Lidah Rosella meluncur di bibirnya. "Rex, kau suka bicara kotor?" tanyanya dengan suara sensual.
Rex tersenyum smirk. "Itu karena kau membuatku merasa liar, Rosella," jawab Rex. Selanjutnya, ia menarik celana dalam Rosella dan melemparkannya bersama gaunnya ke lantai. Rosella menggigil. "Aku lebih membutuhkannya sekarang daripada sebelumnya," aku wanita ini tanpa ragu. Sesaat setelah mendengar penuturan Rosella, ia melepas pakaiannya dan berlutut di tempat tidur. "Buka kakimu, biarkan aku melihatmu," perintah Rex pada Tutor dan Pengasuh ketiga putranya, yang menjadi favoritnya. Segera, Rosella menuruti perintah Rex. Buktinya, ia melebarkan kedua kakinya. Lalu, Rex menekan mulutnya ke liang senggama wanita 40an nan cantik dan seksi itu. "Aaaaaaaggghh...." Rosella mengerang bersamaan dengan punggungnya yang melengkuk ke atas, membuat mulut Rex semakin dekat dengan liang senggamanya. "Oh Ya Tuhan ... ReTidak berselang lama, Rosella menarik Rex ke atas, berbalik dan memperlihatkan pantatnya yang benar-benar indah kepadanya yang menunjukkan bahwa ia ingin bercinta. Menyadari hal itu, Rex mendorong Mr. P nya yang keras seperti batu tepat ke dalam vagina Rosella yang lagi-lagi telah basah, kencang, dan panas. Lalu, ia meniduri si Tutor dan Pengasuh cantik dan seksi tersebut. "Aaaagghh...." Rosella mencoba untuk tak berisik saat bercinta dengan Rex. Namun, ia gagal. Sama seperti biasanya, ia selalu berisik saat mereka bersenggama. Rex meniduri Rosella selama beberapa menit, dan Rosella akhirnya gemetar di bawah pancuran shower saat sang Presdir memijat klitorisnya sambil menidurinya dari belakang. Namun kemudian, Rosella berbalik lagi dan Rex dengan Mr. P nya menyelinap keluar dari vagina Rosella yang ketat dan masih berdenyut hebat tapi sangat hangat. "Cum for me now," kata Rosella, tegas kepada Rex. Lalu detik berikutnya, ia berlutut dan mulai mengisap Mr. P milik Rex sambil m
Joy pun tertawa. "Tapi kau memikirkannya, bukan? Jelas sekali, Rosella, kau menyukainya. Kau mencintainya. Aku yakin seratus persen!" Joy mengangkat bahu lalu ia menatap Rosella sedikit serius. "Kuharap kau tidak terluka. Apa yang terjadi saat dia memutuskan untuk mengakhiri perjanjian yang saling menyenangkan ini?" "Hhhh ...." Rosella menghela napasnya, kemudian ia mengalihkan pandangannya dari Joy. Ia terkejut dengan tusukan yang dirasakan di dadanya tatkala ia memikirkan perjanjian kecil di antaranya dan Rex berakhir. "Mungkin aku jatuh cinta pada miliarder yang sombong itu," ujarnya, bergumam dalam hati. "Ya Tuhan," gumam Rosella sambil menundukkan wajahnya ke tangannya dan menutup matanya. "Rosella," gumam Joy dengan cemas. "Kurasa kau benar, Joy," cetus Rosella dari balik tangannya. Suaranya teredam dan serak karena emosi yang saat ini mengalir melalui dirinya. "Mungkin aku mulai mengembangkan perasaan yang dalam untuk Rex." Sesaat usai bicara, Rosella mengintip Joy. Wanit
"Jadi, kau—""Ya," ujar Alexa. Nadanya dingin saat ia memotong bicara Rosella yang terbata-bata. "Tidak kusangka kalian akan menemukanku secepat ini." Alexa menatap Rosella, Joy, dan Daka silih berganti. "Sepertinya alam semesta yang mengatur semua ini," balas Rosella. Nada bicaranya tidak kalah dingin dari nada bicara Alexa. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau mengirimiku pesan dan menyuruh orang lain menemuiku di rumah sakit Mars waktu itu?" cercanya dengan rasa tak sabar di hatinya. Kontan Alexa yang memakai kacamata hitam itu tersenyum miring. "Aku tidak akan memberitahumu siapa aku sebenarnya sampai kau sendiri berhasil menangkap orang-orang biadab itu," tegas wanita berusia 30an ini. Seketika saja Rosella mengernyitkan wajah, dan ia menatap Alexa bingung."Dia juga mengatakan hal yang sama padaku, Ro," sahut Daka. Nada dan raut wajahnya kesal. Ia kemudian menatap Alexa yang duduk di sebelahnya. "Karena itu, aku membawamu kemari. Rosella perlu informasi. Da
Pernyataan Alexa itu kontan membuat Rosella dan Daka juga Joy terkejut, terbelalak, dan tercekat. "Ada satu hal lagi yang perlu kau ketahui, bahwa malam itu aku dibayar oleh Dr. Raksa. Tetapi, nomornya sudah kuhapus karena aku ingin melupakannya," tambah Alexa. Nada bicara dan raut wajahnya penuh sesal. "Dr. Raksa?" tanya Daka dengan kening berkerut. "Ya, ahli jantung andal di rumah sakit Mars," jawab Alexa. ***Usai bertemu Alexa, keesokan harinya Daka pergi ke kantor Dr. Raksa setelah mendapatkan alamatnya dari Alexa. "Maaf, Tuan, hari ini Dr. Raksa tidak ada," ungkap seorang wanita dengan rambut hitam yang digulung ke atas dari balik meja resepsionis kepada Daka yang berdiri di hadapannya. "Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" tanya Daka dengan tenang dan sopan. "Ini darurat," terangnya. "Hm..." Wanita itu mengalihkan pandangannya dari Daka ke komputer di depannya, melihat jadwal kegiatan Dr. Raksa. "Besok Dr. Raksa ada satu operasi.
