sementara bibirnya yang telah membuat Rosella terjaga sepanjang malam karena mimpi, hanya berjarak satu tarikan napas
Rosella sedikit terkejut dengan jawaban singkat Jovin, dan ia bertanya-tanya apakah kata-kata Jovin saat ini dimaksudkan untuk bersikap kasar kepadanya ataukah memang telah terjadi sesuatu kepada remaja tampan dan pintar yang menjadi idola di sekolahnya itu. Tapi sekali lagi, Rosella tahu bahwa bertanya kepada Jovin jauh lebih baik daripada berasumsi seperti itu. "Ehem...." Rosella berdeham. "Jovin, aku perlu tahu bahwa kau baik-baik saja dan masih memperhatikan belajarmu. Kita bisa melakukan hal lain untuk sementara waktu jika kau tidak lagi menyukai ini," ungkapnya pada salah satu putra kembar Rex itu. Jovin terkekeh dan menggoyangkan tangannya, ia sedikit cemas saat ia mengungkapkan, "Aku mulai sedikit bosan.Rosella pun tersenyum dan mengangguk mengerti. "Yah, itu bukan hal yang aneh untuk terjadi. Kau tahu apa? Kadang-kadang aku juga bosan," akunya kepada Jovin. Ada sesuatu yang selalu Rosella gunakan untuk membuat murid-muridnya berpihak padanya. Itu adalah
Rex Alba yang gila bekerja selalu pergi sebelum Rosella tiba di ruang keluarga di lantai satu. Pria tampan dan matang itu tidak hanya pergi lebih awal, tetapi juga pulang sangat larut. Sehingga, si Tutor cantik dan seksi pun bertanya-tanya, berapa banyak waktu yang sebenarnya ia bisa habiskan bersama anak-anaknya selama ini. Tentu saja, Rosella sudah tahu jawabannya karena Rex bahkan tak mengetahui memar di sekujur tubuh salah satu putra kembarnya, Jovan, jika tidak diberi tahu. Tetapi, ia tahu bahwa berasumsi seperti itu tidak baik. Meski pun Rosella berasumsi dan menuduh Rex tidak cukup memperhatikan ketiga putranya, menyakitkan rasanya menyadari bahwa ia benar. Dan malam hari itu, saat Rex belum pulang bekerja, Rosella memutuskan untuk mengizinkan Jovin, Jovan dan Jiro menonton kartun favorit mereka sedikit lebih awal dari biasanya. Itu artinya mereka menghentikan pelajaran mereka lebih awal hari ini dan mereka dengan senang hati menyambutnya.Rosella bersama k
Tanpa ragu, Rosella menganggukkan kepala. Rex pun memberikan gelas berisi anggur di tangannya kepada Rosella. Dan, wanita 40an tersebut menerimanya. Setelah itu, secara bersamaan mereka menegak anggur di gelas mereka. "Jadi, apa yang terjadi?" tanya Rex kepada Rosella, nadanya penasaran, setelah ia selesai menegak anggur di gelasnya hingga tandas. Rosella menggelengkan kepala saat ia menyadari betapa anehnya keadaan saat ini. Karena, ya, sudah jelas bukan tugasnya untuk memberitahu Rex cara mengasuh anak. Ketika Rex terus menunggu jawaban, Rosella tahu bahwa ia harus mengatakan sesuatu. "Aku sangat senang menghabiskan waktu bersama Jovan, Jovin dan Jiro. Dan, aku lihat mereka juga merasakan yang sama," ungkapnya. "Ya." Rex mengangguk setuju. "Aku rasa aku mulai merasakannya," balasnya sambil tersenyum bingung."Mereka anak yang manis." Rosella menatap Rex, dan mendapati tatapannya kepadanya. "Tetapi, yang tidak kumengerti adalah mengapa kau tidak meluangkan c
