Semua Bab Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua: Bab 71 - Bab 80

99 Bab

Tentang Opa Edward

Mama Helen tertawa.“Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa melarang Mama bertemu dengan seseorang,” katanya.“Ada!” Lucas bicara pelan, tetapi penuh dengan penekanan dan penegasan. Dia menepuk dada kirinya dua kali menggunakan tangan kanan.“Aku sudah kasih tau Mama semalam. Inge adalah istriku yang sah, Ma.”Lucas melewati Mama Helen, untuk kemudian dia pergi ke ruang kerjanya. Dia tidak terlalu mengkuatirkan perilaku mamanya. Sepanjang yang sudah dia alami sampai saat ini, mulut mamanya memang tajam, tetapi Mama Helen tidak akan bertindak aneh-aneh. Lucas tahu, mamanya masih selalu memandangnya sebagai anak kecil yang perlu diarah-arahkan, akibat rasa sayang Mama Helen yang berlebihan. Bahkan mungkin sudah masuk katergori kebablasan. Lucas segera menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan. Ini hari senin, dia perlu melihat agenda besar, untuk kemudian mendetailkan menjadi rencana pelaksanaan untuk satu minggu ini. Lelaki itu tidak lupa mengirim pesan melalui e-mail yang berisi
Baca selengkapnya

Tiba-tiba Saja

Tiga minggu telah berlalu, dan Naomi masih sesekali mengingat peristiwa yang menyenangkan bersama Opa Ed-nya. Pada waktu-waktu tertentu si kecil masih mengulang-ulang cerita tentang pelampung flamingo, kalung berliontin kelinci, serta bermain trampolin di mall yang seru dengan Edward.Respon Lucas masih terlihat sama. Lelaki itu tampak sangat enggan menanggapi. Dia hanya mengeluarkan senyum tipis. Terkadang jika Naomi terus mengoceh, Lucas mengalihkan pembicaraan dengan halus.Tentu saja Inge tetap bersikap pura-pura tidak peka akan kelakuan Lucas tersebut. Meski hatinya menerbitkan tanda tanya, tetapi tidak sedikit pun Inge membuka pertanyaan untuk itu. Lagi pula Inge hanya bertemu dengan Pak Edward sekali, dan itu pun berlangsung beberapa menit.Jika mengingat hal tersebut, Inge menjadi bersyukur. Dia harus berada di rumah sakit bertepatan dengan kedatangan Bu Helen dan Pak Edward. Tidak bisa dia bayangkan jika dia kemarin ada di rumah saat kedua orang tua Lucas itu juga berada di
Baca selengkapnya

Pemberian Dari Paksaan

Inge terus saja berjalan cepat. Dia membiarkan Bu Emma menghadapi Lucas sendirian. Terserah Bu Emma akan memberi cerita apa kepada Lucas. Bagi Inge, yang terpenting amplopnya harus disembunyikan terlebih dahulu, sebab akan menjadi lebih susah jika Lucas menemukan benda itu.Setelah meletakkan amplop tersebut, Inge duduk gelisah di depan meja rias. Dia melihat pantulan dirinya sendiri. Terlihat rambutnya sedikit berantakan, mungkin efek tadi dia memakai kaos terburu-buru dan keluar tanpa menyisir.Secara reflek, Inge mengambil sisir. Dia mulai menyisir dan mengelus rambutnya sendiri. Rasa gelisah yang menyelimuti dirinya, terasa sedikit memudar perlahan. Napas Inge pun kembali menjadi normal, setelah sebelumnya terasa menderu tidak beraturan.Akan tetapi kedamaian itu musnah seketika, saat mendengar ketukan di pintu. Sisirnya hampir saja jatuh dari tangan. Kini terdengar pintu dibuka, dan dia mulai sedikit gemetar, ketika sosok Lucas hadir seutuhnya di depan mata.“Inge,” panggil Luca
Baca selengkapnya

