Rex Alba yang gila bekerja selalu pergi sebelum Rosella tiba di ruang keluarga di lantai satu. Pria tampan dan matang itu tidak hanya pergi lebih awal, tetapi juga pulang sangat larut. Sehingga, si Tutor cantik dan seksi pun bertanya-tanya, berapa banyak waktu yang sebenarnya ia bisa habiskan bersama anak-anaknya selama ini.
Tentu saja, Rosella sudah tahu jawabannya karena Rex bahkan tak mengetahui memar di sekujur tubuh salah satu putra kembarnya, Jovan, jika tidak diberi tahu. Tetapi, ia tahu bahwa berasumsi seperti itu tidak baik.Meski pun Rosella berasumsi dan menuduh Rex tidak cukup memperhatikan ketiga putranya, menyakitkan rasanya menyadari bahwa ia benar.Dan malam hari itu, saat Rex belum pulang bekerja, Rosella memutuskan untuk mengizinkan Jovin, Jovan dan Jiro menonton kartun favorit mereka sedikit lebih awal dari biasanya. Itu artinya mereka menghentikan pelajaran mereka lebih awal hari ini dan mereka dengan senang hati menyambutnya.Rosella bersama kTanpa ragu, Rosella menganggukkan kepala. Rex pun memberikan gelas berisi anggur di tangannya kepada Rosella. Dan, wanita 40an tersebut menerimanya. Setelah itu, secara bersamaan mereka menegak anggur di gelas mereka. "Jadi, apa yang terjadi?" tanya Rex kepada Rosella, nadanya penasaran, setelah ia selesai menegak anggur di gelasnya hingga tandas. Rosella menggelengkan kepala saat ia menyadari betapa anehnya keadaan saat ini. Karena, ya, sudah jelas bukan tugasnya untuk memberitahu Rex cara mengasuh anak. Ketika Rex terus menunggu jawaban, Rosella tahu bahwa ia harus mengatakan sesuatu. "Aku sangat senang menghabiskan waktu bersama Jovan, Jovin dan Jiro. Dan, aku lihat mereka juga merasakan yang sama," ungkapnya. "Ya." Rex mengangguk setuju. "Aku rasa aku mulai merasakannya," balasnya sambil tersenyum bingung."Mereka anak yang manis." Rosella menatap Rex, dan mendapati tatapannya kepadanya. "Tetapi, yang tidak kumengerti adalah mengapa kau tidak meluangkan c
"Rex," Rosella mengerang saat bibi Rex turun lebih rendah. Pria itu memberikan titik manis Rosella perlakuan yang sama, gigitan keras dan ciuman lembut yang kontan membuat jari-jari kakinya melengkung.Dengan piawai tangan Rex bergerak di atas tubuh Rosella, dan menggerakkan ibu jarinya di atas puting sang Tutor hingga putingnya mengeras. "Aaaagghhh...." Rosella mendongakkan kepala dan mengerang tak berdaya saat tangan Rex bergerak di atas gunung kembar sebelah kanannya, kemudian ia meremas dan menepuknya. Secara bergantian kecepatan ibu jarinya dan kekerasan telapak tangannya.Erangan Rosella itu membuat Rex semakin gencar menggerakkan tangan-tangan nakalnya itu di balik kemeja Rosella. Saat jari-jarinya yang hangat akhirnya menyentuh kulit pinggang Rosella, Rosella terisak pelan. "Rex, kumohon.…" pinta Rosella. Rex menyeringai. "Apa yang kau inginkan?" tanya pria ini sambil menaikkan satu alisnya. "Katakan, Rosella, apa yang kau inginkan," titahnya, "K
Tubuh Rosella bergerak bersama Rex. Ritme tubuh mereka semakin intens seiring berlalunya waktu. Gairah di antara mereka tampak memancar ke luar, dan memenuhi ruangan dengan energi yang nyaris gamblang.Lengan kuat Rex kemudian membalikkan Rosella ke punggung dan memeluknya erat-erat saat ia melaju ke arah wanita 40an tetapi cantik tersebut dengan kekuatan yang membuatnya terengah-engah. "Aahh ... aaahh ... Rex ...." Rosella mengerang dan mengepal di sekeliling Rex tatkala setiap dorongan yang dilakukan oleh Rex mengirimkan gelombang kenikmatan, yang mengalir ke seluruh tubuhnya.Saat Rex mempercepat dorongannya, lengannya yang kuat memeluk Rosella erat-erat, bibirnya menempel di leher wanita itu. Tekanan lembut namun terus-menerus dari mulutnya menyebabkan Rosella terkesiap kegirangan, dan tubuhnya bergetar di bawahnya.Sebagai balasan, Rosella mengulurkan tangan untuk membelai wajah Rex. Ujung jari Guru Les sekaligus Pengasuh nan cantik dan seksi itu menyentuh jang
