Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 111. Putri Kecilku yang Nakal dan Manja

Share

Bab 111. Putri Kecilku yang Nakal dan Manja

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-03 12:34:25

Wanita cantik itu menggendong anak perempuannya yang tengah menangis. Mereka baru saja keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah.

Tangisan Pauline menggema di penjuru rumah megah berlantai dua tersebut.

"Huwaa... Mama nakal! Ihhh, nakal sekali! Pauline tidak sayang sama Mama!" pekik anak perempuan berbalut dress biru muda itu memberontak hebat dalam gendongan sang Mama.

"Besok-besok kalau Mama ada acara dengan teman Mama, Pauline tidak usah ikut. Di rumah saja dengan Nenek!" seru sang Mama menurunkannya di atas sofa.

"Huhhh, Mama bad! Pauline mau sayang Nenek saja!" pekik anak itu turun dari sofa dan menghentak-hentak kakinya di lantai sambil terus menangis keras-keras.

Sementara sang Mama langsung duduk di sofa dan membiarkan putrinya menangis untuk meredakan tantrumnya.

Beginilah Pauline bila sudah kesal, dia akan mengamuk marah dan menjerit-jerit. Anak itu sangat nakal dan ada saja tingkahnya.

"Lho, kenapa ngamuk, Sayang?" Suara seorang perempuan membuat Pauline menol
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
dia pa²nya Pauline...
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Mungkin karena ada ikatan ayah dan anak. Kira-kira tadi Evan ngikutin gak ya. Makin gak sabar tunggu mereka ketemu. Pusing tuh Eva lihat jiplakannya dia, wkwk
goodnovel comment avatar
Satria Henry
he eh pasti dimarahin mama kok Pauline si om itu hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 112. Kau Persis Seperti Istriku yang Telah Tiada

    Keesokan harinya, Elize kembali mengadakan pertemuan dengan temannya di sebuah restoran mewah yang kemarin dia kunjungi. Elize juga masih mengajak Pauline yang kini duduk nyaman di pangkuannya, sibuk memakan puding stroberi yang dia minta. Anak itu sangat menyukai buah tersebut. Di sana, Elize tengah membahas proyek penting peragaan busana yang akan digelar minggu depan untuk promosi butiknya di musim dingin akhir tahun. "Nyonya Millicent sudah membuat beberapa gaya dan model desain untuk peragaan busana bulan depan. Dan aku sangat suka semua desainnya," ujar Elize pada dua temannya. "Benar Elize, meskipun dia sudah tua, tapi tidak bisa diragukan lagi soal seberapa bagus desain busana yang selalu dia ciptakan," sahut Camila, teman Elize yang kini menunjukkan beberapa macam desain pakaian yang dia bawa. "Baguslah. Aku rasa semua persiapannya sudah matang," balas Elize antusias. Di antara para wanita dewasa yang tengah sibuk itu, Pauline, bocah kecil dengan balutan dress kuning ce

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 113. Evan Ingin Terus Memastikan

    Hari berikutnya, Evan masih berada di Jerman. Sejak bertemu dengan wanita yang begitu persis dengan Elizabeth, Evan pun mulai mencari tahu tentang wanita dan anak kecilnya itu. Dia mulai mendapatkan satu persatu informasi yang sangat mengejutkannya. "Namanya adalah Elize Bernadette. Dia berasal dari Jerman asli? Elize adalah seorang desainer dan pemilik butik terkondang di Berlin. Dia merupakan menantu keluarga Winston, istri dari putra bungsu Winston dan memiliki putri berusia tiga setengah tahun lebih, bernama Pauline Bernadette." Evan membaca selembar kertas yang ia dapatkan dari Jericho, yang sudah datang ke sini sejak kemarin. Dan sejak saat itu juga Evan memerintahkan untuk mencari tahu tentang sosok Elize Bernadette. "Wanita itu memang sangat mirip dengan mendiang Nyonya, Tuan. Tapi semua data dan informasi yang saya tahu dari kalangan masyarakat kelas atas, mereka hanya tahu hal ini saja," ujar Jericho menjelaskan. Evan menghela napasnya panjang dan mengingat wajah cantik

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 114. Bila Dia Elizabeth, Maka Pauline Adalah Putriku?!