"Rex," Rosella mengerang saat bibi Rex turun lebih rendah. Pria itu memberikan titik manis Rosella perlakuan yang sama, gigitan keras dan ciuman lembut yang kontan membuat jari-jari kakinya melengkung.Dengan piawai tangan Rex bergerak di atas tubuh Rosella, dan menggerakkan ibu jarinya di atas puting sang Tutor hingga putingnya mengeras. "Aaaagghhh...." Rosella mendongakkan kepala dan mengerang tak berdaya saat tangan Rex bergerak di atas gunung kembar sebelah kanannya, kemudian ia meremas dan menepuknya. Secara bergantian kecepatan ibu jarinya dan kekerasan telapak tangannya.Erangan Rosella itu membuat Rex semakin gencar menggerakkan tangan-tangan nakalnya itu di balik kemeja Rosella. Saat jari-jarinya yang hangat akhirnya menyentuh kulit pinggang Rosella, Rosella terisak pelan. "Rex, kumohon.…" pinta Rosella. Rex menyeringai. "Apa yang kau inginkan?" tanya pria ini sambil menaikkan satu alisnya. "Katakan, Rosella, apa yang kau inginkan," titahnya, "K
Tubuh Rosella bergerak bersama Rex. Ritme tubuh mereka semakin intens seiring berlalunya waktu. Gairah di antara mereka tampak memancar ke luar, dan memenuhi ruangan dengan energi yang nyaris gamblang.Lengan kuat Rex kemudian membalikkan Rosella ke punggung dan memeluknya erat-erat saat ia melaju ke arah wanita 40an tetapi cantik tersebut dengan kekuatan yang membuatnya terengah-engah. "Aahh ... aaahh ... Rex ...." Rosella mengerang dan mengepal di sekeliling Rex tatkala setiap dorongan yang dilakukan oleh Rex mengirimkan gelombang kenikmatan, yang mengalir ke seluruh tubuhnya.Saat Rex mempercepat dorongannya, lengannya yang kuat memeluk Rosella erat-erat, bibirnya menempel di leher wanita itu. Tekanan lembut namun terus-menerus dari mulutnya menyebabkan Rosella terkesiap kegirangan, dan tubuhnya bergetar di bawahnya.Sebagai balasan, Rosella mengulurkan tangan untuk membelai wajah Rex. Ujung jari Guru Les sekaligus Pengasuh nan cantik dan seksi itu menyentuh jang
Polisi itu melakukan apa yang Rex katakan dan meninggalkannya. Pergelangan tangan Rosella memiliki sedikit tanda merah di tempat borgol menggores kulitnya.“Polisi sialan,” gerutu Rex dan mencari-cari lotion. Ia menemukan sesuatu yang encer di kamar mandi dan mengisi telapak tangannya dengannya. Rex bergegas kembali ke samping tempat tidur dan mengoleskan krim ke pergelangan tangan dan lengan Rosella. Wanita itu merasa lemah dan rentan."Dia pasti kembali ke menara D1 dan tidak dapat menemukanku, jadi dia membunyikan alarm kebakaran. Dia bukan orang di balik kesepakatan Park Hill. Dia tidak akan berbohong kepadaku seperti itu. Dia tidak akan membiarkanku menyentuhnya, mencintainya, menghargainya jika yang ingin dia lakukan hanyalah membuatku bertekuk lutut...bukan?" kata Rex, bergumam. ***Suara bip adalah hal pertama yang Rosella dengar saat ia mulai terbangun. Semuanya kembali berhamburan seperti gelombang pasang yang menghantam udara keluar dari paru-parunya
"Rex di sini," gertak Rex di telepon."Rex, aku minta maaf—""Kau belum menemukannya?" Rex menyela.Connor mendesah. "Tidak. Kami masih mengerjakannya, tetapi aku harus memberitahumu bahwa kesepakatan Park Hill—""Connor, aku tidak peduli tentang kesepakatan Park Hill—"“Kita kalah,” kata Connor. Itu menarik perhatian Rex. “Tunggu, apa?”“Kita kalah,” ulang Connor. “Bagaimana kita bisa kalah? Kesepakatan sudah dilakukan. Tangan sudah berjabat tangan. Janji diberikan,” kata Rex, terkejut tidak percaya. “Kontrak tidak ditandatangani,” jelas Connor. “Kata-kata seseorang adalah miliknya—”“Bos, aku tahu. Tapi Joe Rees mendapat tawaran menit terakhir, dan itu sekitar dua persen lebih tinggi darimu, jadi dia menerimanya,” beber Connor. “Dua persen?”“Ya, aku tahu. Itu margin yang sangat kecil. Hampir seperti mereka tahu berapa banyak yang kau tawarkan dan kemudian menaikkannya cukup untuk membuat Rees membatalkannya.”“Itu men
