Saat memeluk Rosella, Rex juga membelai rambut ikalnya dengan malas, dan kemudian ia mencium pipinya dengan lembut. Bagi Rosella, ini tak terasa seperti berguling-guling santai di atas jerami. Baik pergulatan panas tadi malam maupun lagi ini terlalu intens untuk itu. Kendati begitu, Rosella tak akan menyebutkannya. Ia tidak ingin ada yang aneh di antaranya dan Rex. "Rosella, kau benar tadi malam," ucap Rex tiba-tiba, sehingga membuat kening Rosella berkerut dan wajahnya tampak bingung. "Tetang apa?" tanya Rosella karena otaknya terasa lembek. Ia tidak dapat mengingat banyak hal lain dari tadi malam. "Tentang anak-anak," jawab Rex. Bicaranya pelan. "Aku agak mengabaikan mereka. Karena itulah, aku ingin menjelaskannya pada mereka," imbuhnya. Rosella mendengus lemah dan menganggukkan kepala mengerti. "Jadi, bagaimana rencanamu?" balasnya sambil menjauh dari Rex hanya untuk menatapnya. Rex lalu mengarahkan mata c
Rex tahu apa yang coba dilakukan ayahnya, tetapi tentu saja ia tidak akan memberinya kesempatan untuk mempermalukan Rosella. Rosella melirik Rex, matanya dipenuhi rasa terima kasih. Sementara, ayah Rex tidak mengalihkan pandangan darinya. Ia terus mengamatinya. Ketika Rex tidak dapat menahan keheningan yang menegangkan lebih lama lagi, ia pun berdeham pelan dan berkata, "By the way, aku punya proyek baru yang sedang berjalan dengan baik." Penuturan Rex itu berhasil menarik perhatian ayah Rex. Buktinya, pria paruh baya dengan rambut berubannya itu dengan cepat mengalihkan matanya yang berbinar ke arah Rex. "Benarkah?" ucap ayah Rex sambil memasang raut wajah senang. "Ya," jawab Rex sambil menusuk salad asam dan gurih di piringnya ke dalam mulutnya. "Proyeksinya bagus, dan aku yakin itu akan mencapai titik impas," jelasnya. Setelah itu, Rex terus berbicara tentang bisnisnya dengan ayah
Saat Rex mendekati Rosella, wanita nan cantik dan seksi itu menggelengkan kepalanya lagi. "kurasa aku tidak bisa terus melakukan ini," ucap Rosella, pelan. "Di bawah tatapan tajam pengawasan dan ketidaksetujuan ayahmu, aku merasa semuanya salah," imbuhnya. Rex berdiri di belakang Rosella, cukup dekat untuk disentuh, tapi tidak sepenuhnya. "Saat aku menyentuhmu, apakah kau merasa jijik, Rosella?" Rex bergumam dengan nada suara rendah. Tanpa ragu sedikit pun, dan bahkan dengan cepat, Rosella menggelengkan kepalanya tegas. Sesaat usai Rosella menjawab dengan gelengan kepala, Rex melangkah lebih dekat kepadanya. Kemudian, tangannya bergerak ke rambut yang ia kagumi beberapa menit sebelumnya. Ketika Rex menyibakkan rambut panjang Rosella ke samping, getaran kecil saat ia menyentuhnya tak luput dari perhatiannya. Lalu detik berikutnya, Rex menjatuhkan bibirnya yang tiba-tiba haus akan tubuh Rosella ke bahunya yang sempurna dengan bintik
Lidah Rosella meluncur di bibirnya. "Rex, kau suka bicara kotor?" tanyanya dengan suara sensual. Rex tersenyum smirk. "Itu karena kau membuatku merasa liar, Rosella," jawab Rex. Selanjutnya, ia menarik celana dalam Rosella dan melemparkannya bersama gaunnya ke lantai. Rosella menggigil. "Aku lebih membutuhkannya sekarang daripada sebelumnya," aku wanita ini tanpa ragu. Sesaat setelah mendengar penuturan Rosella, ia melepas pakaiannya dan berlutut di tempat tidur. "Buka kakimu, biarkan aku melihatmu," perintah Rex pada Tutor dan Pengasuh ketiga putranya, yang menjadi favoritnya. Segera, Rosella menuruti perintah Rex. Buktinya, ia melebarkan kedua kakinya. Lalu, Rex menekan mulutnya ke liang senggama wanita 40an nan cantik dan seksi itu. "Aaaaaaaggghh...." Rosella mengerang bersamaan dengan punggungnya yang melengkuk ke atas, membuat mulut Rex semakin dekat dengan liang senggamanya. "Oh Ya Tuhan ... Re
