Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 133. Terungkap di Hadapan Evan!

Share

Bab 133. Terungkap di Hadapan Evan!

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-14 09:45:17

Hari ini Daniel kembali ke Jerman. Kedatangannya sudah dinanti-nantikan oleh Pauline sejak kemarin.

Daniel pun mengobati rasa rindu putrinya dengan mengajaknya bermain, jalan-jalan, dan saat ini ia bersama Elize dan Pauline berada di sebuah pusat perbelanjaan.

"Pauline mau beli apa, Sayang? Mau boneka? Puzzle? Atau mau beli apa?" tawar Daniel pada dalam gendongannya itu.

"Emmm ... Pauline mau beli boneka itu, Pa!" seru anak manis itu menunjuk ke arah sebuah toko mainan.

"Ya ampun, Sayang, boneka Pauline di rumah sudah banyak!" seru Elize sembari mengusap pucuk kepala Pauline.

Daniel pun tersenyum pada wanita cantik di sampingnya.

"Tidak papa, ulang tahunnya kemarin aku juga belum memberikan hadiah untuknya, Elize," ujar Daniel.

Laki-laki itu pun langsung berjalan masuk ke dalam sebuah toko boneka dan meminta Pauline untuk memilih mana boneka yang anaknya suka.

Tentu saja Pauline banyak memilih dan banyak pula maunya.

Daniel merasakan ada yang berbeda dengan Elize, dia sering
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ira siregar
Evan dan dan Eliz sama2.bodoh, dan kau Eliz harusnnya kau bisa mencari tau apa yang terjadi sebenarnya 4 tahun lalu , buka memelihara sakit hati dan rasa trauma mu
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
jangan gegabah van...ikuti permainan ilze dn dekati dia terus
goodnovel comment avatar
Jin92 bestboy
hmmmm...gimana ya Elizabeth yang sekarang gimana gitu ya karakternya..harusnya si daniel yg kerjanya masih satu kota sama evan harusnya tau ya kasus si clarisa dulu kan masuk berita juga kalau itu semua salah paham.. au ah bingung thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 134. Dia Masih Istriku!

    Setelah mengetahui semua kebenaran ini, Evan semakin yakin istrinya tidak meninggal. Evan pun kini tahu kalau Daniel ada di balik pelarian Elizabeth selama bertahun-tahun. Evan tidak tinggal diam. Ia meminta Jericho untuk mencari nomor telfon Daniel dan menghubunginya. Hingga kini mereka bertemu dengan Daniel di suatu tempat. "Ada perlu apa kau ingin bertemu denganku? Dan bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Daniel, dia menatap Evan dengan tatapan tenang."Tidak perlu basa-basi lagi, Niel!" jawab Evan dengan nada dingin dan emosi. Kening Daniel mengerut. "Apa maksudmu?"Evan mendekati Daniel dengan kedua tangan terkepal kuat seolah siap menerjangnya. "Berhenti berpura-pura seolah kau bodoh! Wanita bernama Elize yang bersamamu kemarin, adalah Elizabeth, istriku! Dan Pauline adalah darah dagingku! Iya kan?!" tekan Evan dengan bibirnya menipis marah. Alih-alih tersulut emosi, Daniel masih dengan wajah datar dan tenang seperti tak terjadi apapun. Laki-laki itu mengembuskan napasny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 135. Elizabeth, Jangan Bersandiwara di Hadapanku!

    Keesokan harinya, Elize kembali pergi ke butik miliknya setelah Kimmy memberitahu kalau ada tamu yang ingin bertemu dengannya hari ini. Sesampainya di butik, Elize tidak menemukan Kimmy di sana. "Di mana Kimmy? Siapa tamu yang aku temui hari ini?" gumam Elize sembari melepaskan mantel tebal yang ia pakai. Wanita cantik dengan rambut terikat itu berjalan masuk ke dalam ruangan khusus di mana tamu menunggunya. Begitu Elize membuka pintu, hatinya seperti mencelos saat ia melihat siapa yang berada di sana, menatapnya dengan tatapan dingin. "Tuan Evan, selamat pagi," sapa Elize berjalan mendekatinya. Belum sempat Elize duduk, tiba-tiba Evan sudah lebih dulu berdiri di hadapannya. Elize merasa sangat-sangat takut begitu ditatap lekat oleh Evan sekarang. "Maaf, apa ada hal penting yang ingin Tuan bahas?" tanya Elize, mengalihkan tatapannya dan mengambil sebuah berkas miliknya di atas meja. "Berhentilah berpura-pura di hadapanku, Elizabeth!" Suara bariton dalam dan dingin milik Evan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 136. Hasil Test DNA dan Tangisan Emosi Elizabeth