Setelah memanggil Rosella dengan sebutan Gadis Kecil, mulut Rex yang panas mencium Rosella di perutnya dan turun lebih jauh ke bawah. Sebagai respon, punggung Rosella melengkung—menginginkan lebih."Ya Tuhan...." kata Rosella, berbisik dalam hatinya. Ia lalu membanting tangannya ke vaginanya. Namun, dengan cepat Rex meraih tangan Rosella dan menekannya ke kasur. Ia kemudian menghirup vagina Rosella di balik celana dalamnya. "Rosella, baumu terlalu harum untuk tidak dimakan. Katakan padaku, Rosella, jika aku boleh memakannya lagi sebagai sarapanku pagi ini?" "Aku ... Hanya saja ... Mmm." Kalimat Rosella selalu gagal."Aku tahu, Sayang. Aku di sini untuk menunjukkan padamu betapa nikmatnya rasanya," terang Rex disertai dengan seringai nakal khasnya. Rosella menggigit bibirnya saat melihat bosnya itu menghirup aroma tubuhnya lagi. Dia menggerutu—suara yang benar-benar liar, cicit batin wanita 40an yang cantik dan seksi, yang dipanggil Gadis Kecil oleh sang Presdi
Seketika saja Rex menyipitkan mata, menyeringai dan menggeleng samar usai mendengar penuturan sang Tutor. "Rosella, jangan membuatku kehilangan kendali diri, karena sekarang kau memohon penisku membuatku ingin melapisi dindingmu dan tak memikirkan konsekuensinya."Rosella hanya tersenyum karena kata-kata Rex itu. "Kau tahu, Rosella, penisku sakit untuk berada di dalammu," kata Rex dengan suara rendah. "Kalau begitu, bagaimana jika dengan mulutku? Apakah mulutku padamu akan membuatnya terasa lebih baik?" Rosella tersenyum smirk dan alisnya naik ke atas. "Astaga," Rex menggeram. Pertanyaan Rosella itu membuatnya menginginkan bibir Rosella yang cemberut di sekitar kejantanannya sejak hari ia muncul di rumahnya. Ya, ayah tiga orang putra ini ingin Rosella melihatnya saat ia menghisap dan menjilatinya sementara tangannya akan memelintir rambutnya yang panjang dan agak keriting. Lalu detik berikutnya, tatapan mata hijau Rosella bertemu dengan milik Rex lagi tatkala ia menelusuri jari-ja
Rosella menyapu lidahnya ke lidah Rex sementara ia melingkarkan satu lengan di punggung pria tampan itu, dan lengannya yang lain di rambutnya. Ketika Rosella melepaskan diri, ia menatap Rex di inti matanya sebelum ia melihat tubuhnya yang kekar nan berotot. Momen ini berlangsung selama beberapa detik... menit... Keduanya bahkan tidak tahu berapa lama itu.Namun kemudian, Rosella menggelengkan kepala sedikit dan merangkak ke bawah tubuh Rex sampai ia kini berada di antara paha lelaki tampan dan mapan itu lagi. "Katakan padaku bagaimana kau menyukainya, Rex." Kontan jantung Rex berdebar kencang di dadanya saat ia mengerang dengan pelan. "Rosella, kau tak harus membalasnya."Rosella mengulas senyum terbaiknya kepada Rex. "Aku bukannya membalas, Rex. Aku ingin melakukan ini untukmu ... dan untukku," terangnya tegas tetapi suaranya begitu pelan dan lembut. Terdengar sensual di telinga Rex. Sementata, ia memegang kejantanan Rex dan meremas batangnya dengan satu tangan. Rex pun membimbing
Saat memeluk Rosella, Rex juga membelai rambut ikalnya dengan malas, dan kemudian ia mencium pipinya dengan lembut. Bagi Rosella, ini tak terasa seperti berguling-guling santai di atas jerami. Baik pergulatan panas tadi malam maupun lagi ini terlalu intens untuk itu. Kendati begitu, Rosella tak akan menyebutkannya. Ia tidak ingin ada yang aneh di antaranya dan Rex. "Rosella, kau benar tadi malam," ucap Rex tiba-tiba, sehingga membuat kening Rosella berkerut dan wajahnya tampak bingung. "Tetang apa?" tanya Rosella karena otaknya terasa lembek. Ia tidak dapat mengingat banyak hal lain dari tadi malam. "Tentang anak-anak," jawab Rex. Bicaranya pelan. "Aku agak mengabaikan mereka. Karena itulah, aku ingin menjelaskannya pada mereka," imbuhnya. Rosella mendengus lemah dan menganggukkan kepala mengerti. "Jadi, bagaimana rencanamu?" balasnya sambil menjauh dari Rex hanya untuk menatapnya. Rex lalu mengarahkan mata c
Rex tahu apa yang coba dilakukan ayahnya, tetapi tentu saja ia tidak akan memberinya kesempatan untuk mempermalukan Rosella. Rosella melirik Rex, matanya dipenuhi rasa terima kasih. Sementara, ayah Rex tidak mengalihkan pandangan darinya. Ia terus mengamatinya. Ketika Rex tidak dapat menahan keheningan yang menegangkan lebih lama lagi, ia pun berdeham pelan dan berkata, "By the way, aku punya proyek baru yang sedang berjalan dengan baik." Penuturan Rex itu berhasil menarik perhatian ayah Rex. Buktinya, pria paruh baya dengan rambut berubannya itu dengan cepat mengalihkan matanya yang berbinar ke arah Rex. "Benarkah?" ucap ayah Rex sambil memasang raut wajah senang. "Ya," jawab Rex sambil menusuk salad asam dan gurih di piringnya ke dalam mulutnya. "Proyeksinya bagus, dan aku yakin itu akan mencapai titik impas," jelasnya. Setelah itu, Rex terus berbicara tentang bisnisnya dengan ayah