"Jadi, kau—"
"Ya," ujar Alexa. Nadanya dingin saat ia memotong bicara Rosella yang terbata-bata. "Tidak kusangka kalian akan menemukanku secepat ini." Alexa menatap Rosella, Joy, dan Daka silih berganti."Sepertinya alam semesta yang mengatur semua ini," balas Rosella. Nada bicaranya tidak kalah dingin dari nada bicara Alexa. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau mengirimiku pesan dan menyuruh orang lain menemuiku di rumah sakit Mars waktu itu?" cercanya dengan rasa tak sabar di hatinya.Kontan Alexa yang memakai kacamata hitam itu tersenyum miring. "Aku tidak akan memberitahumu siapa aku sebenarnya sampai kau sendiri berhasil menangkap orang-orang biadab itu," tegas wanita berusia 30an ini.Seketika saja Rosella mengernyitkan wajah, dan ia menatap Alexa bingung."Dia juga mengatakan hal yang sama padaku, Ro," sahut Daka. Nada dan raut wajahnya kesal. Ia kemudian menatap Alexa yang duduk di sebelahnya. "Karena itu, aku membawamu kemari. Rosella perlu informasi. DaPernyataan Alexa itu kontan membuat Rosella dan Daka juga Joy terkejut, terbelalak, dan tercekat. "Ada satu hal lagi yang perlu kau ketahui, bahwa malam itu aku dibayar oleh Dr. Raksa. Tetapi, nomornya sudah kuhapus karena aku ingin melupakannya," tambah Alexa. Nada bicara dan raut wajahnya penuh sesal. "Dr. Raksa?" tanya Daka dengan kening berkerut. "Ya, ahli jantung andal di rumah sakit Mars," jawab Alexa. ***Usai bertemu Alexa, keesokan harinya Daka pergi ke kantor Dr. Raksa setelah mendapatkan alamatnya dari Alexa. "Maaf, Tuan, hari ini Dr. Raksa tidak ada," ungkap seorang wanita dengan rambut hitam yang digulung ke atas dari balik meja resepsionis kepada Daka yang berdiri di hadapannya. "Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" tanya Daka dengan tenang dan sopan. "Ini darurat," terangnya. "Hm..." Wanita itu mengalihkan pandangannya dari Daka ke komputer di depannya, melihat jadwal kegiatan Dr. Raksa. "Besok Dr. Raksa ada satu operasi.
"Hhhhh ...." Rosella menghela napas panjang yang terasa berat. "Tidak, Joy. Sejak awal bertemu Rex, aku tak melihat bayangan gelap di sisinya atau jam kehidupan di tangannya," terangnya. Ia lalu memijat pelipisnya pelan. "Rosella!" Joy yang duduk di depan meja komputer di kamarnya berdiri secara tiba-tiba. Dan teriakannya itu juga membuat Rosella terkejut bukan main."Kenapa kau berteriak—""Ini kesempatan untukmu hidup, Rosella," potong Joy, sangat bersemangat. "Jadilah seorang penyintas, Ro. Jalannya tidak mudah, tapi kau harus bertahan apa pun caranya." Dari kamarnya yang nyaman, Joy menekuk otot bisep kirinya, tanda bahwa ia memberikan dukungan dan semangat pada Rosella.Namun yang diberi dukungan dan semangat justru memasang wajah bingung. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya pada Joy. "Mulai saat ini...." Joy berjalan mendekati jendela kaca yang cukup besar di kamarnya, dan memandang ke arah luar jendela. "Kau harus mengamati Rex diam-diam. Kau h
"Mulai sekarang, aku berjanji akan menuruti Ayah. Aku akan menuruti kata-kata dan perintah Ayah. Aku akan berhenti main gim, dan mengendalikan amarahku," terang Jovin, terisak.Sementara itu, Rex tetap bergeming dengan mata berkaca-kaca. Pria itu sedang menahan tangisnya. "Ayah." Jovin menangis lalu menggenggam tangan ayahnya sambil menatapnya memohon dan penuh harap. "Aku akan lakukan apa pun jika bisa hidup. Hidupku tidak boleh berakhir seperti ini, Ayah. Ini tak adil. Ayah akhirnya akan bercerai dengan Ibu, dan akan ada banyak hari yang baik untuk Ayah di masa depan. Apa aku harus mati tanpa melihatnya? Aku mau melihat Ayah kembali bahagia dan menikah lagi. Aku mau Ayah melakukan itu sebelum aku mati. Apa Ayah tahu apa keinginan selama ini? Aku ingin punya foto keluarga seperti keluarga lain. Jadi, tolong aku Ayah. Tolong selamatkan aku," katanya sambil menangis. Rex tak kuasa mendengar kata-kata Jovin. Jadi, ia segera membawa putranya itu ke dalam dekapannya. Ia me