    Setelah perbincangan tentang kerja sama mereka selesai, laki-laki bernama Evander Collin itu pun beranjak pergi. Elize masih berada di dalam ruangannya. Wanita itu duduk menarik napasnya beberapa kali, dia memegangi dadanya yang berdetak cepat. "Tidak mungkin," ucap wanita itu terduduk lemas. "Bagaimana bisa dia..." Elize memejamkan kedua matanya dan menyandarkan punggungnya di sofa. Pikirannya melanglang buana memikirkan banyak hal, termasuk proyek kerja sama mereka. "Kerja sama dengannya? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku menerimanya, aku dan dia akan terus terlibat. Kalau tidak, perkembangan butikku tidak akan berjalan cepat. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?" Elize mengusap wajahnya gelisah. Beberapa menit kemudian, wanita itu beranjak dari duduknya dan bergegas untuk pulang. Karena Pauline sudah menunggunya. Butuh beberapa menit perjalanan dari butik untuk sampai ke rumah. Sepanjang perjalanan, Elize hanya diam melamun. Pikirannya dipenuhi oleh banyak ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 115. Pa, Apakah itu Mama?

    Libur akhir tahun telah tiba. Evan meminta Jericho kembali ke Prancis untuk menjemput Exel dan mengajaknya untuk liburan bersama di Jerman. Setelah Evan memutuskan untuk membangun bisnis di sana, ia pun mungkin juga akan membutuhkan banyak waktu untuk menetap di negara itu, dan tentunya juga bersama anak kesayangannya, Exel. Anak itu kini sudah berada di sana bersama Evan, mereka sedang bersiap untuk pergi jalan-jalan. "Katanya Papa di sini cuma satu minggu, kok Paman Jericho bilang Papa bisa di sini lebih dari satu bulan sih, Pa!" protes bocah delapan tahun itu dengan wajah masam. Evan menoleh, ia mengusap pucuk kepala sang putra. "Karena ada urusan penting yang harus Papa selesaikan, Sayang." "Hemm, terus Exel ditinggal sendirian di rumah?" "Tidak, Exel di sini dengan Papa. Mana mungkin Papa tega meninggalkanmu, Exel." Evan membalasnya. Sudah tidak kaget lagi ia dengan protes dan rajukan yang selalu Exel lontarkan padanya. Anak laki-lakinya itu sudah berusia delapan tahun le

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 116. Tante Elize, Bolehkah Exel Meminta Peluk?

    Exel pulang dengan tangan kosong, anak laki-laki itu menangis di sepanjang perjalanan. Bahkan saat sampai di rumahnya, Exel masih terus kesal Evan dan berteriak-teriak marah padanya. "Sudah sayang. Tenang," bisik Evan mengusap pucuk kepala Exel. Anak laki-lakinya duduk di sofa dan menangis memeluk bantalan boneka koala miliknya. "Ini semua salah Papa! Harusnya Papa berhentikan Mama, Pa!" pekik Exel memukul lengan Evan dengan tangan kecilnya. "Exel, Papa minta maaf, Sayang," ucap Evan menarik tubuh kecil Exel ke dalam pelukannya. Anak itu masih terus menangis hingga sesenggukan. Dia meremas punggung Evan. "Papa ... Exel itu kangen Mama, tahu! Exel ingin bertemu Mama, tapi ... tapi tadi Papa tidak menghentikan Mama, kenapa? Exel mau dipeluk Mama lagi, Pa!" seru anak laki-laki itu masih dengan air matanya yang terus mengalir dan napasnya yang putus-putus. Evan merasakan seisi hatinya seperti ditusuk duri merasakan kesedihan yang dirasakan oleh putranya saat ini. Andaikan Elize a