"Hhhhh ...." Rosella menghela napas panjang yang terasa berat. "Tidak, Joy. Sejak awal bertemu Rex, aku tak melihat bayangan gelap di sisinya atau jam kehidupan di tangannya," terangnya. Ia lalu memijat pelipisnya pelan. "Rosella!" Joy yang duduk di depan meja komputer di kamarnya berdiri secara tiba-tiba. Dan teriakannya itu juga membuat Rosella terkejut bukan main."Kenapa kau berteriak—""Ini kesempatan untukmu hidup, Rosella," potong Joy, sangat bersemangat. "Jadilah seorang penyintas, Ro. Jalannya tidak mudah, tapi kau harus bertahan apa pun caranya." Dari kamarnya yang nyaman, Joy menekuk otot bisep kirinya, tanda bahwa ia memberikan dukungan dan semangat pada Rosella.Namun yang diberi dukungan dan semangat justru memasang wajah bingung. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya pada Joy. "Mulai saat ini...." Joy berjalan mendekati jendela kaca yang cukup besar di kamarnya, dan memandang ke arah luar jendela. "Kau harus mengamati Rex diam-diam. Kau h
"Mulai sekarang, aku berjanji akan menuruti Ayah. Aku akan menuruti kata-kata dan perintah Ayah. Aku akan berhenti main gim, dan mengendalikan amarahku," terang Jovin, terisak.Sementara itu, Rex tetap bergeming dengan mata berkaca-kaca. Pria itu sedang menahan tangisnya. "Ayah." Jovin menangis lalu menggenggam tangan ayahnya sambil menatapnya memohon dan penuh harap. "Aku akan lakukan apa pun jika bisa hidup. Hidupku tidak boleh berakhir seperti ini, Ayah. Ini tak adil. Ayah akhirnya akan bercerai dengan Ibu, dan akan ada banyak hari yang baik untuk Ayah di masa depan. Apa aku harus mati tanpa melihatnya? Aku mau melihat Ayah kembali bahagia dan menikah lagi. Aku mau Ayah melakukan itu sebelum aku mati. Apa Ayah tahu apa keinginan selama ini? Aku ingin punya foto keluarga seperti keluarga lain. Jadi, tolong aku Ayah. Tolong selamatkan aku," katanya sambil menangis. Rex tak kuasa mendengar kata-kata Jovin. Jadi, ia segera membawa putranya itu ke dalam dekapannya. Ia me
Saat kedua kalinya Rex memutar ketiga jarinya dan mulai mengerjakan titik U milik Rosella dengan ibu jarinya, Rosella kontan kehilangan kendali. Wanita cantik dan seksi itu memutar dan beputar, mengerang tatkala ia berjuang untuk menuruti apa yang diinginkan tubuhnya. "Aaaagghhh... aagghh...." Rosella berteriak sekeras-kerasnya dan tubuhnya mengejang. Ini adalah favoritnya, dan Rex menikmati suaranya. Untung saja ruang kerja itu kedap suara sehingga orang tidak akan bisa mendengar seksinya. Ketika seorang wanita mencapai klimaks, itu adalah suara terseksi di dunia.Tidak lama, tubuh Rosella yang hilang kendali kini menjadi tenang kembali. Dan kemudian, ia menatap Rex sambil terengah-engah. "Benarkah, kau harus membuatku mencapai klimaks secepat itu?" tanya wanita ini. Rex menyeringai dan menggeleng samar. "Rosella, aku tanya apa yang kau mau. Sekarang lepas bajumu," titah Rex pada Rosella.Rosella pun duduk, dan ia menarik bajunya ke atas kepala secara perlahan. G
Dengan terengah-engah, Rosella menganggukkan kepalanya. "Ya, aku suka!" katanya, membuat sang Presdir tersenyum bangga. Kemudian, bulu kuduk Rosella berdiri. Bagaimana mungkin bulu kuduk Rosella bisa tidak berdiri, langkah Rex yang tidak tergesa-gesa tetapi benar-benar menyiksa saat meniduri dirinya membuatnya gugup setengah mati meskipun ini bukanlah pergulatan panas mereka yang pertama. Rosella bergidik saat kakinya terus bergerak-gerak."Aaagghh ...." Rosella mencengkeram bokong Rex yang kencang dan lentur saat pria tampan itu mendorong kejantanannya lebih keras ke dalam liang senggamanya, dan bergoyang keluar-masuk dengan ritme yang cepat.Saat Rosella dan Rex hendak menuju puncak yang sempurna dari pergulatan panas mereka, tiba-tiba.... "Tok ... tok ... tok ...." Ada suara ketukan di pintu, yang membuat Rosella terkejut dan terbelalak sementara Rex tampak biasa saja, karena ia tahu jika janji temu berikutnya baru akan datang dalam waktu dekat. Rex te