    Hari demi hari telah berganti, pagi ini Evan datang ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA milik Pauline. Evan pun berada di dalam sebuah ruangan di mana dokter kini membacakan hasil pemeriksaan tersebut. "Bagaimana, dok?" tanya Evan saat dokter itu selesai membacanya. "Hasil pemeriksaan antara Pauline dan Tuan tertera sangat cocok, dan memiliki golongan darah yang sama," jawab dokter tersebut menatap Evan. Evan terpaku di tempatnya mendengar penjelasan yang dokter ucapkan mengenai tes DNA-nya dengan Pauline. Dada Evan seperti dihimpit batu besar. Dia tidak menyangka selama ini dirinya memiliki seorang putri yang tumbuh dan besarnya sama sekali tidak ia ketahui. Evan seketika dilingkupi perasaan bahagia yang tak terduga. "Artinya anak bernama Pauline ini, benar-benar anak saya, dok?!" Dokter pun mengangguk. "Benar, Tuan." Evan mengangguk cepat, ia meraih surat hasil tes DNA yang dokter berikan. "Baik dok, terima kasih untuk hasil tes ini. Kalau begitu ... saya permisi,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 137. Ma, Siapakah Papanya Pauline Sesungguhnya?

    Elizabeth menangis terduduk di lantai. Ia tidak bisa menahan rasa sakit dan amarah di dalam dadanya. Rasa sedih, takut, bingung, semuanya bercampur padu menjadi satu. Kebencian di hatinya pada Evan semakin menjadi-jadi. "Aku tidak butuh kehadiranmu lagi, Evan ... Demi Tuhan, aku dan putriku tidak membutuhkanmu lagi!" pekik Elizabeth menangis menundukkan kepalanya di lantai. Wanita itu menepuk-nepuk dadanya. Rasa sakit kejadian empat tahun lalu, mungkin akan dianggap sepele oleh orang yang tidak merasakannya. Tapi bagi Elizabeth, itu adalah luka terdalam yang sampai detik ini tidak ada obatnya. "Aku benci dia, Ya Tuhan ... aku benci dia!" Elizabeth yang menangis tersedu-sedu, hingga jatuh terduduk di lantai satu. Dia tidak tahu kalau keributannya dengan Evan sejak tadi dilihat oleh Pauline. Anak kecil itu berdiri di ujung atas tangga. Bocah dengan balutan sweater merah itu berjalan menuruni anak tangga sembari menyeret lengan boneka kecilnya. "Mama ... Mama kenapa?" tanya anak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 138. Pauline Kabur Mengejar Evan

    Satu minggu penuh Elizabeth tidak mengajak Pauline keluar rumah sama sekali. Kali ini ia benar-benar sangat ingin menghindari Evan, dari sudut mana pun. Namun, ternyata Pauline tidak betah dan anak itu merasa bosan terus menerus di dalam rumah, sehingga kini ia mengamuk dan berteriak marah-marah pada Elizabeth, meminta pergi jalan-jalan ke luar. "Ayo Ma ... Iiihh Mama lama-lama sekali! Pauline bosan di rumah, tahu! Pauline tidak suka di rumah!" teriak anak itu menggelegar di dalam rumah. "Sayang, ini sudah malam, Nak. Ini sudah jam setengah sembilan lebih," ujar Elizabeth pada si kecil. "Pokoknya Pauline mau jalan-jalan! Hihhh ... Mama kenapa nakal sekali! Pauline tidak sayang Mama lagi! Pauline tidak mau makan lagi pokoknya sampai besok!" Teriakan keras dari Pauline bersama dia yang berguling-guling di lantai menghentak-hentak kakinya. Elizabeth yang menemani anaknya yang sedang tantrum. Ia hanya bisa menunggu dan mengusap pucuk kepala Pauline berusaha agar anaknya kembali tena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 139. Kau Masih Istriku, Elizabeth!