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 117. Permintaan yang Sulit Aku Kabulkan

    Elize sempat tercenung sebentar mendengar permintaan Exel yang membuat hatinya terenyuh. Jika terus seperti ini, lambat laun ia pasti akan mudah luluh. Tapi melihat wajah pias Exel yang penuh harap, Elize tak mampu menolak. ‘Sekali ini saja,’ batinnya. Ia mengulurkan kedua tangannya. "Boleh, Nak. Kemarilah ..." Exel langsung maju satu langkah dan berhambur dalam pelukan Elize yang hangat. Dapat Elize rasakan betapa kuatnya Exel memeluknya saat ini. Dengan sangat erat dia meremas punggung Elize dan pundak kecilnya bergetar."Exel rindu Mamanya Exel, Tante," bisik anak itu. "Kalau misalkan kita sering bertemu, Tante tidak keberatan, kan?" Elize tidak langsung menjawab. Jika ia sering bertemu dengan Exel, maka itu hanya akan memberatkannya. Ia lantas menggelengkan kepalanya sambil memaksakan seulas senyum."Tante tidak bisa berjanji, ya. Karena Tante juga harus bekerja.”Exel tampak sedih mendengarnya. Namun, ia tidak bisa memaksa. "Begitu ya, Tante ..." Elize merasa kesedihan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 118. Exel, Jangan Salah Paham

    Setelah kemarin Evan melihat Exel yang dipeluk erat oleh Elize, ia merasakan perubahan pada Exel. Anak itu kini bermain di ruang tengah rumahnya ditemani James yang duduk di sampingnya. Evan kini memperhatikan putranya dari kejauhan.'Exel pasti merasa senang bisa bertemu dan dipeluk oleh Elize,' batin laki-laki itu. 'Dia langsung ceria dan menceritakan tentang Elize dan Pauline pada James dan Jericho.' Sesuatu tiba-tiba terlintas dalam benak Evan. Laki-laki itu diam dan nampak berpikir. "Exel dan Pauline ... aku bisa menjadikan mereka berdua sarana untuk mendekati Elize," gumam lirih Evan berencana. "Dengan begitu, aku bisa mencari tahu siapa wanita itu sesungguhnya." "Papa ..." Suara Exel membuyarkan lamunan Evan seketika. Anak laki-lakinya itu berjalan mendekat dan membawa beberapa sebuah box puzzle di tangannya. "Ada apa, Sayang?" Evan langsung menarik pelan lengan Exel hingga putranya langsung duduk di pangkuannya. "Papa, Exel mau main lagi sama anak nakal kemarin," ujar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 119. Exel, Mama Tidak Bermaksud Membuatmu Sedih

    Elize berlari keluar mencari Exel. Dia menitipkan Pauline pada Kimmy di butiknya. Wanita itu panik dan takut terjadi sesuatu yang buruk pada Exel. Apalagi anak itu tidak tahu arah manapun di kota itu. "Ya Tuhan ... ke mana Exel? Kenapa cepat sekali dia berlari?!" seru Elize sangat kepanikan. Wanita itu berlari di gang-gang dan dia juga tidak ragu bertanya pada semua orang yang dia temui di sepanjang jalan. 'Exel ... maafkan Mama, Nak,' batin Elize, dia tidak bisa menahan air matanya saat ini. Ia kembali berlari sambil terus memanggil nama Exel di sepanjang jalan yang dia lewati saat ini. Sementara di tempat lain, kini Exel tengah berlari entah ke mana kakinya melangkah membawa ia pergi. Sampai akhirnya ia tergelincir salju di jalanan yang licin sehingga membuatnya terjungkal dan jatuh di tengah jalan gang yang sepi dan gelap. Exel langsung terduduk memegangi lututnya dan menangis. "Mama ... Exel takut, ini di mana?" Anak itu menangis keras-keras di tengah gang sempit itu dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 430. (EXEL STORY) Heiner, Diam-diam Perhatian