Tidak berselang lama, Rosella menarik Rex ke atas, berbalik dan memperlihatkan pantatnya yang benar-benar indah kepadanya yang menunjukkan bahwa ia ingin bercinta. Menyadari hal itu, Rex mendorong Mr. P nya yang keras seperti batu tepat ke dalam vagina Rosella yang lagi-lagi telah basah, kencang, dan panas. Lalu, ia meniduri si Tutor dan Pengasuh cantik dan seksi tersebut. "Aaaagghh...." Rosella mencoba untuk tak berisik saat bercinta dengan Rex. Namun, ia gagal. Sama seperti biasanya, ia selalu berisik saat mereka bersenggama. Rex meniduri Rosella selama beberapa menit, dan Rosella akhirnya gemetar di bawah pancuran shower saat sang Presdir memijat klitorisnya sambil menidurinya dari belakang. Namun kemudian, Rosella berbalik lagi dan Rex dengan Mr. P nya menyelinap keluar dari vagina Rosella yang ketat dan masih berdenyut hebat tapi sangat hangat. "Cum for me now," kata Rosella, tegas kepada Rex. Lalu detik berikutnya, ia berlutut dan mulai mengisap Mr. P milik Rex samb
Joy pun tertawa. "Tapi kau memikirkannya, bukan? Jelas sekali, Rosella, kau menyukainya. Kau mencintainya. Aku yakin seratus persen!" Joy mengangkat bahu lalu ia menatap Rosella sedikit serius. "Kuharap kau tidak terluka. Apa yang terjadi saat dia memutuskan untuk mengakhiri perjanjian yang saling menyenangkan ini?" "Hhhh ...." Rosella menghela napasnya, kemudian ia mengalihkan pandangannya dari Joy. Ia terkejut dengan tusukan yang dirasakan di dadanya tatkala ia memikirkan perjanjian kecil di antaranya dan Rex berakhir. "Mungkin aku jatuh cinta pada miliarder yang sombong itu," ujarnya, bergumam dalam hati. "Ya Tuhan," gumam Rosella sambil menundukkan wajahnya ke tangannya dan menutup matanya. "Rosella," gumam Joy dengan cemas. "Kurasa kau benar, Joy," cetus Rosella dari balik tangannya. Suaranya teredam dan serak karena emosi yang saat ini mengalir melalui dirinya. "Mungkin aku mulai mengembangkan perasaan yang dalam untuk Rex." Sesaat usai bicara, Rosella mengintip Joy. Wanit
"Jadi, kau—""Ya," ujar Alexa. Nadanya dingin saat ia memotong bicara Rosella yang terbata-bata. "Tidak kusangka kalian akan menemukanku secepat ini." Alexa menatap Rosella, Joy, dan Daka silih berganti. "Sepertinya alam semesta yang mengatur semua ini," balas Rosella. Nada bicaranya tidak kalah dingin dari nada bicara Alexa. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau mengirimiku pesan dan menyuruh orang lain menemuiku di rumah sakit Mars waktu itu?" cercanya dengan rasa tak sabar di hatinya. Kontan Alexa yang memakai kacamata hitam itu tersenyum miring. "Aku tidak akan memberitahumu siapa aku sebenarnya sampai kau sendiri berhasil menangkap orang-orang biadab itu," tegas wanita berusia 30an ini. Seketika saja Rosella mengernyitkan wajah, dan ia menatap Alexa bingung."Dia juga mengatakan hal yang sama padaku, Ro," sahut Daka. Nada dan raut wajahnya kesal. Ia kemudian menatap Alexa yang duduk di sebelahnya. "Karena itu, aku membawamu kemari. Rosella perlu informasi. Da