Saat kedua kalinya Rex memutar ketiga jarinya dan mulai mengerjakan titik U milik Rosella dengan ibu jarinya, Rosella kontan kehilangan kendali. Wanita cantik dan seksi itu memutar dan beputar, mengerang tatkala ia berjuang untuk menuruti apa yang diinginkan tubuhnya. "Aaaagghhh... aagghh...." Rosella berteriak sekeras-kerasnya dan tubuhnya mengejang. Ini adalah favoritnya, dan Rex menikmati suaranya. Untung saja ruang kerja itu kedap suara sehingga orang tidak akan bisa mendengar seksinya. Ketika seorang wanita mencapai klimaks, itu adalah suara terseksi di dunia.Tidak lama, tubuh Rosella yang hilang kendali kini menjadi tenang kembali. Dan kemudian, ia menatap Rex sambil terengah-engah. "Benarkah, kau harus membuatku mencapai klimaks secepat itu?" tanya wanita ini. Rex menyeringai dan menggeleng samar. "Rosella, aku tanya apa yang kau mau. Sekarang lepas bajumu," titah Rex pada Rosella.Rosella pun duduk, dan ia menarik bajunya ke atas kepala secara perlahan. G
Dengan terengah-engah, Rosella menganggukkan kepalanya. "Ya, aku suka!" katanya, membuat sang Presdir tersenyum bangga. Kemudian, bulu kuduk Rosella berdiri. Bagaimana mungkin bulu kuduk Rosella bisa tidak berdiri, langkah Rex yang tidak tergesa-gesa tetapi benar-benar menyiksa saat meniduri dirinya membuatnya gugup setengah mati meskipun ini bukanlah pergulatan panas mereka yang pertama. Rosella bergidik saat kakinya terus bergerak-gerak."Aaagghh ...." Rosella mencengkeram bokong Rex yang kencang dan lentur saat pria tampan itu mendorong kejantanannya lebih keras ke dalam liang senggamanya, dan bergoyang keluar-masuk dengan ritme yang cepat.Saat Rosella dan Rex hendak menuju puncak yang sempurna dari pergulatan panas mereka, tiba-tiba.... "Tok ... tok ... tok ...." Ada suara ketukan di pintu, yang membuat Rosella terkejut dan terbelalak sementara Rex tampak biasa saja, karena ia tahu jika janji temu berikutnya baru akan datang dalam waktu dekat. Rex te
Malam harinya, Rosella menyela dengan membuka pintu kamar mandi di kamar tidur Rex. Dan, Rex menoleh ke belakang sambil menyeka air dari matanya. Di waktu ini, Rex melihat Rosella berdiri telanjang. Wanita 40an nan cantik dan seksi itu tengah menatapnya dengan ekspresi terseksi di wajahnya. Rex pun mengulurkan tangannya ke arah Rosella, dan saat si Tutor sekaligus Pengasuh ketiga putranya itu memegang tangannya, dunianya menjadi lengkap. Setelah itu, Rex menutup pintu di belakangnya dan Rosella. Tak satu pun dari mereka yang berbicara sepatah kata pun. Keduanya hanya menatap mata masing-masing saat air menyelimuti tubuh mereka. Saat Rex dan Rosella berdiri berhadapan di bawah air yang jatuh dari shower, Mr. P milik Rex berdenyut. Yah, ia menginginkan Miss V milik Rosella yang ketat, hangat, dan menjadi favoritnya. Suasana kian intim saat Rex menjangkau Rosella, dan Rosella memegang bagian belakang kepala Rex dan menciumnya. Ciuman Rosella itu kontan mem