    Sementara Elizabeth, wanita itu kebingungan mencari Pauline ke mana-mana. Belum sampai lima menit dia meninggalkan anaknya hanya untuk memesan es krim, tapi Pauline sudah hilang entah ke mana!Elizabeth menangis dan berusaha menghubungi Daniel. Namun tidak bisa juga. Ia berjalan ke sana kemari mencari buah hatinya. "Di mana kau, Nak? Pauline...!" teriak Elizabeth. Wanita itu mengusap wajahnya frustrasi, menyadari kebodohannya. 'Tolong lindungi anakku, Ya Tuhan. Kumohon lindungi Pauline,' batin Elizabeth menangis. Elizabeth berjalan cukup jauh, dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Sampai akhirnya, wanita itu melihat beberapa orang di depan toko mainan, dan Elizabeth melihat sosok Pauline dalam gendongan seorang laki-laki yang mendekapnya erat. "Pauline," lirih Elizabeth dengan kedua matanya yang membola. "Ba-bagaimana bisa Pauline dengan Evan?!" Dengan langkah kakinya yang cepat, Elizabeth berjalan terburu-buru mendekati Evan dan Exel yang kini bersama Pauline duduk di sebuah bangku

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 140. Masih Ada Kemarahanku Padamu, Evan!

    Nyatanya, Daniel dan Evan masih kukuh tidak melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Elizabeth. Kedua orang dewasa itu memasang wajah geram mereka. Elizabeth pun tidak bisa melepaskan tangannya. "Apa yang kalian lakukan?!" pekik Elizabeth kesal. Pauline yang berada dalam gendongan Elizabeth pun nampak ketakutan hingga anak itu menangis. Elizabeth menoleh pada Evan yang masih mencengkeram pergelangan tangannya. "Evan, lepaskan tanganku!" pekik Elizabeth. "Tidak. Aku tidak akan membiarkan istriku bersama pria lain! Ingat ... kita belum bercerai!" tegas Evan sekali lagi.Wajah marah Elizabeth terlihat jelas, rasanya ia sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Wanita itu menarik tangannya dengan kuat meskipun tidak terlepas. "Kalau kau masih mengatakan kita tidak bercerai, maka ceraikan aku sekarang juga!" pekik Elizabeth berkaca-kaca menatapnya. Ekspresi Elizabeth yang marah dan bersedih, begitupun Pauline yang menangis keras dalam gendongan Elizabeth, anak itu ketakutan.Evan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 141. Om Daniel, Jangan Ambil Mama dan Adikku

    Setelah semalam Elizabeth pulang terlalu malam saat cuaca sangat dingin, keesokan harinya Pauline demam tinggi. Anak perempuan itu kini tengah meringkuk di atas ranjang memeluk boneka beruang berwarna putih yang Exel belikan untuknya. "Sayang ... masih pusing, Nak?" tanya Elizabeth mendekati Pauline yang nampak lemas. "Iya Ma. Kepala Pauline mau pecah rasanya, Mama," jawab Pauline memegangi kepalanya. Elizabeth mengusap kening Pauline, wajahnya berubah cemas saat tahu suhu panas tubuh Pauline tidak turun-turun, padahal Elizabeth sudah merekatkan penurun panas di keningnya dan memberikan obat untuk Pauline. "Mama, sini..." Pauline menatap sayu Elizabeth dan menepuk-nepuk ranjang di sampingnya. Elizabeth pun duduk di sampingnya sebelum dia berbaring dan memeluk tubuh kecil sang buah hati.Saat demam, anak perempuannya itu sangat manja dan banyak maunya. Dia juga enggan ditinggal oleh Elizabeth, dan ingin terus menerus menempel pada sang Mama. "Pauline semalam dipeluk sama Papa,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 434. (EXEL STORY) Gaun Pernikahan untuk Hauri

