Elize sempat tercenung sebentar mendengar permintaan Exel yang membuat hatinya terenyuh. Jika terus seperti ini, lambat laun ia pasti akan mudah luluh. Tapi melihat wajah pias Exel yang penuh harap, Elize tak mampu menolak. ‘Sekali ini saja,’ batinnya. Ia mengulurkan kedua tangannya. "Boleh, Nak. Kemarilah ..." Exel langsung maju satu langkah dan berhambur dalam pelukan Elize yang hangat. Dapat Elize rasakan betapa kuatnya Exel memeluknya saat ini. Dengan sangat erat dia meremas punggung Elize dan pundak kecilnya bergetar."Exel rindu Mamanya Exel, Tante," bisik anak itu. "Kalau misalkan kita sering bertemu, Tante tidak keberatan, kan?" Elize tidak langsung menjawab. Jika ia sering bertemu dengan Exel, maka itu hanya akan memberatkannya. Ia lantas menggelengkan kepalanya sambil memaksakan seulas senyum."Tante tidak bisa berjanji, ya. Karena Tante juga harus bekerja.”Exel tampak sedih mendengarnya. Namun, ia tidak bisa memaksa. "Begitu ya, Tante ..." Elize merasa kesedihan yang
Baca selengkapnya