Home / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Chapter 131 - Chapter 140

337 Chapters

Bab 131. Selamat Ulang Tahun, Putri Papa Tersayang

Beberapa hari kemudian. Acara ulang tahun Pauline pun telah tiba. Elize menggelar acara tersebut di hotel berbintang milik keluarga Winston. Para tamu-tamu undangan pun datang di sana. Mulai dari anak-anak hingga orang-orang dewasa yang memiliki hubungan keluarga atau rekan baik dengan keluarga Winston. Nampak Pauline yang terlihat menggemaskan dengan balutan gaun berwarna biru langit. Anak cantik yang tengah bermain balon, dan Elize yang kini menggandengnya sembari menyapa para tamu. "Eumm ... mana Kakak? Kenapa belum datang?" gumam Pauline lirih dengan bibir mencebik. "Pauline, itu ada Grece temannya Pauline. Cepat sapa dia, Sayang," bujuk Elize pada buah hatinya. "Tidak mau. Pauline mau di sini saja," jawab anak itu. Pauline tetap setia berdiri di dekat pintu masuk sembari membawa tiga balon terbang di tangannya. Kedua mata indah anak itu terus tertuju ke arah luar dan raut wajahnya gelisah menanti-nanti. Elize yang memperhatikannya pun bingung dan bertanya-tanya. "Sayang
Read more

Bab 132. Test DNA Antara Evan dan Pauline

Di hari berikutnya, Pauline telah memiliki pengasuh baru yang diminta oleh Elize untuk menjaga anak kecil manis itu di rumah. Pengasuhnya masih muda, usianya masih berada di bawah Elize. Dia sangat baik, perhatian, dan Pauline juga menyukainya. "Aku akan berangkat ke butik sebentar lagi. Nanti kalau Pauline menangis dan susah menenangkannya, kau bisa menghubungiku ya, There," ujar Elize sembari memakai blazer merah maron miliknya. "Iya Nyonya," jawab gadis itu. Elize pun berjalan mendekati Pauline yang berada di teras berlarian bersama anjing kecilnya. "Sayang, Pauline...""Iya Mama!" Anak itu berlari ke arahnya dengan kedua tangan terlentang. Dia langsung memeluk Elize dan mengecup pipi sang Mama. Elize juga membalas kecupan bertubi-tubi di pipi buah hatinya ini. "Mama mau kerja dulu ya, Sayang ... nanti setelah makan siang, Mama pulang lagi," ujar Elize mengusap pipi gembil Pauline. "Nenek Bibi sama Nenek Buyut ke mana?" tanya Pauline. "Nenek Bibi kan harus ke toko bunga. N
Read more

Bab 133. Terungkap di Hadapan Evan!

Hari ini Daniel kembali ke Jerman. Kedatangannya sudah dinanti-nantikan oleh Pauline sejak kemarin. Daniel pun mengobati rasa rindu putrinya dengan mengajaknya bermain, jalan-jalan, dan saat ini ia bersama Elize dan Pauline berada di sebuah pusat perbelanjaan. "Pauline mau beli apa, Sayang? Mau boneka? Puzzle? Atau mau beli apa?" tawar Daniel pada dalam gendongannya itu. "Emmm ... Pauline mau beli boneka itu, Pa!" seru anak manis itu menunjuk ke arah sebuah toko mainan. "Ya ampun, Sayang, boneka Pauline di rumah sudah banyak!" seru Elize sembari mengusap pucuk kepala Pauline. Daniel pun tersenyum pada wanita cantik di sampingnya. "Tidak papa, ulang tahunnya kemarin aku juga belum memberikan hadiah untuknya, Elize," ujar Daniel. Laki-laki itu pun langsung berjalan masuk ke dalam sebuah toko boneka dan meminta Pauline untuk memilih mana boneka yang anaknya suka. Tentu saja Pauline banyak memilih dan banyak pula maunya. Daniel merasakan ada yang berbeda dengan Elize, dia sering
Read more

Bab 134. Dia Masih Istriku!