"Hm...." Derrick terlihat seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu dan ingin memberitahu Rex tentang sesuatu yang dipikirkannya. "Pak Rex, aku kenal orang di Tiongkok yang pandai dalam hal ini. Jadi, aku bertanya padanya kemarin. Jadi, yah, tidak akan mudah, tapi pasti ada cara lain. Tunggulah sebentar," jelasnya. Rex dari tempatnya berada menggeleng. "Tak ada waktu lagi, Derrick. Segera percepat perceraianku dengan Ibunya anak-anak dan carikan aku calon istri," perintahnya pada asistennya itu tegas. Derrick terkekeh, tak percaya. "Omong kosong apa itu, Pak Rex?" tanyanya. "Derrick, Jovin ingin punya keluarga yang utuh lagi. Jadi, aku akan mengabulkannya. Berikan dia seorang ibu secara resmi dan juga transplantasi," terang Rex, sungguh-sungguh. Penuturan Rex itu membuat Derrick benar-benar terkejut. "Kau bilang apa, Pak Rex? Kau akan mencari istri palsu untuk memberi transplantasi pada putramu?" balas pria 35 tahun ini, terbata-bata. "Butuh berapa banyak
Ya, Rex mencium Rosella kembali saat Tutor dan Pengasuh cantik dan seksi itu tenggelam dalam momen yang intim ini, di mana kejantanan Rex di tangannya selagi mulut mereka saling mencumbu. "Mmmhh...." Sambil berciuman, Rosella mendesah karena Rex mencengkeram bagian belakang rambutnya saat ia menuangkan semuanya ke dalam ciuman mereka. Sebagai balasan, Rosella menatap mata Rex yang lelah dan merangkak di atas tubuhnya, lalu ia menggeser kejantanannya ke dalam liang senggamanya yang ketat tetapi basah, dan hangat. Rex mendorong dirinya ke atas dan Rosella duduk, menatapnya selagi tangannya beristirahat dengan lembut di sisi paha Rosella. "Hai," kata Rosella pada Rex, dan ia mulai bergerak sedikit, menggesekkan tubuh mereka bersama-sama."Apa kau memanfaatkanku?" Kedua alis mata Rex terangkat ke atas. Tanpa ragu Rosella menganggukkan kepala, dan ia menjawab, "Apakah itu masalah?"Dengan setengah menyeringai, Rex menarik Tutor dan Pengasuh ketiga putrany
Rex berhenti sejenak karena Rosella kesal, yang membuatnya terkejut. Rex pikir mereka akan segera bertemu, tetapi cara Rosella menuduh Rex bersikap mencurigakan, membuatnya bertanya-tanya apakah Rosella atau seseorang yang ia kenal kehilangan uang dalam transaksi tanah spekulatif.“Tidak. Itu penting. Ada beberapa orang yang kacau dalam bisnis real estat dan jika ada seseorang yang menurutku tidak mampu, aku mencoba memperingatkan mereka. Tetapi banyak orang tidak menginginkan bantuan, Rosella. Seperti beberapa minggu atau bulan yang lalu, seseorang bunuh diri setelah menginvestasikan seluruh tabungan hidupnya dalam skema investasi untuk membeli properti hotel ini. Orang yang menjalankan skema itu tidak memiliki cukup uang untuk tawaran minimum. Alih-alih memberi tahu investornya, dia kabur membawa uangnya,” beber Rex. “Tempat ini? Yang sedang kita lihat?” Rosella berputar pelan di tengah lobi yang penuh debu. Kaca untuk unit ritel sedang dipasang, dan meja resepsionis marm
Rosella memberitahu Chris tentang kesepakatan Park Hill. Ia mengambil file yang disimpan dan melampirkannya sebelum ia menghapus jejak informasi apa pun dari ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Rasa bersalah mulai menggerogoti Rosella.Rasa bersalah itu menyusup dari sekeliling Rosella. Rasa bersalah terhadap Rimba dan tidak bisa menjaga performanya. Rasa bersalah atas apa yang mungkin ia lakukan pada Hugo Kenyataan.Rex berkata dulu itu perusahaannya adalah milik ayahnya. Dan yang mengejutkan Rosella, bagian yang paling membuatnya merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa ia mengkhianati Rex.Rosella seharusnya tidak merasa bersalah atas hal itu, tetapi ia merasa bersalah. Tidak peduli seberapa sering ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang membalas kematian Rimba, rasa bersalah itu tetap ada.Rosella meraih handuk untuk menyeka wajahnya. Satu-satunya saat rasa bersalah dan amarah itu tidak mencoba menguasainya adalah ketika Rex memeganginya. Kendali yan
