Semua Bab Istri Figuran Tuan Muda : Bab 61 - Bab 70

93 Bab

Hadiah

"Ta, kamu serius beli jam mahal kayak begitu? Buat apaan? Astaga Jelita!" Tawa Jelita terus terdengar setiap kali Zeya protes dengan apa yang baru saja dilakukannya. Walaupun terkesan ikut campur, Jelita memahami maksud dari sahabatnya. Zeya hanya khawatir kepadanya, mengingat selama ini Jelita hanya menggantungkan hidupnya dari uang tabungan miliknya. Bahkan kartu yang Mark berikan padanya pada hari sebelum kecelakaan, tak pernah sekalipun Jelita gunakan. Jelita adalah sosok wanita yang selalu memikirkan matang-matang sebelum membeli sesuatu. "Santai aja, Zey. Gak apa-apa sekali-kali, toh kebetulan tabungan aku masih ada sedikit dan ditambah gaji aku 2 bulan ini," jawab Jelita santai. Jelita tersenyum sambil mengecek kembali jam tangan yang akan ia beli. Dibolak-balikan arloji tersebut dengan perlahan dengan senyuman yang seakan tak pudar dari wajahnya. "Mark dikit lagi ulang tahun. Aku perhatikan dia sangat menyukai jam tangan, jadi mau berikan satu untuk dia," jelas Jeli
Baca selengkapnya

Persiapan Ulang Tahun

"Eh aku gak nyangka, yang tadi itu ibunya Dokter Veshal!" seru Zeya yang terlihat begitu terkejut setelah Jelita perkenalan dengan sosok Mrs. Khan. Seorang wanita anggun yang sangat hangat dan ramah, bahkan setiap perkataan yang keluar dari bibirnya pun terlihat sangat berhati-hati. "Coba aja ya, sedikit aja sifat ibunya Mark kayak beliau. Ya ... minimal seperempat lah, pasti hidupmu bisa damai," celetuk Zeya yang langsung di cubit pada lengannya oleh Jelita. "Aw! Sakit tau!" ucap Zeya meringis kesakitan sambil mengusap-ngusap bagian lengannya. Sedangkan Jelita hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Gak boleh begitu sama orang tua, nanti kualat!" seru Jelita. Mendengar seruan sahabatnya Zeya hanya memasukkan lubang telinga dengan jari telunjuknya. Bahkan ia pun menimpali perkataan Jelita dengan jawaban yang sama sekali tidak menunjukkan keseriusan."Orang tuanya kayak gimana dulu, Jelita! Kalau kayak nenek lampir gitu sih ulala! Yang ada bisa bikin kita jompo
Baca selengkapnya

Like Mother Like Son

"Dia hanya buat berisik saja!" jawab Catherine ketus. Namun, mendengar jawaban dan mimik wajah istrinya yang tidak sinkron, membuat Chandra tersenyum tipis. "Terkadang saya bingung. Terbuat dari apa tenaganya? Baru pulang kerja, dia langsung membuat kue. Dan malam pasti ia akan kembali untuk menjaga Mark kembali, tapi lihat saja wajahnya yang tidak terlihat lelah," ungkap Chandra. Aroma manis mulai menyeruak dari dapur. Membuat yang menghirupnya seketika merasa penasaran dan ingin mencicipi sumber aromanya. Chandra menghela napasnya, pandangannya lurus ke depan menatap Jelita yang tengah membuat kue sambil bersenda gurau dengan para pekerja di rumahnya. "Rumah ini sudah lama terasa begitu dingin dan sunyi sejak anak-anak kita dewasa. Saya merindukan keramaian seperti ini, dan mungkin bisa lebih sempurna jika ada suara anak-anak yang tertawa, berlarian, ataupun menangis karena bertengkar." Deg! Kalimat terakhir yang Chandra ucapkan seketika membuat Catherine membeku. masih
Baca selengkapnya

