All Chapters of Kebangkitan Pendekar Utusan Surga: Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

Eps 21 : Pertempuran Bawah Tanah (bagian 2)

Suasana peperangan kian menjadi intens. Mayat-mayat bergelimpangan memenuhi goa tempat pemukiman Ner’iatu berada. Hongli masih dalam keadaan sekarat saat ini.“Fengyin, cepat kau bawa Hongli ke tempat aman.”Gadis itu sempat ragu meninggalkan Yuan di medan perang dengan dua pisau di kedua tangannya. Tapi tak banyak yang bisa dilakukan Fengyin dalam keadaan ini. Menuruti perintah kekasihnya itu adalah satu-satunya pilihan.Guozhi merasa sangat percaya diri dengan semua perlengkapan yang mereka bawa untuk menggempur pasukan Ner’iatu langsung di rumah mereka sendiri. Walau terlihat ceroboh dan tak berperasaan, gerakan pria itu tidak bisa dibilang amatiran. Dengan lihainya dia mengayunkan pedang seperti berdansa di tengah pertempuran bermandikan darah.Doanghai susah payah melawan dirinya dengan semua teknik yang dia kuasai. Pedang dan pisau mereka berdentang seolah berbunyi paling keras saking intens-nya pertempuran mereka berdua. Walau secara persenjataan, pisau milik Doanghai jauh lebi
Read more

Eps 22 : Wahyu Sang Nabi

Luka di perut Hongli telah dibalut rapi dengan kain oleh Fengyin. Pendarahan yang dia terima akhirnya bisa berhenti. Dia memutuskan untuk keluar dari persembunyian dan melihat apa yang terjadi di medan perang.Mata pria itu terbelalak seperti hendak keluar begitu melihat Yuan berhadapan dengan tiga makhluk raksasa yang berbentuk seperti cacing dengan kepala naga."Apa ... apa yang terjadi di sini? Kenapa Trondallo itu bisa bangkit dari tidurnya?" Suara Hongli bergetar, tak percaya.Beberapa orang Ner’iatu coba memperingatkan Yuan dari jauh untuk segera pergi menyelamatkan diri. Fengyin dan Hongli sudah berlari ke tengah lapangan berusaha membawa pergi bocah itu.Tapi Yuan tahu betul apa yang dia lakukan. Dia mengangkat tangan ke arah mereka berdua sebagai tanda untuk tidak mendekat lebih jauh.“Yuan cepat pergi dari sana!” Fengyin berteriak.Yuan mengangkat tinggi pisau hijaunya yang bergetar dalam frekuensi tinggi. Ketiga monster itu menggeram hebat. Dinding-dinding batu kembali berge
Read more

Eps 23 : Ketika Harapan Bertemu Takdir

Yuan kini menjadi sosok yang berbeda di mata para Ner’iatu. Dia telah menjelma menjadi manusia suci yang harus dihormati oleh setiap jiwa. Bahkan Hongli, yang sudah melatihnya selama tiga hari terakhir, kini merasa seperti bertemu dengan orang yang sama sekali berbeda.Setelah turun dari kepala naga, Yuan—yang kini dikenal sebagai Saniyala—menggunakan kekuatannya untuk mengarahkan Trondallo kembali ke tempat mereka semula. Ketiga monster itu kembali menggali ke dalam tanah dengan tanduk di jidat, tetapi kali ini mereka tampak tidak akan kembali tertidur. Yuan kemudian mengumandangkan perintah pertamanya.“Para wanita, yang masih bisa bergerak, tolong rawat mereka yang luka-luka. Gunakan tanaman obat yang ada di ruangan Hongli,” perintahnya tegas.Semuanya segera menurut. Satu per satu, wanita-wanita di sana bergerak untuk membawa mereka yang terluka akibat pertempuran sebelumnya, mengarahkan mereka ke tempat perawatan. Yuan kemudian memanggil Doanghai.“Doanghai!” serunya.“Ya, Saniya
Read more

