Semua Bab Virginity For Sale : Bab 31 - Bab 40

48 Bab

31. Berpisah?

"Apa Anda yakin dengan keputusan Anda, Tuan?" Raven mendengar suara dari arah belakangnya, namun pria itu tak jua mengalihkan pandangannya dari jendela dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Manik kelabu asap itu tajam menatap ke lantai bawah, di mana sebuah helikopter dengan mesinnya yang menyala berada, dan dua orang yang tampak sedang berjalan untuk memasukinya. "Tentu saja aku yakin, "ucap pria itu setelah beberapa saat kemudian dengan melukis seuntai seringai samar penuh makna di wajahnya. "Tolong jaga dan pastikan keselamatan mereka berdua--paling tidak hingga helikopternya telah menyeberangi lautan dan sampai di pulau tujuan, Alberto," sambungnya lagi sambil menoleh ke arah belakangnya, dimana Alberto berada. Pandangan Raven pun lalu kembali lagi menatap ke balik jendela. "Karena setelah sampai di tujuannya, maka Moora adalah tanggung jawab Rhexton sepenuhnya." Alberto pun hanya mengangguk tanpa bersuara. "Apa Anda ingin Miss Maura tetap diawasi?" Raven tak
Baca selengkapnya

32. Jebakan

Maura mendesah pelan diam-diam, lalu menatap pria yang berada di sampingnya. Rhexton. Satu-satunya jalan keluar yang ia miliki adalah pria ini. Apakah kira-kira Rhexton bisa meminjamkannya uang yang cukup banyak untuk bisa pergi ke Grindelwald? Rhexton membawa Maura masuk melalui pintu berwarna putih, yang menuntun mereka ke tangga menurun menuju koridor yang terang namun sangat sepi. Pria itu masih tetap menggenggam tangan Maura di sepanjang perjalanan, dan Maura pun membiarkannya. Ada sebuah lift dengan pintu yang telah terbuka di ujung koridor itu, dan mereka pun langsung masuk ke dalamnya. "Kamu baik-baik saja?" Rhexton bertanya, saat menatap wajah Maura yang masih tampak pucat. Gadis itu mengangguk lemah. Ketegangan yang sedari tadi menyelimuti diri, kini perlahan mulai terasa sirna, menyisakan hanya lemas di sekujur tubuhnya. "Istirahatlah dulu di apartemenku, Maura. Kamu bebas untuk tinggal berapa lama, jangan pikirkan apa-apa lagi." Maura tak menjawab, nam
Baca selengkapnya

33. Petaka

"Woa. Coba lihat siapa yang mendatangimu." Madamme Jane tersenyum miring dengan sorot penuh arti menatap ke arah Rhexton, yang berdiri beberapa meter di depan mobil. "Berhenti berontak, atau dia akan kutembak." Maura menahan napasnya kala melihat senjata yang berada di tangan Madamme Jane teracung lurus di kaca depan, terarah tepat ke sosok Rhexton! Sepertinya kaca mobil yang sangat gelap membuat pria itu tidak dapat melihat marabahaya yang tengah tertuju padanya. "MAURA! KAMU BAIK-BAIK SAJA?!" Kembali Rhexton pun berteriak. Kali ini dia mulai mengayunkan langkah, menuju sisi mobil dimana Maura berada. Maura merasakan cekikan di lehernya agak sedikit mengendur, membuatnya terbatuk-batuk dan berusaha meraup udara dengan rakus. Pandangan matanya mulai kabur karena titik-titik cairan bening yang mulai mengumpul. "Jangan terlalu bersemangat mencekiknya, Rebecca. Ingat, Tuan Daniel menginginkan Maura dalam keadaan utuh dan hidup," ucap Madamme Jane santai sambil melirik ke
Baca selengkapnya