Lemah Lesu Lunglai

Jelita tersenyum sambil terus mendekatkan dirinya pada Mark. Debaran jantung Mark seolah tak selaras dengan isi kepalanya, spontan pria itu menarik napas dalam-dalam lalu memejamkan matanya. "Enak?" Tanpa permisi Jelita menyuapi sesendok kecil puding coklat kepada suaminya. Perbuatannya tentu saja mengejutkan Mark, yang langsung membuka matanya. "Aku tau kalau kamu pasti bosan dengan masakan rumah sakit. Makanya aku buatkan puding untuk kamu, karena kamu juga cuma bisa makan makanan lunak," seru Jelita yang cukup puas dengan hasil kreasinya. Sayang sekali Mark belum bisa memakan kue yang ia buat susah payah. Walaupun demikian nampaknya pria itu menikmati makanan yang kini sudah berseluncur indah di dalam mulutnya. "Mau lagi? Ayo buka mulutnya! Aaaaa ...." Jelita perlahan kembali menyuapi suaminya. Tetapi tak seperti sebelumnya, kali ini harga diri Mark membuatnya spontan menyingkap kotak makan yang ada di tangan Jelita. Membuatnya jatuh ke lantai dengan pusing yang hancur be
Baca selengkapnya

Makan Gengsi

"Dokter Jelita, ini surat undangan seminar untuk Anda!" Jelita menerima surat tersebut dan membacanya dengan seksama. Semuanya dibaca tanpa ada satupun kata yang terlewati , hingga ia tampat mengerutkan keningnya dan bertanya, "Lusa? Saya harus berangkat lusa?" "Iya, Dok. Karena Dokter Jelita, kan sebagai pengganti Dokter Zydane yang tengah berhalangan hadir. Jadi mohon maaf sekali kalau undangannya terkesan mendadak." "Oh oke, Baiklah. Terima kasih banyak!" ucap Jelita pada staff rumah sakit yang baru saja memberikannya undangan mengikuti seminar di sebuah sanatorium selama 3 hari 2 malam yang berada di Puncak Bogor. Seluruh perwakilan dari para dokter Intership bahkan sampai masing-masing spesialis turut diikutsertakan. Jelita menghela napasnya, karena sejujurnya sulit bagi dirinya untuk meninggalkan Mark yang masih dalam masa perawatan dan tidak ada yang menjaganya. "Dor! Lagi ngapain kau?" seru Zeya yang tiba-tiba menepuk Jelita dari arah belakang. "Eh, kamu kenapa, Ta?
Baca selengkapnya

Pembuat Onar

"Dasar, kalau emang mau dimakan ya bilang dong. Perasaan dari pagi kenapa apes mulu." Nicky yang baru saja keluar dari ruangan Mark tampak menggerutu. Ia terlihat begitu kesal dengan nasib buruk yang diterimanya. Terdengar langkah kaki seseorang mendekati ruangan tersebut. Perlahan ia melihat 2 sosok wanita yang tengah berjalan semakin mendekat sambil mengobrol. "Loh, Pak Nicky. Tumben siang-siang sudah ke sini?" tanya Jelita ramah. Sedangkan tepat di sebelah Jelita, ada Zeya yang terdiam saja tanpa menyapa seolah dirinya dengan Nicky tidak pernah saling mengenal. Nicky pun turut tersenyum dan menyapa belik Jelita. "Selamat siang Bu Jelita. Iya kebetulan lagi free setelah meeting. Jadi saya bisa sempatkan menjenguk Pak Mark." Jelita mengangguk, dan merasakan ada atmosfer berbeda antara Nicky dan juga Zeya. Pria yang biasanya selalu menggoda Zeya setiap mereka bertemu, kini terlihat lebih pendiam daripada biasanya. Begitu pula Zeya yang sedari tadi mengalihkan perhatiannya dan eng
Baca selengkapnya

Gadis Rebel

"Bella, apa yang kau lakukan?" Chandra tak menyangka kepulangan putrinya ke tanah air setelah bertahun-tahun berada di Jerman, diawaki oleh keributan hanya karena masalah sepele. Bella yang melihat kedatangan ayahnya pun segera menghampiri Chandra dan mengadu. "Lihat, Daddy! Mereka sudah merusak koper milikku! Aku hanya ingin mereka bertanggung jawab!" Chandra menghela napasnya, setelah melihat penyebab keributan tersebut. Ia pun mengusap kepala putrinya, berusaha menenangkan Bella yang mengamuk. "Nak, tapi caramu tidak boleh seperti itu." "Ya sudahlah, biarkan saja. Nanti kita beli koper yang baru," bujuk Chandra. Bella si gadis manja yang masih dalam suasana hati buruk itu pun tak lantas termakan bujukan dari ayahnya. Wajahnya masih ditekuk, sambil terus menggerutu. "Tapi mereka tetap harus bertanggung jawab! SOP mereka tuh seperti apa sih? Sampai membuat koper saya rusak-rusak seperti ini!" "Bella, bagaimana kalau sekalian tas keluaran terbaru? Apakah kamu mau melewatkann
Baca selengkapnya