Pernyataan Alexa itu kontan membuat Rosella dan Daka juga Joy terkejut, terbelalak, dan tercekat. "Ada satu hal lagi yang perlu kau ketahui, bahwa malam itu aku dibayar oleh Dr. Raksa. Tetapi, nomornya sudah kuhapus karena aku ingin melupakannya," tambah Alexa. Nada bicara dan raut wajahnya penuh sesal. "Dr. Raksa?" tanya Daka dengan kening berkerut. "Ya, ahli jantung andal di rumah sakit Mars," jawab Alexa. ***Usai bertemu Alexa, keesokan harinya Daka pergi ke kantor Dr. Raksa setelah mendapatkan alamatnya dari Alexa. "Maaf, Tuan, hari ini Dr. Raksa tidak ada," ungkap seorang wanita dengan rambut hitam yang digulung ke atas dari balik meja resepsionis kepada Daka yang berdiri di hadapannya. "Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" tanya Daka dengan tenang dan sopan. "Ini darurat," terangnya. "Hm..." Wanita itu mengalihkan pandangannya dari Daka ke komputer di depannya, melihat jadwal kegiatan Dr. Raksa. "Besok Dr. Raksa ada satu operasi.
Rex berhenti sejenak karena Rosella kesal, yang membuatnya terkejut. Rex pikir mereka akan segera bertemu, tetapi cara Rosella menuduh Rex bersikap mencurigakan, membuatnya bertanya-tanya apakah Rosella atau seseorang yang ia kenal kehilangan uang dalam transaksi tanah spekulatif.“Tidak. Itu penting. Ada beberapa orang yang kacau dalam bisnis real estat dan jika ada seseorang yang menurutku tidak mampu, aku mencoba memperingatkan mereka. Tetapi banyak orang tidak menginginkan bantuan, Rosella. Seperti beberapa minggu atau bulan yang lalu, seseorang bunuh diri setelah menginvestasikan seluruh tabungan hidupnya dalam skema investasi untuk membeli properti hotel ini. Orang yang menjalankan skema itu tidak memiliki cukup uang untuk tawaran minimum. Alih-alih memberi tahu investornya, dia kabur membawa uangnya,” beber Rex. “Tempat ini? Yang sedang kita lihat?” Rosella berputar pelan di tengah lobi yang penuh debu. Kaca untuk unit ritel sedang dipasang, dan meja resepsionis marm
Rosella memberitahu Chris tentang kesepakatan Park Hill. Ia mengambil file yang disimpan dan melampirkannya sebelum ia menghapus jejak informasi apa pun dari ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Rasa bersalah mulai menggerogoti Rosella.Rasa bersalah itu menyusup dari sekeliling Rosella. Rasa bersalah terhadap Rimba dan tidak bisa menjaga performanya. Rasa bersalah atas apa yang mungkin ia lakukan pada Hugo Kenyataan.Rex berkata dulu itu perusahaannya adalah milik ayahnya. Dan yang mengejutkan Rosella, bagian yang paling membuatnya merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa ia mengkhianati Rex.Rosella seharusnya tidak merasa bersalah atas hal itu, tetapi ia merasa bersalah. Tidak peduli seberapa sering ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang membalas kematian Rimba, rasa bersalah itu tetap ada.Rosella meraih handuk untuk menyeka wajahnya. Satu-satunya saat rasa bersalah dan amarah itu tidak mencoba menguasainya adalah ketika Rex memeganginya. Kendali yan