Setelah mengetahui semua kebenaran ini, Evan semakin yakin istrinya tidak meninggal. Evan pun kini tahu kalau Daniel ada di balik pelarian Elizabeth selama bertahun-tahun. Evan tidak tinggal diam. Ia meminta Jericho untuk mencari nomor telfon Daniel dan menghubunginya. Hingga kini mereka bertemu dengan Daniel di suatu tempat. "Ada perlu apa kau ingin bertemu denganku? Dan bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Daniel, dia menatap Evan dengan tatapan tenang."Tidak perlu basa-basi lagi, Niel!" jawab Evan dengan nada dingin dan emosi. Kening Daniel mengerut. "Apa maksudmu?"Evan mendekati Daniel dengan kedua tangan terkepal kuat seolah siap menerjangnya. "Berhenti berpura-pura seolah kau bodoh! Wanita bernama Elize yang bersamamu kemarin, adalah Elizabeth, istriku! Dan Pauline adalah darah dagingku! Iya kan?!" tekan Evan dengan bibirnya menipis marah. Alih-alih tersulut emosi, Daniel masih dengan wajah datar dan tenang seperti tak terjadi apapun. Laki-laki itu mengembuskan napasny
Read more

Bab 135. Elizabeth, Jangan Bersandiwara di Hadapanku!

Keesokan harinya, Elize kembali pergi ke butik miliknya setelah Kimmy memberitahu kalau ada tamu yang ingin bertemu dengannya hari ini. Sesampainya di butik, Elize tidak menemukan Kimmy di sana. "Di mana Kimmy? Siapa tamu yang aku temui hari ini?" gumam Elize sembari melepaskan mantel tebal yang ia pakai. Wanita cantik dengan rambut terikat itu berjalan masuk ke dalam ruangan khusus di mana tamu menunggunya. Begitu Elize membuka pintu, hatinya seperti mencelos saat ia melihat siapa yang berada di sana, menatapnya dengan tatapan dingin. "Tuan Evan, selamat pagi," sapa Elize berjalan mendekatinya. Belum sempat Elize duduk, tiba-tiba Evan sudah lebih dulu berdiri di hadapannya. Elize merasa sangat-sangat takut begitu ditatap lekat oleh Evan sekarang. "Maaf, apa ada hal penting yang ingin Tuan bahas?" tanya Elize, mengalihkan tatapannya dan mengambil sebuah berkas miliknya di atas meja. "Berhentilah berpura-pura di hadapanku, Elizabeth!" Suara bariton dalam dan dingin milik Evan
Read more

Bab 136. Hasil Test DNA dan Tangisan Emosi Elizabeth

Hari demi hari telah berganti, pagi ini Evan datang ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA milik Pauline. Evan pun berada di dalam sebuah ruangan di mana dokter kini membacakan hasil pemeriksaan tersebut. "Bagaimana, dok?" tanya Evan saat dokter itu selesai membacanya. "Hasil pemeriksaan antara Pauline dan Tuan tertera sangat cocok, dan memiliki golongan darah yang sama," jawab dokter tersebut menatap Evan. Evan terpaku di tempatnya mendengar penjelasan yang dokter ucapkan mengenai tes DNA-nya dengan Pauline. Dada Evan seperti dihimpit batu besar. Dia tidak menyangka selama ini dirinya memiliki seorang putri yang tumbuh dan besarnya sama sekali tidak ia ketahui. Evan seketika dilingkupi perasaan bahagia yang tak terduga. "Artinya anak bernama Pauline ini, benar-benar anak saya, dok?!" Dokter pun mengangguk. "Benar, Tuan." Evan mengangguk cepat, ia meraih surat hasil tes DNA yang dokter berikan. "Baik dok, terima kasih untuk hasil tes ini. Kalau begitu ... saya permisi,"
Read more

Bab 137. Ma, Siapakah Papanya Pauline Sesungguhnya?

Elizabeth menangis terduduk di lantai. Ia tidak bisa menahan rasa sakit dan amarah di dalam dadanya. Rasa sedih, takut, bingung, semuanya bercampur padu menjadi satu. Kebencian di hatinya pada Evan semakin menjadi-jadi. "Aku tidak butuh kehadiranmu lagi, Evan ... Demi Tuhan, aku dan putriku tidak membutuhkanmu lagi!" pekik Elizabeth menangis menundukkan kepalanya di lantai. Wanita itu menepuk-nepuk dadanya. Rasa sakit kejadian empat tahun lalu, mungkin akan dianggap sepele oleh orang yang tidak merasakannya. Tapi bagi Elizabeth, itu adalah luka terdalam yang sampai detik ini tidak ada obatnya. "Aku benci dia, Ya Tuhan ... aku benci dia!" Elizabeth yang menangis tersedu-sedu, hingga jatuh terduduk di lantai satu. Dia tidak tahu kalau keributannya dengan Evan sejak tadi dilihat oleh Pauline. Anak kecil itu berdiri di ujung atas tangga. Bocah dengan balutan sweater merah itu berjalan menuruni anak tangga sembari menyeret lengan boneka kecilnya. "Mama ... Mama kenapa?" tanya anak i
Read more