    Keesokan paginya, Hauri pergi bersama Exel ke butik milik Elizabeth. Di sana, mereka berdua diminta untuk memilih baju pengantin mana yang akan dipakai di acara pernikahan mereka beberapa hari lagi. Tampak Hauri kebingungan memilih gaun mana yang serasi untuknya. Gadis cantik berambut sepundak itu berdiri mendongak menatap macam-macam gaun pengantin yang terpajang di dalam lemari kaca. 'Mama Elizabeth sangat hebat, memiliki butik sebesar ini,' batin Hauri terkagum-kagum. Gadis itu masih berdiam diri menatap gaun pengantin di hadapannya saat ini. "Pasti ini sangat mahal dan berat, semuanya dipenuhi hiasan mutiara yang berkilau, dan motif kainnya juga sangat cantik," ujar Hauri tersenyum manis. "Hauri mau mencoba yang ini, Sayang?" Suara Elizabeth yang tiba-tiba muncul membuat Hauri tersentak kaget. Gadis itu menatapnya dan menggelengkan kepalanya cepat. "Ti-tidak, Ma. Gaunnya terlihat sangat berat," ujar gadis itu. Elizabeth menatap gaun di hadapannya itu dan mengangguk. "Iya

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 433. (EXEL STORY) Impian Kita Berdua

    Udara dingin terasa menusuk, Hauri membuka kedua matanya pukul satu dini hari. Gadis itu menghembuskan napasnya panjang berusaha menyingkirkan lengan kekar Exel yang memeluknya dengan sangat erat. Exel selalu menolak tidur sendiri-sendiri, toh mereka akan menikah beberapa hari lagi, di sisi lain, Exel tidak tega bila dia terbayangkan Hauri sakit tiba-tiba saat sedang tidur sendirian. Hauri melepaskan satu tangan Exel dengan perlahan-lahan. Namun, justru pelukan itu semakin mengerat kuat. "Ya ampun, Exel ... lepaskan sebentar. Aku mau ke kemarin mandi," ujar Hauri memukuli lengan laki-laki itu. "Hehhh..." Exel menarik napasnya panjang dan melepaskan pelukannya. "Ayo, aku temani." "Nyalakan lampunya, aku takut gelap," ujar gadis itu. Exel segera menyalakan penerangan di dalam kamarnya. Hauri pun menyibak selimutnya cepat dan berjalan ke kamar mandi.Sedangkan Exel menunggu duduk di tepi ranjang dengan wajah mengantuknya. Sampai Hauri kembali keluar, gadis itu mendekati Exel dan H

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 432. (EXEL ROMAN) Kasih Sayang Terbesar untuk Hauri

    Hari sudah gelap, Hauri berada di ruang makan dan menghabiskan makan malamnya sendirian di sana. Sejak siang, ia tertidur hingga bangun malam. Terus terang, Hauri sangat malu ia bangun terlambat, tetapi tidak ada yang melarang atau mengomelinya. Justru semua orang rumah itu meminta Hauri istirahat total. "Makan yang banyak, Sayang. Setelah itu obatnya diminum dan istirahat lagi di ruang tengah dengan Adik Pauline, biar tidak suntuk," ujar Elizabeth dari arah dapur. "Iya Ma," jawab Hauri. Elizabeth berjalan mendekat membawakan segelas air hangat untuk Hauri. "Minum air hangat saja ya, kata Exel tadi kau kedinginan," ujar Elizabeth sembari menyentuh kening Hauri yang terasa hangat. Gadis itu merasa sedih dan senang sekaligus saat dimanjakan oleh Elizabeth, kasih sayang dari sosok Mama yang selama ini Hauri rindukan. Elizabeth terdiam sejenak menatap makanan Hauri hanya tersisa sedikit. Wanita itu menyadari pasti Hauri berat menjalani kondisinya ini, mengalami penurunan nafsu maka