"Apa yang coba kau katakan?" tanya Rosella pada Chris. "Jangan seperti anak kecil. Aku akan menunggu informasi lebih lanjut besok." Chris mengakhiri panggilan. Rosella menyeka pipinya, tidak menyadari bahwa ia mulai menangis. Rosella pikir bahwa ia harus keluar. Pergi. Tapi ke mana ia akan pergi? Ke mana pun lebih baik daripada penjara, ia rasa.Rosella memeriksa tasnya, memastikan setidaknya ia membawa dompet. Ia bisa meninggalkan semua yang lain. Ia berputar kembali saat matahari mulai terbenam. Ia yakin semua orang sudah menjauh dari pandangan sekarang. Bahkan Rex. Ia bertanya-tanya apakah Rex keluar mencarinya atau apakah Rex kembali ke rumah.Butuh waktu hampir satu jam untuk kembali; kaki Rosella mulai sakit. Satu-satunya cahaya datang dari bulan purnama saat ia mendekati gedung itu. Rosella memeriksa sekeliling gedung dan mencetak skor saat ia melihat kayu di atas celah yang kemungkinan akan mereka pasang pintu. Rosella menyelinap masuk, dan ia berkeliaran di tem
Rex berhenti sejenak karena Rosella kesal, yang membuatnya terkejut. Rex pikir mereka akan segera bertemu, tetapi cara Rosella menuduh Rex bersikap mencurigakan, membuatnya bertanya-tanya apakah Rosella atau seseorang yang ia kenal kehilangan uang dalam transaksi tanah spekulatif.“Tidak. Itu penting. Ada beberapa orang yang kacau dalam bisnis real estat dan jika ada seseorang yang menurutku tidak mampu, aku mencoba memperingatkan mereka. Tetapi banyak orang tidak menginginkan bantuan, Rosella. Seperti beberapa minggu atau bulan yang lalu, seseorang bunuh diri setelah menginvestasikan seluruh tabungan hidupnya dalam skema investasi untuk membeli properti hotel ini. Orang yang menjalankan skema itu tidak memiliki cukup uang untuk tawaran minimum. Alih-alih memberi tahu investornya, dia kabur membawa uangnya,” beber Rex. “Tempat ini? Yang sedang kita lihat?” Rosella berputar pelan di tengah lobi yang penuh debu. Kaca untuk unit ritel sedang dipasang, dan meja resepsionis marm
Rosella memberitahu Chris tentang kesepakatan Park Hill. Ia mengambil file yang disimpan dan melampirkannya sebelum ia menghapus jejak informasi apa pun dari ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Rasa bersalah mulai menggerogoti Rosella.Rasa bersalah itu menyusup dari sekeliling Rosella. Rasa bersalah terhadap Rimba dan tidak bisa menjaga performanya. Rasa bersalah atas apa yang mungkin ia lakukan pada Hugo Kenyataan.Rex berkata dulu itu perusahaannya adalah milik ayahnya. Dan yang mengejutkan Rosella, bagian yang paling membuatnya merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa ia mengkhianati Rex.Rosella seharusnya tidak merasa bersalah atas hal itu, tetapi ia merasa bersalah. Tidak peduli seberapa sering ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang membalas kematian Rimba, rasa bersalah itu tetap ada.Rosella meraih handuk untuk menyeka wajahnya. Satu-satunya saat rasa bersalah dan amarah itu tidak mencoba menguasainya adalah ketika Rex memeganginya. Kendali yan