Adik Ipar

"Hei, bukannya ini menjijikan? Kenapa kau tidak memanggil perawat laki-laki saja?" ucap Mark dengan suara yang merendahkan karena terlalu malu. Tanpa sedikitpun rasa jijik, Jelita membersihkan seluruh kotoran dari suaminya. Bahkan ia turut memastikan jika semuanya benar-benar telah bersih. "Tidak masalah. Selama aku bisa mengatasinya sendiri, buat apa menyuruh orang lain," jawab Jelita yang kini susah payah membopong Mark dari kloset dan mendudukkannya di atas kursi roda. "Kenapa kamu malu? Buat apa malu, aku pun sudah pernah lihat semuanya kok," jawab Jelita asal bicara sambil tertawa kecil. Walaupun terdengar seperti sebuah candaan, tetapi apa yang baru saja Jelita katakan cukup mengganggu pikiran Mark. Pria itu hanya terdiam tanpa bersuara sama sekali. Sekuat tenaga Jelita membantu Mark untuk naik ke atas ranjang rawat, walaupun tubuh pria itu berukuran nyaris 2 kali lipat dari tubuhnya. Setelah merapihkan semuanya Jelita pun kembali duduk pada sebuah kursi yang ber
Baca selengkapnya

Permintaan Maaf

"Bella, apa-apaan kamu?!" Chandra terlihat marah melihat sikap Bella yang sama sekali tidak menunjukkan sopan santun kepada kakak iparnya. Kepalanya tiba-tiba terasa sangat sakit karena Bella ternyata tidak lebih baik dari ibunya dalam memperlakukan Jelita. "Jelita itu kakak iparmu, jaga sopan santun mu padanya!" seru Chandra kembali Namun gadis yang terkenal dengan sikap buruknya itu sama sekali tidak menggubris nasehat dari ayahnya. Bella memutar bola matanya bosan dan berkata, "Aku tidak peduli! Aku tidak pernah dan tidak akan menganggap dia bagian dari keluarga kita!" "Bella!" pekik Chandra. Seakan sengaja untuk berpura-pura tak mendengar. Gadis itu terus saja berjalan menunggu ruang makan tanpa memperdulikan teriakan dari ayahnya. Keributan itu sontak membuat Jelita merasa tidak enak hati, karena sudah mengacaukan makan malam keluarga setelah sekian lama mereka tidak berkumpul. Kepergian Bella membuat Chandra menghela napasnya yang terasa berat, lalu memijat kening
Baca selengkapnya

Agak Lain

"Apa-apaan sih kamu?" Zeya terkejut karena tiba-tiba saja Nicky berlutut di hadapannya. Hal tersebut semakin membuat malam semakin panas, orang-orang yang berada di lobby pun turut mengamati mereka seakan menantikan yang akan terjadi selanjutnya. Dengan wajah yang menunjukkan kesungguhan, Nicky perlahan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. "Zeya aku sadar jika yang aku lakukan memang salah, dan aku tau jika perilaku aku dulu sangatlah buruk," ucap Nicky. "Tetapi sudi kah kamu untuk memaafkan aku dan menjadi temanku lagi?" lanjutnya dengan sebatang coklat yang baru saja ia keluarkan. Zeya yang tak nyaman menjadi sorotan orang-orang. Langsung mengambil coklat yang Nicky sodorkan padanya, gadis itu pun berkata sebelum pergi meninggalkan Nicky. "Terserah!" "Te-terserah?" Nicky terlihat terkejut dan bingung dengan jawaban Zeya yang terkesan ambigu. Pria itu mematung, dengan perasaannya yang sama sekali tak lega karena Zeya belum memberikan kepastian padanya. Zeya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status