Rosella menatap ke bawah ke set catur, dan jantungnya mulai berdebar. Ia mengusap telapak tangannya yang berkeringat di pahanya, mencoba mencari tahu bagaimana ia akan keluar dari situasi ini. Rasa bersalah yang seharusnya tidak ia rasakan seketika menyerangnya. "Ini indah," Rosella mengakui, mengambil ratu dari Rex. "Kenapa Joy dan Chris harus meletakkan ini di resumeku yang dibuat-buat?" Rosella menggerutu dalam hati. Rosella sama sekali tidak tahu apa-apa tentang catur. Biasanya tidak butuh waktu lama bagi Rosella untuk mengingat sesuatu dengan ingatannya, tetapi dalam hal ini, ia sama sekali tidak tahu. Rosella harus mengalihkan perhatian Rex sehingga Rex tidak sadar kalau ia tidak tahu apa yang ia lakukan.Rosella bahkan tidak tahu nama separuh bidaknya, apalagi cara memainkannya. Rosella mencoba mencari di otaknya untuk melihat apakah ia dapat mengingat momen saat orang lain bermain di dekatnya. Kalau saja ia dapat mengingatnya, setidaknya ia dapat mengambil bebe
"Dokumen untuk kesepakatan Park Hill hampir selesai, dan aku akan mengirimkannya kepadamu sore ini. Kami memiliki beberapa petunjuk tentang SUV hitam yang kami incar. Polisi tidak banyak membantu, tetapi orang yang memiliki perusahaan teknologi di lantai atas, Maxim, sedang mengerjakan semacam pengenalan karakter. Aku tidak begitu memahaminya, tetapi dia berpikir bahwa dengan melapisi foto-foto dari CCTV dan membandingkan bentuk-bentuk piksel dengan basis data gambar, kita akan dapat mengidentifikasi pelat nomor SUV tersebut. Aku tidak berpikir itu dapat dilakukan, tetapi dia cukup yakin. Itu berarti kita seharusnya dapat kembali ke kantor sekitar minggu depan mungkin,” beber Cannor. “Tidak perlu terburu-buru,” kata Rex pada Connor. “Kita tidak terburu-buru.”“Kurang dari 24 jam yang lalu kau marah karena kita bekerja di rumah dan ingin mengembalikan hukuman rajam,” Cannor berteriak.“Aku lapar. Aku sudah lama tidak makan, dan emosiku menguasai diriku. Jangan terburu-bu
Rosella mengerang ketika merasakan batang Rex menekan pantatnya. Sementara, tangan Rex menyelinap untuk masuk ke dalam kemeja Rosella. Jari-jari Rex menelusuri perut Rosella hingga ia mencapai kancing celana panjangnya. Rex lalu menarik, melepaskan kancing sebelum mendorong celana Rosella ke bawah kakinya.“Apakah ini yang ada dalam pikiranmu? Ketika kau terus bicara, Rosella?” Kali ini ketika Rex menggerakkan tangannya ke perut Rosella, ia terus turun sampai ke antara kedua paha Rosella. Rosella menggigit bagian dalam pipinya ketika ia mendengar Rex mengeluarkan kutukan pelan di bawah napasnya. Rosella menutup matanya. Ia tidak yakin apakah itu malu atau bukan, tetapi tidak dapat disangkal sekarang bahwa ia terangsang. Celana dalamnya yang basah adalah semua bukti yang Rex butuhkan.“Jawab aku,” tuntut Rex. “Pergilah ke neraka.” Rosella menjerit kecil ketika tangan Rex turun ke pantatnya. Kejutan rasa sakit menghantamnya, entah bagaimana langsung menuju klitorisny
Rosella mengganggu. Rex tidak dapat melakukan apa pun karena ia berpikir apakah Rosella merasa hangat atau tidak cukup panas, apakah Rosella lapar atau ia harus pergi membeli makanan, apakah Rosella mengisap ujung penanya karena itu kebiasaan ataukah ia berfantasi tentang mulutnya di sekitar batangnya. Itu mungkin kebiasaan tapi sial, bibir Rosella akan terlihat sangat melar di atas batang Rex dengan gunung kembarnya keluar dan tangannya terkubur di antara kedua kakinya. Rex bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Rosella mencapai klimaks usai perang dingin yang terjadi pada mereka belakangan ini. Apakah Rosella cepat panas atau butuh waktu untuk menyalakan apinya? Rex senang dengan kedua hal itu."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Connor. Rex terkejut mendengar suaranya. Ia benar-benar lupa bahwa ia sedang menelepon asistennya. "Maaf. Aku sedikit terganggu di sana. Begini, kita harus menyelesaikan urusan Mason. Dari tinjauanku, tampak