Rosella menatap ke bawah ke set catur, dan jantungnya mulai berdebar. Ia mengusap telapak tangannya yang berkeringat di pahanya, mencoba mencari tahu bagaimana ia akan keluar dari situasi ini. Rasa bersalah yang seharusnya tidak ia rasakan seketika menyerangnya. "Ini indah," Rosella mengakui, mengambil ratu dari Rex. "Kenapa Joy dan Chris harus meletakkan ini di resumeku yang dibuat-buat?" Rosella menggerutu dalam hati. Rosella sama sekali tidak tahu apa-apa tentang catur. Biasanya tidak butuh waktu lama bagi Rosella untuk mengingat sesuatu dengan ingatannya, tetapi dalam hal ini, ia sama sekali tidak tahu. Rosella harus mengalihkan perhatian Rex sehingga Rex tidak sadar kalau ia tidak tahu apa yang ia lakukan.Rosella bahkan tidak tahu nama separuh bidaknya, apalagi cara memainkannya. Rosella mencoba mencari di otaknya untuk melihat apakah ia dapat mengingat momen saat orang lain bermain di dekatnya. Kalau saja ia dapat mengingatnya, setidaknya ia dapat mengambil bebe
"Dokumen untuk kesepakatan Park Hill hampir selesai, dan aku akan mengirimkannya kepadamu sore ini. Kami memiliki beberapa petunjuk tentang SUV hitam yang kami incar. Polisi tidak banyak membantu, tetapi orang yang memiliki perusahaan teknologi di lantai atas, Maxim, sedang mengerjakan semacam pengenalan karakter. Aku tidak begitu memahaminya, tetapi dia berpikir bahwa dengan melapisi foto-foto dari CCTV dan membandingkan bentuk-bentuk piksel dengan basis data gambar, kita akan dapat mengidentifikasi pelat nomor SUV tersebut. Aku tidak berpikir itu dapat dilakukan, tetapi dia cukup yakin. Itu berarti kita seharusnya dapat kembali ke kantor sekitar minggu depan mungkin,” beber Cannor. “Tidak perlu terburu-buru,” kata Rex pada Connor. “Kita tidak terburu-buru.”“Kurang dari 24 jam yang lalu kau marah karena kita bekerja di rumah dan ingin mengembalikan hukuman rajam,” Cannor berteriak.“Aku lapar. Aku sudah lama tidak makan, dan emosiku menguasai diriku. Jangan terburu-bu
Rosella mengerang ketika merasakan batang Rex menekan pantatnya. Sementara, tangan Rex menyelinap untuk masuk ke dalam kemeja Rosella. Jari-jari Rex menelusuri perut Rosella hingga ia mencapai kancing celana panjangnya. Rex lalu menarik, melepaskan kancing sebelum mendorong celana Rosella ke bawah kakinya.“Apakah ini yang ada dalam pikiranmu? Ketika kau terus bicara, Rosella?” Kali ini ketika Rex menggerakkan tangannya ke perut Rosella, ia terus turun sampai ke antara kedua paha Rosella. Rosella menggigit bagian dalam pipinya ketika ia mendengar Rex mengeluarkan kutukan pelan di bawah napasnya. Rosella menutup matanya. Ia tidak yakin apakah itu malu atau bukan, tetapi tidak dapat disangkal sekarang bahwa ia terangsang. Celana dalamnya yang basah adalah semua bukti yang Rex butuhkan.“Jawab aku,” tuntut Rex. “Pergilah ke neraka.” Rosella menjerit kecil ketika tangan Rex turun ke pantatnya. Kejutan rasa sakit menghantamnya, entah bagaimana langsung menuju klitorisny
Rosella mengganggu. Rex tidak dapat melakukan apa pun karena ia berpikir apakah Rosella merasa hangat atau tidak cukup panas, apakah Rosella lapar atau ia harus pergi membeli makanan, apakah Rosella mengisap ujung penanya karena itu kebiasaan ataukah ia berfantasi tentang mulutnya di sekitar batangnya. Itu mungkin kebiasaan tapi sial, bibir Rosella akan terlihat sangat melar di atas batang Rex dengan gunung kembarnya keluar dan tangannya terkubur di antara kedua kakinya. Rex bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Rosella mencapai klimaks usai perang dingin yang terjadi pada mereka belakangan ini. Apakah Rosella cepat panas atau butuh waktu untuk menyalakan apinya? Rex senang dengan kedua hal itu."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Connor. Rex terkejut mendengar suaranya. Ia benar-benar lupa bahwa ia sedang menelepon asistennya. "Maaf. Aku sedikit terganggu di sana. Begini, kita harus menyelesaikan urusan Mason. Dari tinjauanku, tampak