Bab 138. Pauline Kabur Mengejar Evan

Satu minggu penuh Elizabeth tidak mengajak Pauline keluar rumah sama sekali. Kali ini ia benar-benar sangat ingin menghindari Evan, dari sudut mana pun. Namun, ternyata Pauline tidak betah dan anak itu merasa bosan terus menerus di dalam rumah, sehingga kini ia mengamuk dan berteriak marah-marah pada Elizabeth, meminta pergi jalan-jalan ke luar. "Ayo Ma ... Iiihh Mama lama-lama sekali! Pauline bosan di rumah, tahu! Pauline tidak suka di rumah!" teriak anak itu menggelegar di dalam rumah. "Sayang, ini sudah malam, Nak. Ini sudah jam setengah sembilan lebih," ujar Elizabeth pada si kecil. "Pokoknya Pauline mau jalan-jalan! Hihhh ... Mama kenapa nakal sekali! Pauline tidak sayang Mama lagi! Pauline tidak mau makan lagi pokoknya sampai besok!" Teriakan keras dari Pauline bersama dia yang berguling-guling di lantai menghentak-hentak kakinya. Elizabeth yang menemani anaknya yang sedang tantrum. Ia hanya bisa menunggu dan mengusap pucuk kepala Pauline berusaha agar anaknya kembali tena
Read more

Bab 139. Kau Masih Istriku, Elizabeth!

Sementara Elizabeth, wanita itu kebingungan mencari Pauline ke mana-mana. Belum sampai lima menit dia meninggalkan anaknya hanya untuk memesan es krim, tapi Pauline sudah hilang entah ke mana!Elizabeth menangis dan berusaha menghubungi Daniel. Namun tidak bisa juga. Ia berjalan ke sana kemari mencari buah hatinya. "Di mana kau, Nak? Pauline...!" teriak Elizabeth. Wanita itu mengusap wajahnya frustrasi, menyadari kebodohannya. 'Tolong lindungi anakku, Ya Tuhan. Kumohon lindungi Pauline,' batin Elizabeth menangis. Elizabeth berjalan cukup jauh, dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Sampai akhirnya, wanita itu melihat beberapa orang di depan toko mainan, dan Elizabeth melihat sosok Pauline dalam gendongan seorang laki-laki yang mendekapnya erat. "Pauline," lirih Elizabeth dengan kedua matanya yang membola. "Ba-bagaimana bisa Pauline dengan Evan?!" Dengan langkah kakinya yang cepat, Elizabeth berjalan terburu-buru mendekati Evan dan Exel yang kini bersama Pauline duduk di sebuah bangku
Read more

Bab 140. Masih Ada Kemarahanku Padamu, Evan!

Nyatanya, Daniel dan Evan masih kukuh tidak melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Elizabeth. Kedua orang dewasa itu memasang wajah geram mereka. Elizabeth pun tidak bisa melepaskan tangannya. "Apa yang kalian lakukan?!" pekik Elizabeth kesal. Pauline yang berada dalam gendongan Elizabeth pun nampak ketakutan hingga anak itu menangis. Elizabeth menoleh pada Evan yang masih mencengkeram pergelangan tangannya. "Evan, lepaskan tanganku!" pekik Elizabeth. "Tidak. Aku tidak akan membiarkan istriku bersama pria lain! Ingat ... kita belum bercerai!" tegas Evan sekali lagi.Wajah marah Elizabeth terlihat jelas, rasanya ia sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Wanita itu menarik tangannya dengan kuat meskipun tidak terlepas. "Kalau kau masih mengatakan kita tidak bercerai, maka ceraikan aku sekarang juga!" pekik Elizabeth berkaca-kaca menatapnya. Ekspresi Elizabeth yang marah dan bersedih, begitupun Pauline yang menangis keras dalam gendongan Elizabeth, anak itu ketakutan.Evan
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
34
DMCA.com Protection Status