Rosella menatap ke bawah ke set catur, dan jantungnya mulai berdebar. Ia mengusap telapak tangannya yang berkeringat di pahanya, mencoba mencari tahu bagaimana ia akan keluar dari situasi ini. Rasa bersalah yang seharusnya tidak ia rasakan seketika menyerangnya. "Ini indah," Rosella mengakui, mengambil ratu dari Rex. "Kenapa Joy dan Chris harus meletakkan ini di resumeku yang dibuat-buat?" Rosella menggerutu dalam hati. Rosella sama sekali tidak tahu apa-apa tentang catur. Biasanya tidak butuh waktu lama bagi Rosella untuk mengingat sesuatu dengan ingatannya, tetapi dalam hal ini, ia sama sekali tidak tahu. Rosella harus mengalihkan perhatian Rex sehingga Rex tidak sadar kalau ia tidak tahu apa yang ia lakukan.Rosella bahkan tidak tahu nama separuh bidaknya, apalagi cara memainkannya. Rosella mencoba mencari di otaknya untuk melihat apakah ia dapat mengingat momen saat orang lain bermain di dekatnya. Kalau saja ia dapat mengingatnya, setidaknya ia dapat mengambil bebe
"Dokumen untuk kesepakatan Park Hill hampir selesai, dan aku akan mengirimkannya kepadamu sore ini. Kami memiliki beberapa petunjuk tentang SUV hitam yang kami incar. Polisi tidak banyak membantu, tetapi orang yang memiliki perusahaan teknologi di lantai atas, Maxim, sedang mengerjakan semacam pengenalan karakter. Aku tidak begitu memahaminya, tetapi dia berpikir bahwa dengan melapisi foto-foto dari CCTV dan membandingkan bentuk-bentuk piksel dengan basis data gambar, kita akan dapat mengidentifikasi pelat nomor SUV tersebut. Aku tidak berpikir itu dapat dilakukan, tetapi dia cukup yakin. Itu berarti kita seharusnya dapat kembali ke kantor sekitar minggu depan mungkin,” beber Cannor. “Tidak perlu terburu-buru,” kata Rex pada Connor. “Kita tidak terburu-buru.”“Kurang dari 24 jam yang lalu kau marah karena kita bekerja di rumah dan ingin mengembalikan hukuman rajam,” Cannor berteriak.“Aku lapar. Aku sudah lama tidak makan, dan emosiku menguasai diriku. Jangan terburu-bu
Rosella mengerang ketika merasakan batang Rex menekan pantatnya. Sementara, tangan Rex menyelinap untuk masuk ke dalam kemeja Rosella. Jari-jari Rex menelusuri perut Rosella hingga ia mencapai kancing celana panjangnya. Rex lalu menarik, melepaskan kancing sebelum mendorong celana Rosella ke bawah kakinya.“Apakah ini yang ada dalam pikiranmu? Ketika kau terus bicara, Rosella?” Kali ini ketika Rex menggerakkan tangannya ke perut Rosella, ia terus turun sampai ke antara kedua paha Rosella. Rosella menggigit bagian dalam pipinya ketika ia mendengar Rex mengeluarkan kutukan pelan di bawah napasnya. Rosella menutup matanya. Ia tidak yakin apakah itu malu atau bukan, tetapi tidak dapat disangkal sekarang bahwa ia terangsang. Celana dalamnya yang basah adalah semua bukti yang Rex butuhkan.“Jawab aku,” tuntut Rex. “Pergilah ke neraka.” Rosella menjerit kecil ketika tangan Rex turun ke pantatnya. Kejutan rasa sakit menghantamnya, entah bagaimana langsung menuju klitorisny