34. Kembali Bersamaku

'Siapa yang memanggil namaku?' Alis gelap yang melengkung indah itu pun saling bertaut, namun dengan kedua mata yang tetap masih terpejam. Seseorang telah menyebut namanya berulang kali serta menepuk-nepuk pipinya, namun entah kenapa ia sulit sekali membuka kelopak matanya yang terasa berat. "MAURA!" Nada yang menyentak itu membuatnya seketika tersadar dan berjuang untuk melihat dengan jelas seseorang yang memanggilnya. "Akhirnya kamu sadar juga." Mual dan pusing yang menyerangnya, membuat Maura mengerjap pelan dengan pandangan yang masih belum terlalu jelas. Siapa... itu? Tiba-tiba saja gadis itu merasakan dagunya dicengkram dengan kuat, lalu seraut wajah familier pun datang mendekat. "Tu... Tuan Daniel..." Maura pun berucap dengan suara tercekat, ketika seringai sinis dan keji di wajah pria paruh baya itu mulai terlihat. Kenapa ia bisa berada di tangan Daniel?? Maura bermaksud untuk bergerak, namun seluruh tubuhnya seperti membatu dan mati rasa. "Aku ta
Baca selengkapnya

35. Pembunuh

Pasti ini kamarnya. Raven menatap dingin ke arah pintu yang berada tak begitu jauh dari tangga menuju ke lantai dua, menilik dengan manik kelabu asapnya dengan seksama, lalu mulai menganalisa. Jenis pintu geser elektrik, yang hanya bisa diaktifkan dengan scan sidik jari si pemilik. Fuck! Dia tidak punya banyak waktu untuk omong kosong semacam ini! Raven mengarahkan senjatanya ke bagian pengunci, lalu menembak sebanyak empat kali. Seketika terdengar alarm nyaring yang memekakkan telinga, namun pria itu tampak seperti tuli dan tidak peduli. Dengan satu kakinya, Raven pun menendang kuat pintu yang kini telah setengah hancur karena ia terus menembak dengan membabi-buta. BRAK! Dan pintu kamar yang terkunci itu pun akhirnya terbuka dari arah luar, rubuh dan tak berbentuk. Dengan senjata yang masih tergenggam di tangannya, pria itu bergegas menyerbu masuk. Waktunya semakin sempit, dan ia harus segera menemukan Maura secepatnya. Namun lagi-lagi ia mengutuk saat mengedarkan
Baca selengkapnya

36. Ajari Aku

Tiga hari telah berlalu sejak penyelamatan Maura oleh Raven, dan dalam tiga hari itu juga tubuh Maura yang terluka telah berangsur-angsur jauh lebih baik dari sebelumnya. Hari ini masih pagi, namun Raven telah kedatangan tamu yang sengaja jauh-jauh datang untuk menemuinya. Seorang pria kurus tinggi berkacamata yang juga manajer sekaligus editornya, Stefan. "Sudah kubilang, tidak!" Raven menatap Stefan dengan sorot gusar. "Jangan memaksaku lagi, Stefan." Pria yang duduk di sofa berhadapan dengan Raven itu pun menarik napas pelan mendengar penolakan tegasnya. "Raven, tolong pertimbangkanlah lebih dulu. Ini cuma satu kali wawancara serta tour di Mansion-mu, itu pun hanya dengan lokasi yang kamu inginkan," sergahnya berusaha membujuk. "Aku tidak peduli. Tidak akan ada yang bisa memasuki Mansion ini selain orang-orang yang kuinginkan. Dan kehidupan pribadiku bukanlah untuk menjadi konsumsi orang lain!" Seusai mengucapkan kalimat itu, Raven pun berdiri lalu berjalan menuju bar
Baca selengkapnya

37. Masih Hidup

Menggunakan Senjata?? Satu sudut bibir Raven pun seketika menukik naik membentuk seringai samar penuh arti, kala mendengar permintaan Maura. Tangan rapuh gadis itu yang masih berada dalam genggamannya itu pun ia tekan sedikit lebih kuat, membuat kening Maura berkerut dan melirik ke bawah, dimana tangannya dan Raven sedang bertaut. "Kamu yakin, Moora?" Raven bertanya seraya mengangkat tangan Maura dan mengecup jemarinya lembut. "Berhati-hatilah dengan permintaanmu, Sugar Cookie. Senjata adalah alat yang digunakan untuk melukai, menghancurkan, dan juga... membunuh." Maura terpaku pada kilau yang terpantul dari manik kelabu Raven, yang sejenak membuatnya terpesona kala pria itu sedang berucap. Raven selalu seperti itu, memiliki kekuatan yang mampu membuatnya seolah terhipnotis. Maura mengerjap-kerjapkan matanya ketika telah tersadar pada akhirnya, lalu mendehem pelan sembari menggigit bibirnya. "Ya... aku yakin," desahnya dengan menghela napas. "Aku tidak ingin menjadi le
Baca selengkapnya