    Berada di dalam sebuah ruangan bersama dengan teman Exel, Hauri sangat merasa canggung. Ia bahkan bingung harus apa di sana. Berbeda dengan Heiner, ia memperhatikan Hauri dengan tatapan yang tak biasa dan dipenuhi rasa penasaran. "Hauri," panggil Exel pelan."Ya?" Hauri menoleh cepat. Ia merasa senang bila laki-laki itu mungkin mengajaknya berbincang. Heiner beranjak dari duduknya seketika dan mengambil remote penyejuk ruangan sembari menatapnya. "Sepertinya kau kedinginan, ya? Wajahmu terlihat pucat, dan kau sejak tadi meremas tanganmu," ujar Heiner. "Maaf ya, aku baru menyadari kalau ruangan ini terlalu dingin untukmu." "Ah, ya. Tolong kurangi suhu dinginnya," ujar Hauri. Heiner pun tersenyum tipis, laki-laki itu kembali duduk di sofa dan kali ini lebih dekat dengan Hauri. "Ngomong-ngomong, kau bukan berasal dari Eropa? Wajahmu terlihat berbeda dengan warga Eropa," ujar Heiner. "Iya. Papaku orang Prancis, Mamaku dari Jepang. Tapi aku besar di Prancis dan mengenal Exel di san

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 429. (EXEL STORY) Kedatangan Hauri di Kantor Exel

    Sesampainya di kantor, semua orang terkejut melihat kedatangan Exel saat ini bersama seorang gadis yang tak lain adalah calon istrinya. Hauri langsung turun dari dalam mobil, gadis itu menatap sekitar di mana semua karyawan di kantor menatapnya dengan tatapan ramah. "Selamat siang, Pak ... selamat siang, Nona Hauri," sapa salah satu karyawan yang datang menyambut mereka. "Selamat siang," balas Hauri dengan ramah. Exel langsung dihampiri oleh Lafenia yang baru saja keluar dari dalam sebuah ruangan. "Pak Exel..." Lafenia mendekat membawa sebuah map berkas. Exel menoleh dan melihat gadis itu menghampirinya. "Di mana Tuan Gamaliel?" tanya Exel. "Ada di dalam ruangan tamu. Saya sudah meminta orang-orang menyiapkan beberapa minuman untuk tamu kita. Pak Gamaliel bersama dengan keponakannya yang seusia Bapak, dia pengusaha sukses juga," ujar Lafenia menjelaskan."Oke. Kita ke sana sekarang," ujar Exel.Saat laki-laki itu hendak berjalan, Exel menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh m

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 428. (EXEL STORY) Hal yang Disembunyikan Calon Istriku

    Hauri terlelap dalam pelukan Exel pagi ini. Dengan cahaya matahari yang hangat menyinarinya begitu sempurna, tampak Hauri terlihat sangat nyaman dan menikmati. Gadis ini selalu menggigil di saat-saat tertentu, hingga Elizabeth berpesan pada Exel untuk berangkat ke kantor lebih Awal, menyelesaikan meeting pagi, lalu pulang untuk mengajak Hauri menghangatkan badannya di bawah sinar matahari. "Apa dia tidak kepanasan?" gumam Exel lirih. Ia mengusap pipi Hauri yang terasa hangat. Namun dia terlihat begitu nyaman bahkan tidak merasa kepanasan. "Sayang, apa sudah cukup hangat?" tanya Exel berbisik. Hauri mengeratkan pelukannya dan menarik napasnya panjang. "Sudah, tapi aku tidak bisa membuka mataku. Aku sangat mengantuk sekali, Exel," bisik Hauri lirih. "Tutup saja matamu. Aku akan menggendongmu ke rumah," ujar Exel. Laki-laki itu tanpa berkomentar ini dan itu. Exel langsung mengangkat tubuh kecil Hauri dan membawanya masuk ke dalam rumah. Exel juga tampak biasa dan ia tidak pernah

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 427. (EXEL STORY) Mencintaimu Tanpa Syarat