Rosella mengganggu. Rex tidak dapat melakukan apa pun karena ia berpikir apakah Rosella merasa hangat atau tidak cukup panas, apakah Rosella lapar atau ia harus pergi membeli makanan, apakah Rosella mengisap ujung penanya karena itu kebiasaan ataukah ia berfantasi tentang mulutnya di sekitar batangnya. Itu mungkin kebiasaan tapi sial, bibir Rosella akan terlihat sangat melar di atas batang Rex dengan gunung kembarnya keluar dan tangannya terkubur di antara kedua kakinya. Rex bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Rosella mencapai klimaks usai perang dingin yang terjadi pada mereka belakangan ini. Apakah Rosella cepat panas atau butuh waktu untuk menyalakan apinya? Rex senang dengan kedua hal itu."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Connor. Rex terkejut mendengar suaranya. Ia benar-benar lupa bahwa ia sedang menelepon asistennya. "Maaf. Aku sedikit terganggu di sana. Begini, kita harus menyelesaikan urusan Mason. Dari tinjauanku, tampak
Rosella bersumpah Rex Alba tampak seperti akan menciumnya. Rex mendapati Rosella, ia mencondongkan tubuhnya ke arahnya seolah ia menginginkan ciuman itu. Perut Rosella mengeluarkan suara keroncongan keras, dan ia jadi tidak yakin apakah ia ingin mengutuknya atau berterima kasih padanya karena telah mengganggunya dan Rex, tetapi ia tersenyum."Ayo kita makan."Rosella menganggukkan kepala karena sepertinya ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Rex melepaskan tangannya dan meraih tangan Rosella untuk menuntunnya menyusuri lorong. Rosella belum sempat melihat sekeliling, yang jelas rumah terasa sepi. Jadi, ia yakin anak-anak telah tidur dan ia hanya melihat apa yang bisa ia lihat saat mereka berdua menuju dapur.Rumah Rex mengingatkan Rosella pada saat kali pertama ia datang ke rumah itu. Suasana rumah itu juga mengingatkan Rosella pada salah satu rumah mewah di suatu tempat. Semuanya serasi, dan kau bisa tahu tidak ada yang murah. Tetapi tidak ada sentuhan pribadi la
“Aku hanya makan malam denganmu,” jawab Rosella. “Dan menghabiskan malam denganku,” kata Rex. “Tidur akan menghabiskan banyak energi? Apa kau punya tempat tidur getar? Tunggu. Jangan jawab itu. Mari kita bicarakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan apa yang terjadi di kepalamu,” balas Rosella. Rex mengernyitkan wajah. “Bagaimana mungkin?”“Apa kau benar-benar bekerja di rumah?” Rosella bersikeras, mengganti topik pembicaraan.Rex mengangguk. “Ya.”“Maksudmu, apakah kau punya komputer dan sebagainya?” tanya Rosella, asal. Ia bergalak seolah ia tak pernah tinggal di rumah Rex. "Hhhhh...." Rex mendengus lemah. "Bukankah kau sudah pernah melihat komputer di rumah?" tanyanya pada Rosella. "Lagi pula, semua orang pasti punya komputer di rumah mereka?”Rosella menggeleng tegas. “Tidak. Komputer itu mahal.”Di lampu merah, Rosella menoleh untuk melihat Leila, salah satu karyawan di perusahaan Rex, dengan saksama. Ia menginap di motel jangka panjang
"Kau sangat mengganggu," akhirnya Rex berkata, memecah kesunyian. "Itu sebabnya aku tak peduli dengan penampilanmu. Tak peduli apa niatmu padaku sekarang. Tak peduli dengan kekecewaanmu. Aku ingin mengubah kesakitan ini. Aku ingin menebus kesalahanku, mantan istriku dan orang tuaku padamu dan Rimba. Aku ingin menajagmu. Kau telah mengambil semua perhatianku, Rosella." Rex menggeram di bagian terakhir saat pikiran Rosella membungkus apa yang Rex katakan. "Tapi—" Rosella tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena Rex mencengkeramnya. Rex menarik Rosella ke tubuhnya, dan mulutnya turun ke mulutnya. Untuk sesaat Rosella bersandar pada Rex, dan menikmati kehangatan juga kenyamanan tubuhnya. Ia membiarkan semua yang lain terlepas saat Rex mendorong lidahnya ke dalam mulutnya. Ketukan di pintu membuat Rosella melompat mundur. Semuanya membanjiri kembali padanya tentang kenyataan tentang siapa Rex Alba juga bagaimana orang tuanya. Dan seberapa banyak yan