Sedikit Palsu

Meskipun hati dag dig dug tidak karuan, tetapi Inge membawa mobilnya dengan mulus. Pembawaan mobil mahal memang beda sekali. Jauh berbeda dengan mobil yang biasa dia kendarai satu tahun belakangan ini. Sebuah mobil jenis MVP yang banyak bersliweran di jalan-jalan, yang seharusnya menjadi harta gono gini baginya, tetapi sekarang dikuasai oleh Armand seorang diri.“Sepertinya mobil ini memang diciptakan untuk kamu, Inge,” puji Lucas.Inge hanya melirik sedikit, dan mengurai senyum kecil yang segera memudar. Ada rasa tidak karuan yang menohok jantungnya. Kebaikan Lucas yang ditandingkan dengan kenyataan bahwa dia sudah memutuskan akan meninggalkan kota ini besok siang, membuatnya bingung, sedih sekaligus merasa bersalah.Sampai di sekolah, mereka mendapatkan Naomi sedang menangis. Tampak Jesica berjongkok, sedang menenangkannya. Ketika Naomi melihat Inge, dia segera berlari dan menubruk kaki Inge. Lalu dia mengadu jika dia baru saja jatuh karena didorong oleh seorang teman laki-lakinya.
Baca selengkapnya

Perempuan Yang Berbeda

“Tidak, Pak Lucas. Saya tidak bisa menerimanya,” tolak Inge. Dia mengulurkan tas itu kepada Lucas.“Pakailah waktu mendampingi aku di pernikahan asistenku.”Inge tetap menggeleng. Tangannya pun masih terulur meski Lucas sedari tadi tidak bersedia menerimanya. Dengan rasa putus asa, Inge meletakkan tas tersebut di dekat kaki Lucas.Lucas menghela napas, tampak berpikir sejenak. Mendadak dia mempunyai ide yang dia yakin, dapat membuat Inge pada akhirnya mengikuti kemauannya. Menerima perhiasan itu.“Inge, aku tidak mungkin meminjamkan perhiasan Karina ke kamu kan?” kata Lucas seraya tersenyum. Namun senyumannya memudar cepat saat Inge tetap menolak. Idenya gagal.Inge justru mulai meneteskan air mata.“Ada apa, Inge?” Lucas pias. Lelaki itu buru-buru mendekat, lalu memegang kedua bahu Inge.Inge menatap Lucas dengan air mata yang tumpah ruah. Dia sudah akan pergi besok, kenapa hari ini Lucas memberi dia mobil, perhiasan, dan yang paling membuatnya bergetar adalah panggilan baru dari Na
Baca selengkapnya

Semangat Baru

Inge masih meneteskan air mata sepeninggal Lucas. Kepalanya menjadi ribut sendiri. Bagaimana dia akan pergi dengan tenang, jika sikap Lucas begitu baik. Bahkan lelaki itu berniat untuk membawanya pergi ke pernikahan asistennya. Bukankah itu berarti Lucas mempunyai rencana untuk memperkenalkan Inge kepada lingkungan kerjanya?Inge menutup wajahnya. Sejak semula Inge sudah merasa sedikit keanehan pada diri Lucas. Dia berpikir, pernikahan yang mereka lakukan secara mendadak dan diam-diam, akan menjadi rahasia antara mereka saja. Nyatanya Lucas dengan gamblang menunjukkan pada dunia bahwa dia adalah istri keduanya.Inge mendengar telepon genggamnya berbunyi. Apakah dari Bu Emma lagi? Dia menatap tas di sampingnya, yang di dalamnya ada gawai yang berdering itu. Sedikit malas, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengambil telepon tersebut. Ternyata Pak Andrew.Perempuan itu menghela napas, menyusut hidungnya dengan tisu. Pada dering kedua, Inge baru meresponnya.“Inge, saya senang menden
Baca selengkapnya

Gemuruh Dalam Dada

Lucas berdiri di ambang pintu. Mungkin tadi Lucas sudah mengetuk pintu tetapi Inge yang tidak mendengar. Sebab seluruh fokusnya sedang ada di monitor laptop, pada rapat yang sedang berlangsung.Inge masih terpaku memandang Lucas. Wajah tampan yang dingin sudah terpampang di sana. Wajah yang dahulu sering kali Inge lihat , sebelum dia menjadi istrinya.“Bu Inge, halo, Bu!” Suara Bu Indira yang terdengar dari laptopnya membuat Inge tersadar.Inge pun buru-buru menghadap kepada laptop kembali. Dia berusaha tersenyum seperti biasa.“Mohon maaf, Pak Andrew dan teman-teman semua,” kata Inge, dia berhenti sebentar untuk menelan ludah. Mata Inge melirik gelisah saat melihat gambar Lucas bergerak mendekat.“Beliau adalah s-suami saya,” lanjutnya.Inge melihat raut wajah para rekan kerja barunya menyeringai, ada yang sampai menahan tawa. Mungkin lucu bagi mereka. Namun jelas bukan bagi Pak Andrew. Wajah lelaki dewasa yang cukup tampan itu terlihat kaget, ekspresi matanya yang membola sedetik se
Baca selengkapnya