    Perkataan Pauline tadi sungguh mengusik benak Hauri kalau Exel benar-benar ingin mengajaknya menikah. Sungguh, Hauri memikirkan apakah laki-laki itu tidak menyesal nantinya? Bagaimana bila hal yang tidak-tidak terjadi? Memikirkan hal itu, Hauri tidak sadar ia melamun duduk di depan jendela kamar Exel sambil menyelimuti pundaknya dengan sebuah selendang dari kain flanel. "Sayang..." Suara Exel bersamaan dengan pintu terbuka, laki-laki itu menatap ke arah Hauri yang kini tampak terkejut dengan kedatangannya. Hauri tersenyum begitu hangat. "Hai," sapanya lembut. "Ada apa? Bukannya kau pergi ke kantor, ya?"Exel berjalan mendekat, laki-laki itu menekuk kedua lututnya di hadapan Hauri. Manik mata cokelat milik Exel menelisik wajah ayu Hauri yang tampak pucat. "Aku hanya meeting saja. Itu pun sudah selesai," jawabnya. "Aku ingin cepat pulang saja, rasanya ... apa mungkin karena aku selalu merindukanmu, Sayang?" Mendengar hal itu, Hauri memukul pelan lengan Exel dan terkekeh. Exel me

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 426. (EXEL STORY) Sungguh Exel ingin Menikahiku?

    Exel menemui Dokter William pagi ini. Pada dokter itu ia menyampaikan kalau Hauri ingin segera pulang. Dokter William pun segera mengecek kondisi Hauri. Gadis itu benar-benar ingin terlihat kuat dan baik-baik saja pada dirinya. "Nona Hauri yakin ingin segera pulang? Pasalnya tiga hari lagi harus ke sini lagi untuk kembali terapi," ujar dokter menatap Hauri lekat-lekat. "Iya dok, saya ingin pulang," putus Hauri dengan sangat yakin. "Baiklah kalau begitu. Tidak papa pulang hari ini, tapi tolong dijaga kesehatan dan jam istirahat yang cukup, ya," ujar Dokter William. "Pasti, dok." Hauri merasa senang setelah dirinya mendapat izin pulang dari dokter. Hauri sudah teramat jenuh berada di tempat itu, ia ingin segera pulang hari ini. Dokter William memanggil suster untuk mengurus kepulangan Hauri hari ini. Sementara Exel merapikan barang-barang milik Hauri. "Kita akan pulang dengan Paman James," ujar Exel pada Hauri. "Heem. Sesampainya di rumah, aku ingin duduk bersama Mama," ujar Ha

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 425. (EXEL STORY) Menghabiskan Sisa Hidupku Bersamamu

    Hari sudah gelap, Exel berjalan sendirian di lorong rumah sakit. Laki-laki itu baru saja kembali dari kantornya malam ini. Setelah sore tadi Mamanya bilang akan pulang pukul tujuh malam, Exel pun tiba saat Mamanya baru saja bertemu dengannya di luar. Ia membawa sebuah buket bunga mawar merah untuk Hauri. Sejak siang, Exel tidak sabar ingin segera bertemu dengan gadis itu. Exel membuka pintu kamar rawat inap Hauri perlahan-lahan, di sana Hauri tampak langsung menatapnya. "Exel..," sapanya lirih. "Hai, Sayang. Selamat malam," balas Exel, ia tersenyum manis pada gadis itu. "Aku membelikan buket bunga untukmu. Kau bilang kau ingin bunga mawar," ujarnya. "Heem, terima kasih," ucap Hauri lirih. "Sama-sama." Exel mengecup pipi Hauri. Hauri menatap senang buket bunga yang Exel bawakan untuknya. Ia menghidu aroma wangi mawar merah itu dan menoleh pada Exel yang sedang melepaskan tuxedo hitamnya. "Exel, berapa lama lagi aku akan dirawat di sini?" tanya Hauri. "Aku sangat bosan. Aku tid

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 424. (EXEL STORY) Jangan Dulu Merasa Menang, Lafenia!