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 431. (EXEL STORY) Izinkan Aku Menikahi Hauri Dalam Waktu Dekat

    Akhirnya Hauri bisa bernapas lega setelah sekian lama. Ia dan Exel bergegas pulang, namun selama sepanjang perjalanan menuju rumah, Hauri hanya diam saja. Hal ini membuat Exel bertanya-tanya. Apakah kekasihnya itu tidak papa?"Kenapa diam saja? Kau ingin membeli sesuatu?" tanya Exel menoleh. "Tidak. Aku hanya ingin cepat sampai di rumah dan segera meminum obat," jawabnya. "Jadwalnya sudah berlalu satu jam." "Oh astaga, Sayang! Aku benar-benar tidak ingat!" seru Exel menepuk keningnya. "Kenapa kau tidak bilang sejak di kantor?" Exel tampak merutuki kesalahannya sendiri karena melupakan hal itu. Hauri hanya tersenyum tipis. "Tidak papa. Kau kan juga sibuk, Lafenia juga terus menahanmu pulang, kan?" Meskipun tidak bernada tinggi, tapi terasa sakitnya dari kata-kata yang Hauri lontarkan barusan. Juga ekspresi gadis itu yang sulit untuk Exel tebak, apakah dia senang marah, atau tidak. "Maaf ya, Sayang ... aku yang salah," ujar Exel mengusap pucuk kepala Hauri. "Tidak papa, Exel."

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 430. (EXEL STORY) Heiner, Diam-diam Perhatian

    Berada di dalam sebuah ruangan bersama dengan teman Exel, Hauri sangat merasa canggung. Ia bahkan bingung harus apa di sana. Berbeda dengan Heiner, ia memperhatikan Hauri dengan tatapan yang tak biasa dan dipenuhi rasa penasaran. "Hauri," panggil Exel pelan."Ya?" Hauri menoleh cepat. Ia merasa senang bila laki-laki itu mungkin mengajaknya berbincang. Heiner beranjak dari duduknya seketika dan mengambil remote penyejuk ruangan sembari menatapnya. "Sepertinya kau kedinginan, ya? Wajahmu terlihat pucat, dan kau sejak tadi meremas tanganmu," ujar Heiner. "Maaf ya, aku baru menyadari kalau ruangan ini terlalu dingin untukmu." "Ah, ya. Tolong kurangi suhu dinginnya," ujar Hauri. Heiner pun tersenyum tipis, laki-laki itu kembali duduk di sofa dan kali ini lebih dekat dengan Hauri. "Ngomong-ngomong, kau bukan berasal dari Eropa? Wajahmu terlihat berbeda dengan warga Eropa," ujar Heiner. "Iya. Papaku orang Prancis, Mamaku dari Jepang. Tapi aku besar di Prancis dan mengenal Exel di san

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 429. (EXEL STORY) Kedatangan Hauri di Kantor Exel

    Sesampainya di kantor, semua orang terkejut melihat kedatangan Exel saat ini bersama seorang gadis yang tak lain adalah calon istrinya. Hauri langsung turun dari dalam mobil, gadis itu menatap sekitar di mana semua karyawan di kantor menatapnya dengan tatapan ramah. "Selamat siang, Pak ... selamat siang, Nona Hauri," sapa salah satu karyawan yang datang menyambut mereka. "Selamat siang," balas Hauri dengan ramah. Exel langsung dihampiri oleh Lafenia yang baru saja keluar dari dalam sebuah ruangan. "Pak Exel..." Lafenia mendekat membawa sebuah map berkas. Exel menoleh dan melihat gadis itu menghampirinya. "Di mana Tuan Gamaliel?" tanya Exel. "Ada di dalam ruangan tamu. Saya sudah meminta orang-orang menyiapkan beberapa minuman untuk tamu kita. Pak Gamaliel bersama dengan keponakannya yang seusia Bapak, dia pengusaha sukses juga," ujar Lafenia menjelaskan."Oke. Kita ke sana sekarang," ujar Exel.Saat laki-laki itu hendak berjalan, Exel menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh m