Eps 24 : Jalan Menuju Pertarungan Baru

Seminggu kemudian setelah penyerangan Wuyan.Setelah penyerangan brutal oleh Wuyan, suasana di wilayah Ner’iatu terasa berat dan menyedihkan. Mereka yang gugur dalam pertempuran terakhir telah dimakamkan dengan penuh hormat di kebun yang dulu diurus oleh Enlai, sebuah tempat yang kini menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan mereka. Sebelas orang telah meninggal dalam pertempuran tersebut, termasuk Bunda Ketua, yang sangat dihormati oleh seluruh komunitas. Kehilangan ini merupakan pukulan telak bagi Ner’iatu, terutama karena jumlah anggota mereka memang sudah sedikit sejak awal.Setelah pertempuran, suasana perlahan kembali tenang. Mereka yang terluka mulai pulih dari cedera mereka, dan kesehatan mereka mulai pulih seiring waktu. Hongli, pria besar yang mengalami luka parah di perutnya, perlahan sembuh meski luka tersebut masih terkadang mengeluarkan pendarahan sesekali. Proses pemulihan ini adalah langkah awal yang penting untuk tujuan yang lebih besar ke depannya.Doanghai dan t
Read more

Eps 25 : Misi Rahasia di Tanah Bing Qing

“Tunggu, apa? Kenapa kita harus pergi ke kerajaan Bing Qing?” Tanya Tangfei kebingungan.“Kalian tidak tahu kalau sebagian besar mata pencaharian warga Bing Qing adalah bertani karet. Jika ingin mencari getah, di sanalah tempatnya,” jelas Yuan kepada semuanya.“...”Semuanya terdiam. Mereka menangkap ada udang di balik batu di sini.“Katakan pada kami, Saniyala. Kita ke sana tidak hanya untuk mencari getah, iya kan?”Yuan bangkit dari tempat duduk tanpa berucap sepatah kata. Ini menimbulkan rasa curiga pada yang lain. Termasuk Fengyin yang hadir di sana merasa ada yang janggal di sini.“Kita akan bertemu di pintu utama goa dalam sepuluh menit. Persiapkan diri kalian dan bawa semua barang yang diperlukan.”Mereka berlima pergi dari ruangan, termasuk Hongli. Yuan mulai berbenah memasukkan kedua pisaunya ke sarung yang terikat di belakang punggung.“Ah, Fengyin, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?”“Apa itu?”“Tolong panggilkan Enlai, aku ingin berbicara dengannya sekarang.”Rasa ragu
Read more

Eps 26 : Batas Kewaspadaan

Gerobak yang diarak oleh belasan prajurit Wuyan semakin mendekati tempat persembunyian Yuan dan kelompoknya. Salah satu pria yang berjalan paling depan memberi isyarat kepada yang lain untuk berhenti secara tiba-tiba.“Ada apa, Kapten?” tanya seorang anak buah di belakangnya.“Aku mendengar sesuatu dari arah semak di atas sana.”Semua orang menoleh ke arah tempat di mana Yuan dan kawan-kawan bersembunyi. Mereka berusaha berbaring rata di tanah, berharap agar tidak ketahuan.“Aku tidak mendengar apa-apa.”Kapten tiba-tiba mengambil sebuah batu dari bawah kakinya dan melemparkannya ke atas tebing. Baru saja batu itu mengenai kepala Enlai, tiga ekor burung murai terbang melayang ketika mendengar hentakan batu tersebut ke tanah.“Hmm, hanya seekor burung. Ayo lanjutkan perjalanan, semuanya!”Karavan kembali bergerak menuju area perbatasan kerajaan Bing Qing.Enlai mengusap kepalanya yang bengkak tertimpa batu. Melihat gerobak semakin menjauh, Tangfei yang paling semangat untuk melakukan p
Read more

Eps 27 : Para Penjaga Takdir

Fengyin duduk di atas batu di depan makam, sementara deru air terjun mengisi keheningan. Hati yang sendu mengisi tempat itu, yang kini dipenuhi dengan jiwa-jiwa pejuang dari suku Ner’iatu yang telah gugur.Di hadapan makam Bunda Ketua, Fengyin mengelus batu nisan dengan penuh haru, merindukan kepergian yang tiba-tiba. Suara lembut seorang wanita paruh baya membuyarkan lamunannya.“Fengyin, kau tidak apa-apa? Kenapa kau menangis?”Fengyin cepat-cepat menghapus air mata, “Tidak, aku hanya merenungi tempat ini. Rasanya seperti aku bisa merasakan penderitaan jiwa-jiwa yang ada di sini.”Wanita itu tersenyum sendu, “Kau adalah pacar Saniyala, bukan?”“Aku tunangan Yuan. Kami berencana menikah setelah tiga tahun. Jika saja Wuyan tidak menyerang saat ulang tahun Yuan, kami mungkin akan hidup bahagia tanpa harus menghadapi situasi ini.”“Kau tahu, selain Saniyala, kami juga memiliki suratan takdir untuk seseorang yang bersamanya.”“Apa maksudmu, Wang Jing?”“Perjalanan Saniyala ke depan tidak
Read more