Rosella bersumpah Rex Alba tampak seperti akan menciumnya. Rex mendapati Rosella, ia mencondongkan tubuhnya ke arahnya seolah ia menginginkan ciuman itu. Perut Rosella mengeluarkan suara keroncongan keras, dan ia jadi tidak yakin apakah ia ingin mengutuknya atau berterima kasih padanya karena telah mengganggunya dan Rex, tetapi ia tersenyum."Ayo kita makan."Rosella menganggukkan kepala karena sepertinya ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Rex melepaskan tangannya dan meraih tangan Rosella untuk menuntunnya menyusuri lorong. Rosella belum sempat melihat sekeliling, yang jelas rumah terasa sepi. Jadi, ia yakin anak-anak telah tidur dan ia hanya melihat apa yang bisa ia lihat saat mereka berdua menuju dapur.Rumah Rex mengingatkan Rosella pada saat kali pertama ia datang ke rumah itu. Suasana rumah itu juga mengingatkan Rosella pada salah satu rumah mewah di suatu tempat. Semuanya serasi, dan kau bisa tahu tidak ada yang murah. Tetapi tidak ada sentuhan pribadi la
“Aku hanya makan malam denganmu,” jawab Rosella. “Dan menghabiskan malam denganku,” kata Rex. “Tidur akan menghabiskan banyak energi? Apa kau punya tempat tidur getar? Tunggu. Jangan jawab itu. Mari kita bicarakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan apa yang terjadi di kepalamu,” balas Rosella. Rex mengernyitkan wajah. “Bagaimana mungkin?”“Apa kau benar-benar bekerja di rumah?” Rosella bersikeras, mengganti topik pembicaraan.Rex mengangguk. “Ya.”“Maksudmu, apakah kau punya komputer dan sebagainya?” tanya Rosella, asal. Ia bergalak seolah ia tak pernah tinggal di rumah Rex. "Hhhhh...." Rex mendengus lemah. "Bukankah kau sudah pernah melihat komputer di rumah?" tanyanya pada Rosella. "Lagi pula, semua orang pasti punya komputer di rumah mereka?”Rosella menggeleng tegas. “Tidak. Komputer itu mahal.”Di lampu merah, Rosella menoleh untuk melihat Leila, salah satu karyawan di perusahaan Rex, dengan saksama. Ia menginap di motel jangka panjang
"Kau sangat mengganggu," akhirnya Rex berkata, memecah kesunyian. "Itu sebabnya aku tak peduli dengan penampilanmu. Tak peduli apa niatmu padaku sekarang. Tak peduli dengan kekecewaanmu. Aku ingin mengubah kesakitan ini. Aku ingin menebus kesalahanku, mantan istriku dan orang tuaku padamu dan Rimba. Aku ingin menajagmu. Kau telah mengambil semua perhatianku, Rosella." Rex menggeram di bagian terakhir saat pikiran Rosella membungkus apa yang Rex katakan. "Tapi—" Rosella tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena Rex mencengkeramnya. Rex menarik Rosella ke tubuhnya, dan mulutnya turun ke mulutnya. Untuk sesaat Rosella bersandar pada Rex, dan menikmati kehangatan juga kenyamanan tubuhnya. Ia membiarkan semua yang lain terlepas saat Rex mendorong lidahnya ke dalam mulutnya. Ketukan di pintu membuat Rosella melompat mundur. Semuanya membanjiri kembali padanya tentang kenyataan tentang siapa Rex Alba juga bagaimana orang tuanya. Dan seberapa banyak yan