38. Dilema

Rhexton... masih hidup?! Maura menatap Raven dengan sorot penuh harap dan tanya, hingga akhirnya pria itu pun ikut menatapnya seraya tersenyum samar. "Ya. Dia memang masih hidup... paling tidak untuk sekarang," ujar Raven datar dan penuh maksud tersirat di dalamnya, seolah setiap saat ia pun dapat mengambil nyawa saudara kembarnya itu kapan pun ia mau. Lalu Raven pun kembali menatap Alberto. "Kami akan turun menemui Rhexton sebentar lagi, terima kasih, Alberto." Alberto mengangguk penuh hormat, kemudian permisi untuk undur diri meninggalkan Maura dan Raven kembali berdua. "Apa yang kamu rasakan kepada Rhexton?" Maura mengerjap kaget mendengar pertanyaan Raven yang datang dengan sangat tiba-tiba itu dan tidak disangka itu. "Aku memang tidak terlalu mengenalnya, namun menurutku... Rhexton adalah pria yang baik." Maura hanya memberikan jawaban yang dirinya bayangkan tentang Rhexton. Manik kelabu terang Raven tampak semakin berkilat-kilat sesudahnya, atau mungkin itu hanya
Baca selengkapnya

39. Jangan Temui Dia Lagi

Suara dua langkah kaki yang menuruni tangga membuat tatapan Rhexton yang waspada pun terarah ke sana. Pria dengan surai yang agak panjang itu menatap lekat penuh tanya pada jemari Maura, yang sedang berada di dalam genggaman erat Raven. Rhexton pun memaki dalam hati saat menyadari bahwa ia sudah terlambat. Raven dengan semua trik liciknya itu pasti telah berhasil mempengaruhi pikiran Maura, dan pasti akan sangat sulit baginya untuk membawa gadis itu pergi dari sini. "Rhexton. Kamu tidak apa-apa?" Maura-lah yang pertama kali berucap, saat mereka bertiga pada akhirnya saling bertemu tatap. Gadis itu terlihat ingin mendekati Rhexton untuk memeriksa salah satu lengannya yang diberi penyangga, namun tampak tak berkutik karena tangannya yang masih digenggam oleh Raven dengan sengaja. "Peluru itu hanya mengenai lenganku," tukas Rhexton sambil tersenyum, berusaha menenangkan raut khawatir di wajah Maura. "Ya. Hanya lengan. Sayang sekali," tukas Raven sembari sedikit memiringkan
Baca selengkapnya

40. Di Tanganku

Malam itu terasa sunyi, hanya suara detak jam dinding yang samar terdengar dari sudut kamar. Cahaya temaram lampu tidur melukiskan bayangan di dinding, menciptakan suasana yang misterius dan mendebarkan. Maura berbaring di atas ranjang, jantungnya berdegup cepat. Dia merasakan udara di sekelilingnya sedikit lebih tebal, hangat, dan pekat. Raven mengamati setiap gerak dan lekuk tubuh Maura yang menggiurkan. Dia tampak seperti bayangan yang hidup, penuh rahasia yang kapan pun dapat meledak. Maura pun menelan ludahnya, mencoba untuk menenangkan dirinya. Ada sesuatu di dalam cara Raven menatapnya yang membuatnya merasa kecil dan tak berdaya, namun sekaligus juga membuatnya terpesona. Raven duduk di tepi ranjang dengan tangan yang terulur untuk menyentuh pipi Maura, lembut dan tak terduga "Kamu gemetar," bisiknya, suaranya berat dan dalam, seperti menggenggam seluruh ruang. "Apa kamu masih takut padaku, Moora?" Maura pun terdiam dengan benak yang mencoba untuk menyusun k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status