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 428. (EXEL STORY) Hal yang Disembunyikan Calon Istriku

    Hauri terlelap dalam pelukan Exel pagi ini. Dengan cahaya matahari yang hangat menyinarinya begitu sempurna, tampak Hauri terlihat sangat nyaman dan menikmati. Gadis ini selalu menggigil di saat-saat tertentu, hingga Elizabeth berpesan pada Exel untuk berangkat ke kantor lebih Awal, menyelesaikan meeting pagi, lalu pulang untuk mengajak Hauri menghangatkan badannya di bawah sinar matahari. "Apa dia tidak kepanasan?" gumam Exel lirih. Ia mengusap pipi Hauri yang terasa hangat. Namun dia terlihat begitu nyaman bahkan tidak merasa kepanasan. "Sayang, apa sudah cukup hangat?" tanya Exel berbisik. Hauri mengeratkan pelukannya dan menarik napasnya panjang. "Sudah, tapi aku tidak bisa membuka mataku. Aku sangat mengantuk sekali, Exel," bisik Hauri lirih. "Tutup saja matamu. Aku akan menggendongmu ke rumah," ujar Exel. Laki-laki itu tanpa berkomentar ini dan itu. Exel langsung mengangkat tubuh kecil Hauri dan membawanya masuk ke dalam rumah. Exel juga tampak biasa dan ia tidak pernah

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 427. (EXEL STORY) Mencintaimu Tanpa Syarat

    Perkataan Pauline tadi sungguh mengusik benak Hauri kalau Exel benar-benar ingin mengajaknya menikah. Sungguh, Hauri memikirkan apakah laki-laki itu tidak menyesal nantinya? Bagaimana bila hal yang tidak-tidak terjadi? Memikirkan hal itu, Hauri tidak sadar ia melamun duduk di depan jendela kamar Exel sambil menyelimuti pundaknya dengan sebuah selendang dari kain flanel. "Sayang..." Suara Exel bersamaan dengan pintu terbuka, laki-laki itu menatap ke arah Hauri yang kini tampak terkejut dengan kedatangannya. Hauri tersenyum begitu hangat. "Hai," sapanya lembut. "Ada apa? Bukannya kau pergi ke kantor, ya?"Exel berjalan mendekat, laki-laki itu menekuk kedua lututnya di hadapan Hauri. Manik mata cokelat milik Exel menelisik wajah ayu Hauri yang tampak pucat. "Aku hanya meeting saja. Itu pun sudah selesai," jawabnya. "Aku ingin cepat pulang saja, rasanya ... apa mungkin karena aku selalu merindukanmu, Sayang?" Mendengar hal itu, Hauri memukul pelan lengan Exel dan terkekeh. Exel me

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 426. (EXEL STORY) Sungguh Exel ingin Menikahiku?

    Exel menemui Dokter William pagi ini. Pada dokter itu ia menyampaikan kalau Hauri ingin segera pulang. Dokter William pun segera mengecek kondisi Hauri. Gadis itu benar-benar ingin terlihat kuat dan baik-baik saja pada dirinya. "Nona Hauri yakin ingin segera pulang? Pasalnya tiga hari lagi harus ke sini lagi untuk kembali terapi," ujar dokter menatap Hauri lekat-lekat. "Iya dok, saya ingin pulang," putus Hauri dengan sangat yakin. "Baiklah kalau begitu. Tidak papa pulang hari ini, tapi tolong dijaga kesehatan dan jam istirahat yang cukup, ya," ujar Dokter William. "Pasti, dok." Hauri merasa senang setelah dirinya mendapat izin pulang dari dokter. Hauri sudah teramat jenuh berada di tempat itu, ia ingin segera pulang hari ini. Dokter William memanggil suster untuk mengurus kepulangan Hauri hari ini. Sementara Exel merapikan barang-barang milik Hauri. "Kita akan pulang dengan Paman James," ujar Exel pada Hauri. "Heem. Sesampainya di rumah, aku ingin duduk bersama Mama," ujar Ha

DMCA.com Protection Status