Beri Saya Penjelasan

Inge segera meletakkan telepon genggamnya. Namun saat telepon itu terus berdering, dia mengambilnya kembali, lalu dengan cepat mengubah status notifikasinya menjadi senyap. Berjaga-jaga jika Pak Andrew tetap gigih untuk terus mencoba meneleponnya.“Pak Lucas!” Inge berseru. Dia melempar gawainya ke sofa. Segera dia mengejar langkah Lucas yang lebar dan cepat. Tampaknya menuju ke kamarnya sendiri.“Pak Lucas, tunggu! Saya mohon!”Lucas berhenti. Bukan karena seruan Inge, tetapi karena dia sudah sampai di depan kamarnya. Lelaki itu menoleh, membiarkan Inge mendekati dirinya.“Tolong beri saya waktu untuk menjelaskan semua ini, Pak Lucas,” Inge memohon. Napasnya menderu, antara kelelahan mengejar Lucas dan menahan gemuruh di dada.“Saya tidak perlu penjelasan kamu, Inge. Saya hanya menunggu jawaban kamu dari pertanyaan saya,” kata Lucas pelan. “Apakah harus kuulang sampai ketiga kalinya?”Inge menunduk. “Y-ya t-tentu saja, Pak. Anda adalah suami saya, suami yang sah.”Lucas tertawa sumba
Baca selengkapnya

Mari Berbaikan

“Sekolah saya terbuka kapan pun untuk kamu, Inge, tapi tidak kali ini. Perjanjian kerja terpaksa saya batalkan sepihak,” tegas Pak Andrew.“Baik, saya mengerti, Pak Andrew,” jawab Inge lemah. Pak Andrew terdengar menghela napas panjang. “Inge, percayalah padaku, yang terbaik untukmu sekarang adalah di sisi Lucas.”Hati Inge mencelos mendengar semua itu. Setelah meminta maaf dan berbasa basi sejenak, Inge menutup teleponnya.Tidak terasa wajahnya telah basah. Inge memegang dadanya, seakan dia ingin menahan air mata dari bagian situ. Kemudian dia menjumput tisu dan mulai mengelap.“Mama Inge nangis?” Naomi tiba-tiba sudah di dekatnya.Inge tersenyum. “Iya, Sayang. Mama Inge minta peluk sama Mimi, boleh?”Naomi spontan merentangkan tangan, dia maju lebih dekat, lalu mereka berpelukan.“Nangis karena Papa marah?” tanya Naomi dengan polosnya.“Enggak, Sayang. Papa kan udah enggak marah, Papa Lucas kan baik.”Naomi menggeleng. “Galak. Papa Lucas galak!”“Loh, siapa yang beliin es krim? Si
Baca selengkapnya

Kamu Cantik Sekali

“Pak Lucas, bolehkah kita pindah ruangan dulu?” Inge terbatuk kecil. Murni karena bau rokok yang menggelitik hidungnya.Lucas menatap tajam kepada Inge. Tidak bersuara, tidak bergerak. Hanya menatap tanpa berkedip. Dahinya sedikit berkerut, seperti sedang dipakai untuk berpikir.Hal itu membuat Inge menunduk, dia berpikir kalau Lucas marah lagi. Mungkin dia tersinggung dengan kalimat Inge.“Kamu betul, Ing. Kita memang perlu udara segar.” Akhirnya Lucas bersuara. Dia berdiri. Lalu Lucas menarik kemejanya hingga keluar dari celana panjang, setelah itu dia mulai membuka kancing bajunya satu per satu.“Maksud Pak Lucas—”“Kita pergi keluar, tapi berdua saja,” kata Lucas lagi. Kemudian dia masuk ke kamar mandi. “Bersiaplah, Ing.”Inge segera bangkit, lalu keluar dari kamar Lucas.Sepanjang kaki Inge melangkah menuju kamarnya, dia terus berpikir. Apa yang harus dia katakan kepada Lucas nanti? Lucas tadi sudah sempat melihat nama Pak Andrew plus foto lelaki itu di layar telepon genggamnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status