    Setelah sempat drop untuk kedua kalinya dia hari ini, Hauri benar-benar lemah. Bahkan ia banyak melamun dan diam saja sekalipun Elizabeth menjaganya seperti siang ini. Exel bercerita kalau Hauri sangat murung sejak dia kambuh terakhir kemarin. Hingga Elizabeth berniat mulai menjaga gadis itu."Sayang, Mama bawakan buah blueberry untuk Hauri. Kata Dokter William, buah blueberry ini sangat bagus untuk kesehatanmu, Nak," ujar Elizabeth membuka sebuah kotak makanan berukuran kecil. "Mama beli di mana? Segar-segar sekali seperti baru dipetik," ujar Hauri berbinar-binar. "Tidak tahu Paman James. Tadi Mama yang memintanya membelikan untuk Mama," jawab Elizabeth tersenyum. "Ayo dimakan. Mama kupaskan kulit buah apel dulu ya, Sayang..." Hauri hanya mengangguk patuh, gadis itu menatap Elizabeth dari samping. Dalam benaknya, Hauri terus bertanya-tanya, apakah benar keluarga ini begitu baik dan perhatian padanya hanya karena merasa kasihan saja?Tanpa sengaja Elizabeth menoleh dan menatap Hau

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 423. (EXEL STORY) Kemarahan Exel Pada Lafenia

    Hauri terpukul hebat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Lafenia. Bahkan Hauri membiarkan Lafenia pergi begitu saja beberapa detik yang lalu. Hauri membeku di atas ranjang rumah sakit dengan kehancuran yang ia rasakan saat ini. Satu fakta menyakitkan yang ia dengar membuatnya kehilangan harapan untuk segala hal dalam hidupnya. Isak tangisannya terdengar begitu jelas, gadis itu menutup wajahnya dengan selimut dan berbaring dengan tangisan kuat. "Kenapa? Kenapa mereka tidak mengatakan dari awal padaku ... kenapa?" tangis Hauri dengan pilu. Sakit yang Hauri rasakan di tubuhnya rasanya tidak sebanding dengan sakitnya kenyataan yang ia terima. Dunianya bagai runtuh seketika saat ia tahu, usianya tidak panjang lagi!Pintu kamar inap Hauri tiba-tiba terbuka, seorang suster kaget melihat Hauri menangis di sana dengan begitu ilu dan histeris. "Ya Tuhan! Nona, apa yang terjadi? Nona kenapa?" tanya suster itu terkejut. "Nona...!" Hauri menggeleng-gelengkan kepalanya, ia terbatuk-b

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 422. (EXEL STORY) Usiamu Tidak Lebih Dari Lima Tahun, Hauri!

    Setelah berjam-jam Hauri sendirian di dalam kamar inapnya. Barulah Exel datang saat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Namun, kedatangan Exel kali ini membuat Hauri terkejut karena dia mengajak Lafenia untuk ikut bersamanya. Wanita cantik itu membawa keranjang berisi buah-buahan. "Sayang, maaf aku tadi tidak sempat bilang padamu kalau aku akan ke kantor lebih dulu. Aku buru-buru," ujar Exel sembari duduk di samping Hauri. Gadis itu tersenyum manis. "Tidak papa, Exel. Aku berani sendirian..." Pandangan Hauri tertuju pada Lafenia yang kini tersenyum sambil berdiri di belakang Exel. Exel mengikuti arah pandang mata Hauri saat ini. Laki-laki itu menoleh sekilas pada Lafenia. "Oh ya, aku mengajak Lafenia. Dia tadi memang ingin ikut dan sekalian menjengukmu," jawab Exel tersenyum sembari mengusap pipi Hauri. "Iya Hauri. Maaf ya, aku tidak tahu kalau kau sedang tidak enak badan. Jadi ... aku memutuskan untuk menjengukmu." "Terima kasih atas kebaikanmu, Lafenia," uc

DMCA.com Protection Status