Eps 28 : Regenerasi Takdir

Fengyin menatap Yuan dengan mata terbuka lebar, merasa seolah seluruh dunia terbalik dalam sekejap. Keringat dingin mengalir di dahinya dan telapak tangannya mulai gemetar. Trondallo, dengan ukuran besar dan aura kekuatan yang mengerikan, menatapnya dengan mata kuning berkilauan."Jadi, aku harus menjadi Bunda Ketua dan juga merawat bayi-bayi naga ini?" Tanya Fengyin, suaranya hampir tak terdengar.Yuan mengangguk serius. "Ya, itu tanggung jawab yang berat. Namun, dengan melakukannya, kau akan membantu menjaga keseimbangan kekuatan di sini. Jika bayi-bayi naga ini tumbuh kuat seperti induknya, itu akan sangat berguna untuk kekuatan militer kita. Kau akan berperan penting, Fengyin."Fengyin memandang Trondallo, yang kini tampak lebih tenang, seolah mengerti bahwa dirinya harus membuat keputusan. "Tapi aku tidak tahu apa-apa tentang merawat naga. Bagaimana aku bisa melakukannya?"Yuan tersenyum lembut dan menyentuh dahi gadis itu, memberikan getaran kecil ke dalam otaknya, seperti seran
Read more

Eps 29 : Gerbang Utara: Serangan Tak Terduga

Keesokan paginya, hari baru dimulai dengan penuh aktivitas. Dengan Fengyin kini menjabat sebagai Bunda Ketua dan mengasuh bayi naga, kalangan kaum hawa di pemukiman bawah tanah juga memiliki kesibukan baru mereka. Hal ini memberikan Yuan ketenangan tambahan saat dia meninggalkan Fengyin untuk menjalankan misi di permukaan.Peralatan tempur mereka sudah diperbaiki sepenuhnya. Zirah yang ditempa oleh Doanghai dan rekan-rekannya kini siap digunakan. Dengan bantalan lentur di dalam dan area tajam yang telah diperbaiki, mobilitas pemakainya tidak terpengaruh secara signifikan. Mereka bisa bergerak bebas di balik perlindungan besi Kraiman yang kokoh.Yuan, Hongli, Zhenwu, Dwei, Xiao, Tangfei, dan Enlai berkumpul di depan pintu masuk goa, siap melanjutkan misi mereka. Jika sebelumnya mereka hanya melakukan pengintaian, kali ini mereka berencana untuk merampok gerobak muatan yang dikirim ke Wuyan secara langsung. Dengan peralatan yang memadai, mereka memutuskan bahwa inilah saatnya untuk bera
Read more

Eps 30 : Insting Pejuang

“Enlai!!!”Saat Yuan berteriak, Hongli langsung mendongak ke arah tebing. Dalam sekejap, ia bergerak cepat melihat dua tubuh jatuh dari ketinggian menuju jurang curam di bawah pegunungan.“Bertahanlah, Enlai! Aku akan memegangmu!” Hongli berseru, berhasil menangkap tangan Enlai di udara sebelum tubuh anak itu jatuh lebih jauh.Namun, nasib berbeda menimpa prajurit Wuyan yang jatuh bersama dengannya. Ia terjerembab di atas batu-batu tajam di bawah sana, tubuhnya tertusuk bebatuan runcing hingga menembus perut.Sekuat tenaga Hongli coba menarik tubuh anak itu naik kembali ke tempat aman. Tubuh Enlai mati rasa. Dia gemetar lemas sampai tak bisa bergerak karena terguncang. Pikirannya kosong. Tubuhnya tak berdaya bahkan untuk berdiri.“Hei sadarlah! Ini bukan waktu yang tepat untuk pingsan! Kita sedang berada di medan tempur.” Hongli harus menampar wajah anak itu beberapa kali sampai kesadarannya kembali.“Ma-maaf, aku akan pergi ke tempat aman sekarang.” Enlai akhirnya menjawab setelah me
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status